38 || Ayo Teriak!

4.6K 251 9
                                    

Hai, bruv!

Apaa kabar? Semoga semua nya baik-baik^•^

Lama gak up, kangen juga sebenernya hehhee XD tapi kemarin-kemarin tuh emang bener-bener lagi writer blocks banget, bruv huhuu

Tapi sekarang, i'm comeback! So...

Tapi sekarang, i'm comeback! So

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebuah bukit. Yang terlihat oleh mata adalah dominasi warna hijau yang menyegarkan penglihatan, juga menyejukkan pikiran.

Aneska menghela napas melihat sekelilingnya sebelum akhirnya bertanya, "Ngapain kita ke sini?"

Raden menoleh. Menatap Aneska yang terlihat bingung, lalu Raden tersenyum. "Gue tau akhir-akhir ini hati lo gak baik-baik aja," ucap Raden nampak menjeda.

"Iya," ucap Aneska menoleh ke arah Raden. "Karena lo," lanjutnya kembali menatap langit yang nampak mulai berwarna hitam. Seperti nya sebuah tanda jika hujan akan segera datang.

"Gue tau mungkin gak ada lagi kata maaf buat gue, An."

Aneska mengangkat satu alisnya. Ia- entahlah, Aneska terlalu kecewa pada seorang Raden semenjak kedatangan Jesslyn. Meski sebenernya Aneska merasakan satu kejanggalan.

Lain dengan Raden yang kemudian menghela napasnya. "Gue mau lo teriak," ucapnya.

Hening seketika sebelum akhirnya Aneska tertawa keras. "Teriak?" Raden menjawab dengan mengangguk. "Lo ngajak gue bolos cuma buat TERIAK?!"

Sontak Raden meringis, suara Aneska begitu nyaring terdengar tepat ditelinga nya. Laki-laki itu kembali menghela napasnya, tidak bisakah gadis ini sedikit lembut dengan mengurangi kebiasaan teriak tiba-tiba nya itu?

"Lo tau An, teriak bisa buat hati lo lega." Raden berucap sedikit menjeda.

"Meski gak bisa hilangin luka nya," lanjut Raden dan kali ini diikuti suara Aneska yang tengah menampakkan raut bingung nya.

Gadis itu mengerutkan alisnya sempurna. Ia seperti tidak asing dengan kalimat itu.

"Lo Senja, An," gumam Raden.

Aneska segera memalingkan wajahnya menatap Raden dengan mimik wajah yang terlihat semakin bingung. "Ya?"

Raden terkekeh pelan. "Gak ada. Lupain."

"Ck. Gak jelas." Aneska melipat kedua tangannya di bawah dada, juga tak lupa dengan bibirnya yang mengerucut.

Hening sebentar hingga Aneska merasakan tangan Raden mulai menggenggam tangannya yang terasa dingin.

RadenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang