20 || Really?

6.8K 382 6
                                    

Bagaimana kabar kalian hari ini?

Hati kalian, apakah sedang baik-baik saja?

Jangan lupa vote komennya bruv!

Makin semangat kalo kalian ngasih support lewat vote, komen dan share cerita ini💙

Makin semangat kalo kalian ngasih support lewat vote, komen dan share cerita ini💙

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Cinta itu luka. Kalau gak sanggup, ya jangan naruh rasa." - Relion Ardenio Regio

- 🦋 -

Dikta yang semula tengah tertawa kini menekuk wajahnya saat pemandangan tak mengenakan nampak terlihat jelas di hadapannya saat ini.

Lalu tiba-tiba Dikta meremas dada nya kuat. Mulai menarik perhatian Elgi, Lion, dan Rafael yang juga ikut menghentikan tawa mereka. Mengikuti arah pandang Dikta yang tengah menatap ke arah meja lain.

"Cinta itu luka."

Suara Lion membuat atensi Dikta teralih. Sontak kening laki-laki itu mengernyit.

"Terus?"

"Kalo gak sanggup, ya jangan naruh rasa," lanjut Lion membuat mata Dikta menajam.

"Sialan."

Elgi, Rafael dan Lion terkekeh melihat wajah Dikta yang semakin tertekuk.

Dikta kembali menatap ke arah meja tak jauh dari meja nya. Di sana, Aleeza, cewek yang baru dekat dengan nya sekitar dua minggu lalu itu tengah tertawa bersama seorang siswa yang merupakan ketua futsal di SMA Rajawali.

Merasakan ada rangkulan tangan, Dikta menoleh ke samping.

"Udahlah. Lagian cinta jaman sekarang tuh dilihat nya dari muka, harta, sama tahta."

"Maksud lo gue jelek? Miskin? Gak punya tahta kayak tuh cowok?" Tanya Dikta sedikit tak terima.

Elgi mengangkat bahu nya.

"Lagian, muka gue kan sebelas-dua belas sama Raden," ucap Dikta menatap Raden dengan alis naik-turun yang dibalas dengan senyuman tipis dari Raden.

Lain dengan Arshaka yang sibuk memasukkan satu sendok bakso ke dalam mulutnya dengan tatapan yang tak sedikitpun beralih dari Raden sedari tadi.

"Tuh, Raden aja senyum tanda setuju." Dikta tersenyum senang.

"Gak tau aja dalam hati si Raden ngumpat," cibir Rafael mendelik.

Raden tiba-tiba bangkit dari duduknya. Membuat atensi kelima nya langsung teralih. "Gue cabut duluan."

Semuanya mengangguk kecuali Arshaka. Ia rasa ada sesuatu yang berbeda terjadi dari dalam diri Raden. Maklum, ia dan Raden sudah sejak kecil berteman dan satu sekolah hingga sekarang, jadi tentu saja Arshaka bisa merasakan dengan nyata jika ada suatu perbedaan pada diri Raden.

RadenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang