55 || Antara Hidup dan Mati

4.8K 257 16
                                    

Hai, bruv!🧚

"Seru banget hidup lo, Den

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Seru banget hidup lo, Den."

Raden sontak mengernyitkan keningnya, berbalik menatap Dikta yang tengah mendelik kepadanya. Baru saja ia datang, tapi langsung disambut oleh tatapan tak mengenakan dari Dikta. Bahkan kini Elgi dan Rafael juga bertingkah aneh.

Raden menghela napasnya setelah duduk di atas kursi di depan ruang IGD ini. "Maksud lo?"

Dikta menyeringai. "Punya dua cewek. Satu istri satu lagi pacar. Gimana? Enak?"

BUGH

"Maksud lo apa?!" Napas Raden memburu dengan tangannya yang masih mengangkat kerah Dikta yang kini jatuh tersungkur ke atas lantai.

Elgi dan Rafael hanya diam. Sesekali mereka mengalihkan tatapan.

Dikta kembali tersenyum. "Marah lo? Padahal omongan gue benerkan?"

Hening sebentar sebelum akhirnya Raden melepaskan cekalannya. Ia mengatur napas seraya menutup matanya. Bodoh. Ia malah mengikuti emosi nya hingga membuat pipi Dikta memerah karena pukulannya. Padahal, ia paham maksud Dikta. Temannya itu hanya ingin mengingatkan kesalahannya, Raden tahu itu. Tapi entah, pikirannya yang sedang tak baik-baik saja membuat ia dengan mudah mengikuti bujukan emosi yang membawa nya pada sesuatu yang salah.

"Gue gak ngerti maksud lo, Ta."

Dikta bangkit dan kembali membenarkan pakaiannya yang sedikit berantakan karena ulah Raden. "Selama ini gue diem karena gue tahu gue gak pantas buat ikut campur. Tapi kali ini, semuanya udah keterlaluan, Den. Lo bahkan masih peluk cewek lain saat cewek lo sendiri lagi koma. Lo punya hati gak?"

Mendengarnya, tangan Raden mengepal kuat di samping tubuhnya. "LO GAK TAHU MASALAHNYA APA, TA!" Raden berteriak.

"APA?! Apa masalahnya?" Dikta mendekat, menatap wajah Raden yang nampak frustasi.

"Lo gak pernah kasih tau kita, Den. Kita sebagai temen lo ngerasa gak guna tahu gak?" Dikta terkekeh. Ia sebenarnya tahu dan sadar jika akhir-akhir ini, beberapa minggu kebelakang, Raden tak pernah terlihat baik-baik saja. Dan Dikta tak berniat bertanya apapun tentang itu, tapi bahkan setelah lama menunggu pun, tak pernah Dikta dapati Raden bercerita kepadanya.

Tatapan Raden menurun. Pikirannya kusut dan perasaanya kalut.

Beberapa saat kemudian, Dikta berdecak dan pergi. Diikuti Rafael setelahnya. Dan kini hanya tinggal Elgi dan Raden yang dengan perlahan mendudukkan dirinya, dengan tatapan kosong.

"Jangan simpan semuanya sendiri. Karena gak semua masalah bisa lo atasi sendirian. Lo juga manusia, Den." Elgi menghela napas sebentar sebelum akhirnya ikut pergi meninggalkan Raden.

RadenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang