59 || Siapa Ketua Razor?

4.1K 234 3
                                    

Hai, bruv!

Jangan lupa vote komen nya!

"Gue gak sayang sama lo, Raden

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gue gak sayang sama lo, Raden. Gue mau kita pisah."

"Lo kayak gak anggap kita sama sekali. Lo gak percaya sama kita, Den. Kalau kayak gini mending bubar aja udah!"

"Lo di mana anjing?! Kalau lo nolong Ical, dia gak akan kayak gini sekarang. Lagian bisa-bisanya Ical telepon lo yang gak ada guna nya sama sekali."

"Jesslyn aja terus!"

"Tanda tangan sekarang, Raden. Jangan ada bantahan lagi."

"Lagipula kamu itu bukan anak kandung Papa."

Raden mengerang. Kepalanya semakin berdenyut sakit. Entah kenapa kalimat-kalimat itu bermunculan secara bersamaan saat ini. Satu masalah selesai, tapi kenapa justru semakin banyak masalah yang muncul? Yang mana yang harus Raden selesaikan pertama, ia abu-abu. Tidak tahu harus melakukan apa. Pikirannya terlalu keruh untuk sekarang.

Saat baru saja ia teguk lagi wine di hadapannya itu untuk yang kesekian kali, dering ponselnya berbunyi.

Coba Raden fokuskan pandangan nya pada layar ponsel, ingin tahu siapa yang menelpon nya di saat seperti ini. Namun ternyata hanya sebuah nomor yang tidak jelas siapa itu. Penasaran, Raden kemudian menggeser tombol hijau. Dan yang pertama kali menemui indera pendengaran nya adalah suara tawa.

"Raden Axelio Pradipta, gue rasa saat ini hidup lo hancur, ya?" Terdengar tawa lagi setelah nya. Dan bisa dipastikan jika itu adalah tawa yang mengejek.

Raden mendesis, bersamaan dengan kepalanya yang semakin berdenyut sakit. "Siapa lo?"

"Lo gak perlu tahu itu." Seseorang di seberang sana tersenyum miring. Sedikit ia rasakan kemenangan berpihak pada nya. "Tapi bentar, kayak nya belum cukup. Lo harus benar-benar hancur, Raden."

Raden masih diam, butuh beberapa saat untuk mencerna ucapan yang baru saja ia dengar saat ia berada dalam pengaruh alkohol seperti ini.

Lalu tak berapa lama, terdengar suara deheman di seberang sana. Terdengar seperti tengah berpikir.

"Siapa lagi orang penting di hidup lo, sialan?!"

"Anjing! Maksud lo apa?" Raden meninggikan suaranya.

"Oh, istri lo, Aneska. Dia masih aman kan?"

"Lo sentuh dia, lo mati!"

Tak takut mendengar kata mati yang diucapkan Raden, laki-laki itu malah kembali tertawa seolah ia dan Raden tengah saling melempar candaan satu sama lain. Sedikit muak Raden mendengarnya. Siapa sebenarnya orang ini?

RadenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang