41 || Pengakuan Jesslyn

4.3K 256 0
                                    

Hai, bruv!

Btw, ada yang mau double up gak nih?

Jangan lupa vote dan komen nya, ya bruv!

Jangan lupa vote dan komen nya, ya bruv!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aneska memutar malas matanya. Sejak pertama kali Jesslyn dengan tiba-tiba duduk di samping nya, sudah berkali-kali ia menghela napas. Malas.

"Raden, tuh cowok sempurna. Dan lo tau, An? Gue nyesel pernah kecewain dia."

Aneska mengalihkan tatapannya pada Jesslyn. Hampir saja ia tunjukkan raut kesal nya. Namun masih Aneska tahan. Walau seberapa kuat hati nya ingin berteriak dan mengatakan bahwa Raden adalah miliknya. Dan begitu pun sebaliknya.

"Oh, ya?" Aneska merespon singkat. Namun berhasil membuat Jesslyn menatapnya.

"Iya. Anyway, apa lo tau kalau gue ini mantannya Raden?" Tatapan Jesslyn kini mengarah pada Raden yang tengah mendribble bola di tengah lapang sana.

"Cuma mantan kan?"

Pertanyaan Aneska membuat Jesslyn seperti menampakkan raut tak suka. Namun beberapa saat kemudian, Jesslyn tersenyum miring dan terkekeh kecil.

"Lo- serius sepupu nya Raden? Soalnya gue sama Raden udah temenan dari kecil, dan- gue gak pernah tau kalau lo sepupu nya dia."

Aneska menghela napas seraya menaikkan salah satu alisnya. "Menurut lo?"

Hening cukup lama di antara kedua nya. Saling menyimpan tanya mungkin. Namun suara teriakan Violet memecahkan semua nya.

"An!"

Aneska menoleh pada Violet, lalu berdiri. Tatapannya seolah bertanya 'ada apa?' pada teman kelewat polos nya itu.

"Temenin gue ke kantin, yuk. Lapar," bisik Violet di akhir kalimatnya. Dan Aneska langsung membalasnya dengan mengangguk.

Bahkan tanpa berpamitan terlebih dahulu pada Jesslyn, Aneska langsung saja melenggang pergi bersama Violet.

"Ada yang aneh."

- 🦋 -

Aneska meneguk ludahnya susah payah. Tangannya meremas botol mineral yang baru saja ia beli bersama Violet tadi saat di kantin. Baru beberapa menit dan sekarang apa yang sedang dilakukan Raden dan Jesslyn? Shit.

"An, yang ceweknya Raden itu lo kan? Terus kenapa dia pelukan sama Jesslyn?" Tanya Violet dengan wajah polosnya.

Sebenarnya Aneska juga punya pertanyaan yang sama dengan Violet. Dan satu hal yang membuat Aneska semakin sakit adalah, kenapa Raden malah mengatakan pada Jesslyn bahwa dia adalah sepupu nya?

"Sayangkuuuuuu. Mending kita main kuda-kudaan yuk!"

Violet mengernyitkan keningnya. "Kuda-kudaan? Emang di sekolah ada kuda-kudaan?"

Dikta menunjukkan deretan giginya. "Ada."

"Serius?"

Tanpa basa-basi lagi, Dikta langsung saja merangkul Violet dan membawa nya menjauh dari Aneska. Masalahnya adalah Dikta tau betul jika pertanyaan yang keluar dari mulut gadis polosnya ini adalah pertanyaan yang hanya akan memperkeruh suasana hati Aneska. Bukan menenangkan nya. Violet memang kelewat polos.

"Gue mau kita balikan," ucap Jesslyn dengan tangan yang melingkar sempurna di leher Raden. Menatap Raden dengan tatapan penuh cinta di dalam nya.

Seketika itu lapangan saat ini langsung penuh dengan teriakan para siswa yang tengah memperhatikan. Meski memang hanya beberapa siswa. Karena sebenarnya saat ini masih jam pelajaran. Dan kebetulan kelas Raden saat ini adalah mata pelajaran olahraga, di mana guru nya sedang ada urusan dan tidak bisa masuk.

"Gue harap lo jawab iya," lanjut Jesslyn masih menatap Raden.

BRAK

Tatapan Raden dan bahkan semuanya kini beralih pada satu botol mineral yang terjatuh dengan kondisi yang sudah remuk.

Tak berapa lama Aneska berjalan mendekat dan berhenti tepat di samping nya. Ia menatap lama Raden. Tatapannya bisa Raden lihat penuh dengan emosi.

"An."

DUG

Bahu Raden ditabrak cukup keras oleh Aneska. Setelah diam beberapa saat, Raden menyadari jika gadis itu sudah melenggang pergi. Punggungnya Raden tatap semakin menjauh.

"Aneska itu beneran sepupu lo kan, Den?" Tanya Jesslyn dengan tangannya yang sudah dilipat di bawah dada. Membuat Raden langsung mengalihkan tatapannya.

Semula tatapan itu biasa saja. Namun semakin lama, tatapannya berubah menjadi tatapan kebencian.

"Mulai detik ini, jauhin gue," ucap Raden pelan namun penuh peringatan.

Kening Jesslyn mengernyit. "Jauhin lo? Apa maksudnya? Lo pikir gue akan lakuin it-"

"Jauhin gue, Jess."

"Den," lirih Jesslyn dengan bahunya yang merosot. Sekilat mungkin Jesslyn mendekatkan wajahnya. Hendak mengecup Raden. Namun gerakan Raden yang menjauh lebih cepat, membuat dada Jesslyn entah kenapa terasa sesak.

"Lo murahan tau gak."

Mata Jesslyn berkaca. Perkataan Raden membuat hati nya semakin sakit. "Jangan bilang lo uda-"

"Iya," ucap Raden memotong. "Gue udah punya cewek."

"Gue pikir perhatian lo selama gue sakit itu karena lo masih sayang sama gue, Den. Apa lo cuma mau bayar rasa bersalah lo dengan itu?"

Raden terdiam. Tak tahu harus menjawab apa.

"Gue sayang sama lo, Den. Bahkan gue nyesal karena udah sakiti lo dulu. Apa gak ada kesempatan buat gue di hati lo lagi?" Tanya Jesslyn seraya meletakkan tangannya di dada Raden.

Namun tak lama karena Raden buru-buru menepisnya. "Gak akan pernah ada."

Jesslyn tersenyum seraya menyeka air matanya. "Apa cewek itu Aneska?"

- 🦋 -

Spoiler next chapt:

"Lo bukan cewek yang gue kenal," lanjut Raden menatap Aneska dengan kecewa.

"Dan lo bukan Raden. Semenjak ada Jesslyn, gue kehilangan lo. Gue gak tau lo siapa."

See yaa papay!

RadenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang