26 || Di bawah Hujan

6.5K 361 7
                                    

Tekan 🌟 kuy

"Lo serius gak mau dengar sesuatu, An?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lo serius gak mau dengar sesuatu, An?"

Aneska mengangguk yakin.

"Serius gak akan nyesal?"

"Gue lebih nyesal karena kenal sama ketua lo itu."

"Raden, dia itu puny-"

"Bisa kalian pergi? Gue mau makan," ucap Aneska menatap tajam. Membuat Elgi, Rafael dan Lion memundurkan langkahnya dan duduk di kursi yang sudah ada Raden dan Arshaka di sana.

"Susah banget jelasin sama An."

Raden menghela napas nya. "Dia butuh waktu," gumamnya pelan. Raden lalu meneguk air mineral miliknya hingga tandas. Dan gue juga.

"Tapi An juga perlu tau."

Elgi mengangguk setuju. "Masalah itu harus di selesain. Bukannya saling diam." Ucapan Elgi membuat Raden terdiam seketika.

"TOLONG! IKAN KOI NYA NGAMUK!"

Atensi seluruh siswa di kantin SMA Rajawali ini teralih pada Dikta yang baru saja memasuki kantin dengan berlari tak tentu arah. Laki-laki itu tengah meneriaki ikan koi yang ada di kolam dekat taman SMA Rajawali. Ikan koi yang belakangan ini selalu Dikta keluar-masukkan kolam. Malang memang.

Lalu Lion dan Elgi saling melemparkan tatapan mereka. Memberi kode. Elgi berdecak seraya berdiri. Mulai memajukkan kaki dan sesuai perkiraan nya, dalam hitungan ketiga Dikta akan-

BRAK

"Alhamdulillah." Lion mengusap wajah nya bersyukur. Ia lalu beralih menatap Rafael yang langsung menganggukkan kepala nya. Mulai menghampiri Elgi dan ikut menarik lengan Dikta. Cowok itu sudah tak sadarkan diri sekarang.

Elgi dan Rafael menyeret tubuh Dikta tanpa rasa kasihan sedikit pun dan langsung menyandarkan tubuhnya ke kursi. "Berat."

Dikta menyipitkan mata nya perlahan. Benar-benar tidak terlihat seperti seorang teman.

"Kain kafan nya udah siap," ucap Lion membuat Dikta sontak memelototkan mata nya.

"Anjir, gue belum mati!"

"Ternyata, lo mati suri," ucap Elgi yang kini sudah kembali mendudukkan diri nya.

"Gue gak mati!" Dikta mengusap wajahnya frustasi.

"Belum. Nanti juga akan," timpal Rafael santai seraya memasukkan snack rasa keju ke dalam mulutnya.

"Lo semua pengen gue mati?" Dikta bertanya seraya menatap satu persatu temannya. Dan yang ia terima hanya lah angkatan bahu.

RadenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang