Extra Chapter - Raden

11K 331 8
                                    

Hai, bruv!

Dikta menghela napas berkali-kali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dikta menghela napas berkali-kali. Laki-laki itu kini mendudukkan dirinya di samping Arshaka.

"Kenapa lo?" Tanya Elgi seraya menyalakan rokok dan lalu mengisap nya.

Dikta menurunkan kedua bahu nya. Wajahnya nampak murung dan seperti tengah depresi. Meski begitu, jujur, tidak ada dari satu pun yang peduli akan hal itu. Elgi juga bertanya hanya karena terlalu kasian pada Dikta yang seperti nya kurang kerjaan.

"Gue lagi mikir," jawab Dikta menatap serius satu persatu anggota Bravos yang tengah ada di basecamp ini.

"Terus?" Kini giliran Rafael yang bertanya.

"Babi kan haram. Nah, kalau di nikahin, apa babi itu bakalan jadi halal?" Tanya Dikta masih dengan wajahnya yang menunjukkan raut serius.

"Oh, anjing."

"Sialan. Bisa-bisanya gue serius ngedengerin."

"Ck. Gue ada pantun buat lo, Ta," ucap Rafael menghela napasnya, lelah.

Lain dengan Dikta yang kini mengangkat dagunya. "Apaan?"

"Kue dodol kue kering. Udah tolol, bego lagi lo anjing."

"Wah anjir, setuju gue sama lo Bang!"

"Mantap. Kali-kali emang harus di gituin."

Sorak beberapa anggota Bravos lainnya terdengar. Membuat Dikta semakin menekuk wajahnya. Apalagi ditambah dengan Raden yang menertawakan nya begitu puas.

"Nikahin sama lo, Ta. Biar jadi halal," ucap Raden terkekeh lalu menyeruput secangkir coklat panas yang baru saja ia buat.

Dikta mendelik. "Diem lo, nyet. Tali persaudaraan kita sebagai sepasang anak kembar, berakhir. Gue gak mau di samain lagi kayak lo."

Elgi langsung memukul kepala Dikta. "Lo kali yang sering nyamain muka Raden sama muka lo."

"Freak emang." Lion menggeleng-gelengkan kepalanya, bisa-bisanya ia memiliki teman seperti Dikta. Sedikit alhamdulilah banyak hadeh nya.

Dikta kemudian menghela napas sebelum akhirnya tertawa. Kembali mengundang atensi seluruh orang yang kini menatapnya dengan takut.

Tak memedulikan hal tersebut, Dikta lalu mengalihkan tatapannya pada Arshaka.

"Ar, kuntilanak aja dimana-mana ketawa loh. Masa lo yang sejenisnya cemberut mulu?" Tanya Dikta seketika kembali menciptakan keheningan.

RadenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang