11 || Aneska Marah

8.5K 480 14
                                    

Yang baca RADEN askot mana aja nih?🔥

Jangan lupa vote komennya, bruv🔥

Raden menggeliat dan menatap ke sampingnya yang kosong

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Raden menggeliat dan menatap ke sampingnya yang kosong. Dua hari dirinya di rawat di rumah sakit, dan akhirnya kemarin sore ia sudah diperbolehkan pulang. Meski begitu, luka tusukan yang untungnya tidak terlalu dalam itu belum benar-benar kering. Terkadang Raden merasakan nyeri di sana.

Mengucek matanya beberapa kali. Raden mencoba bangkit dari tidurnya. Membuka selimut lalu merotasikan matanya.

Dilihatnya Aneska tengah tidur di sofa yang memang ada di kamar ini. Dengan satu tangan yang dijadikan bantalan. Nampaknya Aneska ketiduran di sana.

Buru-buru Raden melangkah menuju Aneska dengan selimut yang ia bawa. Raden menatap wajah Aneska lekat.

"Jelek lo berkurang lima persen," lirih Raden hendak menutupi tubuh Aneska dengan selimut.

Namun sebenar belum-belum menyelimuti tubuh Aneska, Raden terlonjak kaget.

"Ngomong apa lo?" Tanya Aneska dengan mata melotot.

Raden mengatur napasnya. "Gak ngomong apa-apa."

Aneska memilih tak melanjutkan perdebatan antara dirinya dan Raden. Ia menguap beberapa kali seraya meregangkan otot-ototnya.

"Kenapa tidur di sofa?"

"Karena gak di kasur."

"Gue serius, An," ucap Raden melempar selimut nya ke atas sofa samping Aneska yang kosong.

"Gue ketiduran." Aneska menatap Raden tajam. "Lo sih. An minta ini. An pengen ini, pengen itu. Gue capek tau gak?"

Raden berdecak. "Gue suami lo kalo lo lupa. Jadi sebagai seorang istri, udah kewajiban lo buat urus gue."

Aneska menutup matanya. "Rasa-rasanya gue pengen amnesia."

Terkekeh melihat ekspresi Aneska, Raden mengusap wajah gadis itu.

"Buru mandi. Telat lima menit gue tinggal," ucap Raden melangkah lebih dulu ke kamar mandi setelah menyabet handuk yang tergantung.

Lain dengan Aneska yang kini tengah merapikan rambutnya.

"Ck. Siapa juga yang mau bareng lo?!" Aneska mendengus kesal. Baru pagi-pagi tapi Raden sudah sangat menyebalkan.

"Gak ada penolakan," teriak Raden dari dalam kamar mandi.

Mendengarnya membuat Aneska menghela napas. Semakin dibiarkan entah kenapa Raden semakin menyebalkan.

RadenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang