62 || Ayo Bangun!

4.8K 231 1
                                    

Violet datang dan seketika itu lah Aneska langsung menghamburkan diri nya ke pelukan gadis itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Violet datang dan seketika itu lah Aneska langsung menghamburkan diri nya ke pelukan gadis itu. Satu jam sudah berlalu, tapi beberapa dokter yang menangani Raden tak kunjung keluar juga. Terakhir ia dengar jika Raden akan mendapatkan beberapa operasi. Pendarahan terjadi di kepalanya. Dan apa yang bisa Aneska lakukan selain menggantungkan doa agar Raden bisa selamat.

"Tenang, An. Raden pasti baik-baik aja." Violet menyingkirkan beberapa anak rambut yang bahkan sudah membasah karena Aneska yang terus menangis.

"Gue takut, Vio. Gue takut Raden ninggalin gue." Aneska menggenggam tangan Violet. Ia butuh tangan yang meyakinkan nya kalau Raden akan baik-baik saja.

"An, gue harap lo baik-baik aja saat gue pergi."

"Gue cuma bayangin gimana nangisnya lo nanti. Saat gue gak ada."

"Lo percaya sama gue, An? Apapun yang gue lakuin, cuma agar lo baik-baik aja."

"Terus kenapa? Setiap apa yang lo lakuin selalu ngejelasin kalo lo lebih nomor satuin Jesslyn."

"Gak semua tanya ada jawabnya sekarang, An."

Aneska mengingat semua nya sekarang. Beberapa kalimat lalu yang akhirnya bisa Aneska pahami makna nya. Raden yang selalu menjaga Jesslyn, adalah karena Jesslyn sudah menjadi salah satu korban kesalahpahaman Razor yang berniat menghancurkan hidup Raden lewat orang-orang terdekat nya.

Saat itu mereka semua mengira jika Jesslyn masih menjadi pacar Raden. Maka dari itu, ia dijadikan target balas dendam. Jesslyn dibuat hancur dan mereka pikir Raden juga akan hancur karena itu.

Raden tak bercerita pada Aneska tentang semua masalah yang tengah ia hadapi. Karena mungkin Raden sadar, jika Aneska tahu maka ia pasti akan ikut campur untuk membantu nya. Dan Raden hanya tidak mau jika Aneska akan bernasib sama seperti Jesslyn. Raden tidak mau Aneska terluka.

Tapi apa beda nya dengan sekarang? Raden justru sudah membuat nya sangat-sangat terluka.

"Gue paham, Raden. Dan seandainya lo bilang itu semua dari awal." Aneska menutup matanya. Dan wajah menyebalkan Raden adalah sesuatu yang paling terbayang nyata diingatan nya.

"Kalau lo pergi, siapa yang jaga gue?" Lirih Aneska. Ia takut jika ucapan Raden saat lalu adalah sebuah tanda jika Raden memang akan benar-benar pergi.

Sedangkan tak jauh dari tempat Aneska dan Violet duduk, Dikta menundukkan kepalanya. Ia tersenyum getir dan tanpa orang lain ketahui, ia juga menangis saat ini. "Lihat ketua lo. Dia bodoh."

Elgi terkekeh mendengar ucapan Dikta. "Dia juga ketua lo, sialan." Setelah nya, ia lalu menghela napas.

"Ketua kita sok kuat ternyata. Masa dia datang sendirian buat lawan banyak orang sekaligus? Emang gak takut mati tuh anak," kekeh Rafael seraya menggeleng perlahan.

RadenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang