Hai, bruv!
Vote komennya jangan lupa👿
Wajahnya memucat. Pandangannya memburam. Namun hal itu tak membuat Aneska menghentikan langkah ringkih nya. Langit bahkan sudah menggelap saat Aneska baru saja berniat untuk pulang. Saat ini gadis itu tengah mencari kendaraan untuk pulang.
Dalam hatinya Aneska rapalkan doa agar Raden tidak pulang malam ini. Semoga.
Tapi semakin jauh Aneska melangkah, ia merasakan sakit di kepala nya semakin kuat. Pandangan nya benar-benar memburam sebelum akhirnya menggelap begitu saja.
Tak lama setelahnya, seorang laki-laki yang baru saja turun dari motor ninja nya itu segera menghampiri Aneska. Membawa nya ke dalam pelukan dan segera mengangkat tubuh lemah gadis itu.
- 🦋 -
"Lo di mana?" Tanya Raden yang sedari tadi sibuk membuka jendela rumah nya. Menunggu seseorang yang saat ini mengisi penuh kepalanya. Jujur, Raden khawatir.
Lalu tak berapa lama dering ponselnya berbunyi. Setengah mati Raden berharap jika itu adalah Aneska. Tapi ternyata bukan. Di sana terpampang nama Lion. Dengan sedikit malas Raden menggeser tombol hijau untuk menjawab panggilan tersebut.
"Ada apa?" Tanya Raden menghela napas sebelum nya.
"Ke rumah sakit sekarang."
Ucapan Lion membuat Raden mengernyitkan keningnya sempurna. "Ngapain?"
"Aneska sakit. Tadi gue temuin dia pingsan di ping-"
Tanpa mendengar kelanjutan ucapan Lion, Raden buru-buru mengambil jaket nya dan meraih sebuah kunci motor di nakas. Setelah membuka chat Lion yang berisi lokasi dimana Aneska dirawat, Raden langsung melajukan motornya dengan kecepatan tinggi.
Bahkan ia tak menyadari jika kecepatan motornya saat ini membahayakan pengendara lain di jalanan. Karena persetan, hanya satu yang ada di pikirannya saat ini. Keadaan Aneska.
"Aneska gak apa-apa kan?"
Lion menoleh dan mendapati Raden dengan napas tersengal nya. "Dokter bilang Aneska cuma perlu istirahat. Kayaknya dia habis kehujanan."
Ucapan Lion membuat Raden terdiam. Ia pikir Aneska tengah mengunjungi rumah orang tua nya karena untuk menghindari nya. Tapi setelah mendengar penjelasan Lion, sepertinya tidak seperti apa yang Raden pikirkan.
Raden menghela napas lalu menyandarkan tubuhnya ke dinding. "Lo pasti tau apa yang lagi gue rasain."
Lion ikut menghela napas dan menepuk-nepuk pundak Raden. "Gue tau. Dan gue harap lo bisa selesain semuanya dengan baik. Dan seperti apa yang gue bilang, gue rasa Aneska sama sekali gak lakuin itu sama Jesslyn tadi."
Raden memijit pelipisnya yang tiba-tiba berdenyut sakit. "Gue harus gimana, Yon? Rasa bersalah gue sama Jesslyn, udah buat gue sama Aneska jauh."
Lion terdiam. "Lo harus segera ungkap kematian Axel. Karena hanya dengan itu kita bisa hentiin permusuhan sekaligus kesalahan pahaman yang terjadi antara geng Bravos dan Razor."
Raden menatap Lion lama. Ya, itu yang seharusnya ia lakukan. Sedari dulu.
- 🦋 -
Aneska membuka mata nya perlahan bertepatan dengan rasa sakit yang menjalar di kepalanya. Sepertinya ini juga efek dari tarikan yang diberikan Jesslyn tadi saat di sekolah pada rambutnya. Terlebih Aneska malah mendiamkan dirinya di antara guyuran hujan. Konyol memang, tapi Aneska merasa sebagian hati nya sudah lega.
"Jangan sakit, An."
Aneska memfokuskan pandangannya lebih dulu. Ditatapnya Raden cukup lama. Sebelum akhirnya Aneska menajamkan tatapannya.
"Lo peduli?"
Raden berusaha menggenggam tangan Aneska. Namun gadis itu malah menepis nya lebih dulu. Ia bahkan membalikkan badannya, memunggungi Raden yang terdiam seribu bahasa melihat tingkah Aneska.
"Perlu gue jelasin?"
"Enggak perlu. Lagian, buat apa lo ke sini?" Tanya Aneska menyeka sudut matanya.
"Karena gue khawatir sama keadaan lo, An."
"Jesslyn. Dia kayaknya lebih butuh lo. Bukannya dia juga lagi sakit? Dan lo lebih peduli sama keadaan nya dia kan?" Tanya Aneska dengan sesak yang menjalar di hatinya.
Raden menghela napasnya berat. "Soal tadi, gue cuma gak mau lo kena masalah. An. Lo seharusnya gak lakuin itu tadi."
"Kayaknya percuma. Seberapa banyak gue bilang kalau itu bukan karena gue pun, semua nya percuma. Karena lo lebih percaya sama dia."
"Lo nangis?" Tanya Raden yang mendengar suara isakan tangis disela-sela ucapan Aneska.
"Iya. Dan seharusnya lo tau alasan kenapa gue nangis."
Menyebalkan nya, Raden malah terkekeh kecil. Dan hal itu berhasil membuat Aneska membalikkan badannya kembali, menatap Raden dengan penuh kebencian.
BRUK
"Lo brengsek," umpat Aneska setelah melemparkan bantal dan tepat mengenai sasarannya.
Raden menghentikan tawa nya dan mengembalikkan bantal tersebut kepada Aneska. Lebih tepatnya, Raden mengangkat kepala Aneska pelan lalu meletakkan bantal tersebut di sana.
"Gue cuma bayangin gimana nangisnya lo nanti. Saat gue gak ada."
Aneska tertegun. Kenapa udara rasanya seperti hilang dari ruangan ini? Kecewa nya entah kenapa tiba-tiba berubah menjadi sesak, sakit, dan membiru.
- 🦋 -
Yang masih jadi siders aku doain hari nya Senin terus.
See yaa papay!
KAMU SEDANG MEMBACA
Raden
Teen Fiction[Harap follow akun author lebih dulu] ••• Karena sebuah kejadian tak terduga, Aneska terpaksa harus menikah dengan Raden. Musuh satu kelasnya sekaligus ketua dari geng motor Bravos. Menjalani kehidupan sebagai seorang pelajar sekaligus istri dari Ra...