27 || Masih Takut

6.3K 339 8
                                    

Hayie!

Jangan lupa vote komennya🔥

Jangan lupa vote komennya🔥

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jangan pingsan."

Aneska membuka mata perlahan begitu tepukan di pipi nya terasa. Jantungnya masih berdetak cepat karena takut. Bahkan ia pikir sekarang, diri nya sudah berada di alam lain.

Hujan masih turun, bahkan lebih deras. Dengan napas tak beraturan, Aneska mencoba membuat diri nya tetap tersadar. Punggung nya sedikit perih, juga kepala nya kembali berdenyut sakit karena membentur trotoar jalanan.

"Raden?"

Terdengar Raden mengembuskan napas nya lega. Sedetik saja ia terlambat, sudah pasti Aneska akan berada di rumah sakit, lagi.

Aneska menjauhkan diri nya dari pelukan Raden. Mata nya membelalak begitu menemukan mobil yang hampir saja menabraknya kini sudah berhenti dengan keadaan rusak parah karena membentur sebuah pohon, setelah sang sopir berusaha keras membantingkan setir. Tepat saat Raden menangkap tubuh Aneska dan membuat kedua nya sama-sama terjatuh ke atas trotoar.

"Mobil sama orang nya," gumam Aneska melihat ke arah mobil itu.

"Udah gue panggil ambulans, juga polisi," ucap Raden membuat Aneska mengalihkan atensi nya.

"Sakit?" Tanya Raden melihat Aneska yang menutup mata nya kuat seraya memegang kepalanya. Ia hendak mengelus kepala Aneska. Namun segera ditepis gadis itu.

"Jangan sentuh," desis Aneska.

Dan bisa ia lihat raut penyesalan di wajah Raden di bawah rintik hujan saat ini. Namun entahlah, hati nya masih sakit saat mengingat sikap Raden yang terlalu kasar, juga hampir membunuh nya.

Aneska lalu hendak berdiri, namun kaki nya terasa semakin perih. Luka di sana semakin banyak karena tergores aspal.

Tanpa ragu, Raden menarik tangan kanan Aneska. Membantu gadis itu untuk berdiri juga berjalan.

"Seberapa takut lo sama gue?" Tanya Raden tiba-tiba.

Kedua nya masih terus melangkah, hendak menuju halte. Menembus dinginnya angin juga air hujan saat ini. Aneska menatap sorot mata Raden yang seolah penuh penyesalan di sana.

"Sangat," jawab Aneska. "Lo hampir bunuh gue."

Raden tersenyum getir ke arah Aneska. "Seandainya gue bilang itu bukan gue, apa lo percaya?"

"Lo pikir?"

"Enggak."

Sampai, Aneska segera duduk di kursi halte. "Lo- kayak monster."

- 🦋 -

Selesai mandi dan mengganti pakaian nya, Raden menjatuhkan tubuhnya ke atas kasur. Menghela napas seraya menatap langit-langit kamar nya. Sudah beberapa kali ia membujuk agar Aneska pulang ke rumah nya, namun masih sama dengan sebelumnya. Gadis itu menolak dan memilih pulang ke rumah Kiera setelah insiden tadi, bersama Arshaka.

Raden kembali menghela napas saat bayangan wajah Aneska terlintas. Dengan jelas Raden melihat sorot mata Aneska yang begitu penuh ketakutan.

Raden menghentikan langkahnya tepat diambang pintu kelas begitu melihat Aneska yang dipanggil oleh Bu Reni- wali kelas mereka. Menghela napas, samar-samar Raden mendengar percakapan kedua nya. Ia pikir Aneska akan pulang terlambat.

Mencoba sedikit acuh, Raden kemudian melangkah menuju parkiran dan melajukan motornya. Hendak menuju warung Teh Eha, menyusul yang lain nya.

Beberapa menit, bahkan hampir setengah jam berlalu, Raden merasa ada sesuatu dalam diri nya mendesak agar kembali ke sekolah. Untuk sekadar memastikan apakah Aneska sudah pulang atau belum. Ia juga menyadari jika langit kini menggelap. Tanda jika hujan akan segera turun. Raden takut saja, jika Aneska belum pulang dan terjebak hujan.

"Gue cabut duluan," pamit Raden memakai helm nya dan langsung mendapat anggukan kepala dari teman-temannya.

Baru beberapa menit motornya melaju di jalanan, air hujan sudah turun menyapa bumi. Raden berdecak kesal, ia segera menaikkan kecepatan motornya sedikit melebihi batas.

"Shit."

Beberapa saat jantung Raden seolah ditikam belati. Mata nya membelalak begitu melihat seseorang yang hendak ia pastikan keadaan nya, tengah menyeberang dengan tertatih. Dengan sebuah mobil yang melaju cepat ke arah gadisnya itu.

Raden buru-buru membuka helm dan melemparkannya asal ke sembarang arah.

Tepat saat sang supir membanting setir, Raden menarik tubuh Aneska dan membuat kedua nya terjatuh membentur trotoar.

"Hampir." Raden merasakan perih di tangannya karena menjadikan nya tumpuan saat terjatuh tadi. Tapi hati kecil nya sangat-sangat bersyukur karena datang tepat waktu.

Hendak kembali memejamkan mata, tiba-tiba ponsel miliknya yang terletak di atas nakas tiba-tiba berdering begitu nyaring. Beberapa kali, hingga Raden jengah dan bangkit dari tidur nya.

Raden menyipitkan mata begitu melihat nama seseorang yang tertera di ponsel nya.

"Jess," gumam Raden. Sedikit heran, namun dengan tanpa ragu ia menekan tombol merah.

- 🦋 -

See yaa papay👋

RadenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang