66 || Semua nya Selesai [END]

9K 318 5
                                    

Hai, bruv!

Aaaaa gak nyangka bisa sampe sini🥺💙

Jangan lupa vote komen nyaa!

Menelan salivanya susah payah, Aneska mencoba untuk tetap tenang walau dadanya sudah bergemuruh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Menelan salivanya susah payah, Aneska mencoba untuk tetap tenang walau dadanya sudah bergemuruh. "Bukan itu, Raden. Kamu lupa kalau aku itu istri kamu? Kita udah nikah, Den."

Raden malah terkekeh pelan sebelum akhirnya raut itu berubah menjadi dingin. "Sejak kapan hubungan kita se-spesial itu? Dasar halu lo."

Satu tangan Lion terangkat dan satu nya mencengkeram kerah baju Raden dengan kuat. Tatapan Lion menajam. "Anjing, maksud lo apaan?!"

"Yon, jangan. Dia baru sadar," ucap Dikta berusaha melerai. Jika tidak mengingat Raden yang baru saja sadar dan kondisi nya yang baru saja membaik, Dikta juga ingin melayangkan tangannya itu untuk memukul wajah Raden.

Tangan Lion kembali turun seiring dengan helaan napas nya.

Lain dengan Aneska yang tak bisa ia tahan lagi sesaknya. Air mata itu langsung turun begitu saja bahkan tanpa seiizin nya. "Raden..."

Kenapa takdir mempermainkan nya seperti ini? Aneska sudah sangat bahagia melihat Raden yang kembali sadar setelah sekian lama laki-laki itu dalam keadaan kritis.

Tapi kenapa malah seperti ini? Kenapa Raden lupa tentang semua nya? Dan- kenapa hanya status mereka saja yang Raden lupakan? Ini benar-benar tidak adil. Aneska terlalu sakit jika harus menerima itu semua.

Aneska masih menunduk seraya menangis. Pundaknya bergetar hebat.

"Lah, malah nangis." Raden terkekeh lalu menurunkan pandangannya, mencoba melihat wajah Aneska yang terhalang oleh rambut. "An, gue salah ngomong?"

"Lah, iya goblok pake nanya. Dia istri lo, Den," jelas Rafael dengan raut emosi nya.

Sontak Raden mengalihkan tatapannya pada Rafael dengan kening mengernyit. "Serius?"

Beberapa saat hanya hening. Sebentar, Aneska tatap wajah Raden dengan raut kecewanya. "Kamu beneran lupa soal itu?" Tanya Aneska dan hanya anggukan kepala yang ia dapat dari Raden.

Aneska menarik napasnya sedalam mungkin. Ini benar-benar menyakitkan. Perlahan-lahan ia melangkah mundur sebelum akhirnya Aneska berbalik dan hendak berlari.

"Bercanda, sayang. Sini peluk," ucap Raden dan langsung membuat Aneska menghentikan gerakan nya. Ia kembali berbalik dan wajah menyebalkan milik Raden-lah yang pertama kali ia temui.

Terdengar helaan napas kesal keluar. "Anjirlah si Raden. Jantung gue hampir aja kabur dari tempatnya."

"Sialan banget. Nge-prank nya gak lucu, njir."

RadenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang