12 || Sedikit Khawatir

8.1K 455 6
                                    

Baca chapt ini jam berapa?

Jangan lupa vote komennya🔥

Gudang tua yang cukup besar yang dijadikan sebagai basecamp utama Bravos sejak angkatan pertama ini penuh dengan anggota Bravos sejak sore tadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gudang tua yang cukup besar yang dijadikan sebagai basecamp utama Bravos sejak angkatan pertama ini penuh dengan anggota Bravos sejak sore tadi.

Sengaja Raden membuat anak Bravos kumpul untuk memberitahu dan memberi peringatan agar semuanya lebih hati-hati pada anak Razor.

Sebenarnya dari dulu, Bravos dan Razor adalah dua sekutu. Musuh bebuyutan adalah dua kata yang tepat bagi keduanya. Razor selalu ingin mengalahkan Bravos dan bahkan mereka ingin sekali geng Bravos musnah dan tak ada lagi.

Supaya Razor, menjadi salah satu geng motor terkuat di Jakarta.

Tapi tentu saja Bravos tidak mungkin membiarkan hal tersebut terjadi. Terlebih Razor terlalu sering membuat onar dan meresahkan masyarakat.

Dan prinsip yang Bravos pertahankan dari dulu adalah:

"Cari masalah, berarti siap buat kalah!"

Karena Razor yang selalu memulai permasalahan lebih dulu, itu artinya Razor harus siap untuk kalah.

"El, cari tahu siapa yang pimpin Razor sekarang," perintah Raden yang langsung dibalas anggukan oleh Elgi.

"Setahu gue, Razor sering ganti-ganti pemimpin. Pertempuran di Jalan Merdeka, dipimpin Dion. Penyerangan sekolah tiga bulan lalu, dipimpin Andra. Dan kemarin, pengeroyokan Sean dipimpin Regal," ucap Arshaka panjang lebar. Jangan heran, karena Arshaka memang selalu berbicara panjang hanya saat dalam situasi penting.

Elgi yang semula memainkan ponsel kini mengangguk. "Bener, Razor selalu ganti-ganti pemimpin."

"Pemimpin terakhir nama nya Alex kan?" Tanya Dikta.

"Iya. Dan dia udah meninggal enam bulan yang lalu," jawab Rafael membenarkan.

Lion berpikir, ia menghela napasnya. "Jadi sekarang yang pimpin Razor siapa?"

Raden mengambil udara sebanyak mungkin lalu mengembuskannya. Ini membuat kepala nya pusing. Menjadi sebuah teka-teki baru yang harus segera ia pecahkan.

"El, lo terus cari informasi," ucap Raden.

"Siap!"

"Ar, gue percayain anak-anak sama lo."

Arshaka hanya mengangguk.

"Jangan ada yang jalan sendiri-sendiri. Jangan egois dan jangan gampang kepancing," peringat Raden terakhir. Ia kemudian menatap jam yang melingkar di tangannya.

RadenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang