19 || Sisi Lain Raden

7.5K 403 5
                                    

Sebelum baca, ayo tarik napas, tahan, buang, tarik lagi

Jangan lupa vote komennya bruv!🔥

Jangan lupa vote komennya bruv!🔥

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Raden mendesis. Seolah tak suka jika Aneska berkata seperti itu. Bahkan kini Raden sudah mengunci pergerakan Aneska dengan menyudutkan nya di sudut kamar.

"Berisik," desis Raden.

Aneska sempat takut dengan Raden yang masih setia menatapnya dengan tatapan tajam seolah akan membunuhnya sekarang juga.

"Dan sekarang, apa yang lo udah buat? Kenapa kamar nya berantakan? Lo benar-benar menyebalkan tau gak?" Aneska semakin merapatkan punggungnya ke dinding kamar yang terasa dingin.

"Gue bilang berisik!"

BRAK

Detik itu juga, tubuh Aneska terjatuh dengan tangan yang memegang sudut bibirnya. Bisa Aneska rasakan jika cairan berwarna merah pekat keluar dari sudut bibirnya yang baru saja Raden pukul.

Aneska meringis lalu menatap Raden tajam.

"Udah gila lo?!" Teriak Aneska mengusap darah di bibirnya dengan punggung tangan.

Dan tanpa aba-aba, Raden menarik dagu Aneska dan menekannya sangat dalam. Hingga bisa Aneska rasakan jika kuku Raden menancap di pipi nya.

"Lo berisik," ucap Raden penuh penekanan.

Sekuat tenaga Aneska berusaha melepaskan cengkraman tangan Raden dari dagu juga pipinya. Tapi sulit karena Raden terlalu kuat menekan nya.

"Le-lepasin Rad-den," ucap Aneska susah payah.

Namun Raden malah menggeleng. "Gak akan. Lo harus mati."

Mata Aneska membulat. "J-jangan main-m-main Raden!" Sentak Aneska yang justru membuat Raden terlihat semakin marah.

BRAK

Aneska merasa dirinya mati rasa setelah tubuhnya membentur dinding karena pukulan yang Raden layangkan. Mencoba memfokuskan pandangannya, Aneska melihat Raden kini tengah berjalan ke arahnya.

Dan hanya ada satu pertanyaan.

Ada apa dengan Raden?

Ini terlalu kasar bahkan untuk seorang Raden, ketua geng motor yang terlihat tidak pernah menyakiti seorang perempuan dengan tangannya.

Tapi kali ini, pikiran Aneska salah besar. Raden seperti orang kesetanan yang hendak membunuhnya detik ini juga.

"GUE GAK MAIN-MAIN!"

RadenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang