35 || Sakit

5.8K 331 14
                                    

Apa kabar, bruv?

Lama gak up, maaf ya•_•

Jangan lupa vote komennya!

"Jesslyn sangat butuh gue, An

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jesslyn sangat butuh gue, An. Lo jangan egois." Raden berucap penuh penekanan.

Mata Aneska entah sejak kapan sudah berkaca. Pandangan nya sedikit memburam, mencoba menahan sesuatu yang mendesak keluar sedari tadi. "Lo masih sayang sama Jesslyn."

"Enggak," potong Raden cepat.

"Iya!" Aneska tak mau kalah.

"Jesslyn lagi sakit. Mental nya gak baik-baik aja, An."

Aneska menoleh cepat ke arah Raden. "Hati gue, apa lo tau hati gue juga sakit?"

Raden terdiam, kembali menciptakan hening sebelum akhirnya ia mengeluarkan ponsel nya yang tiba-tiba bergetar. Ia lalu naik ke atas motornya. Mengabaikan pertanyaan sekaligus pernyataan yang Aneska lontarkan. Seolah acuh, laki-laki itu malah melajukan motornya dengan kecepatan tinggi.

Aneska menjatuhkan dirinya dengan kedua lutut yang pertama kali menyentuh tanah. Membuat luka di sana semakin terasa perih karena bergesekan dengan permukaan yang kasar. Sakit, tapi hati nya lebih.

"Jangan pergi," gumam Aneska menatap lurus ke arah depan. Hanya kekosongan juga kegelapan yang terlihat. Raden benar-benar pergi saat ia pikir laki-laki itu akan memeluk nya. Raden- dia lebih memilih Jesslyn.

- 🦋 -

"Malam ini, lo siap kan jadi babi?" Tanya Dikta dengan wajah polos yang membuat setiap orang yang melihatnya ingin langsung melayangkan pukulan.

"Kayaknya seru kalau gue tiup lilin waktu lo lagi dikejar-kejar warga," ucapnya lagi membuat satu semburan air berhasil mengenai wajahnya.

Lion tersenyum senang dan kembali menyimpan air mineral ke atas meja. "Udah gue kasih doa tadi."

Elgi menepuk pundak Lion. "Thanks, bro."

Lain dengan Raden yang kini melebar mata nya begitu melihat Aneska yang tengah berjalan di luar sana, hendak memasuki kelas. Satu air mineral ada di genggaman tangannya, nampak nya gadis itu baru saja dari kantin. Bisa Raden lihat dengan jelas raut wajah Aneska yang begitu datar. Tidak seperti biasa nya. Dan demi apapun itu, Raden lebih baik mendengar ucapan marah juga melihat raut kesal Aneska yang sekarang sudah tak ada lagi.

Menghela napas lebih dulu sebelum akhirnya Raden bangkit berdiri. Menghampiri bangku Aneska dan memberi kode kepada Violet. Susah payah ia menyuruh gadis itu agar mau berpindah tempat dan membiarkannya duduk di bangku samping Aneska. Bernapas lega saat Violet setuju walau sebelumnya gadis itu mengerucutkan bibirnya lebih dulu.

RadenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang