15 || Mati Lampu

7.1K 441 16
                                    

Sorry karena update nya kemalaman:(

Maaf juga baru sempet up. Kemarin-kemarin lagi banyak tugas banget

Oh ya, ada yang udah mulai sekolah tatap muka?

Btw, kalo lagi baca wp biasanya sambil ngapain?

Siapa tau ye kan ada yang sambil salto🤸

"Aneska, buka!" Ujar Raden yang sedari tadi di acuhkan oleh Aneska

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aneska, buka!" Ujar Raden yang sedari tadi di acuhkan oleh Aneska.

"Gak akan. Suruh siapa main-main?" Aneska memakan keripik kentang seraya menonton televisi dengan santai di ruang tengah.

Di luar rumah, bahu Raden merosot bersamaan dengan terpaan angin yang terasa dingin mengenai kulit tangannya yang tidak tertutup baju.

Kaos hitam lengan pendek dengan celana pendek di atas lutut adalah pakaian yang Raden kenakan malam ini.

Sialnya, Aneska ternyata tidak main-main dengan ucapannya. Ia benar-benar akan membuat Raden tidur di luar.

Raden jadi merutuki dirinya sendiri yang mau saja dibohongi Aneska tadi. Hingga berakhir dikunci kan dari luar seperti ini.

"Buka kunci nya, Aneska," ucap Raden lagi.

"Gak akan. Gue udah kasih peringatan tapi lo malah langgar. Sekarang tanggung sendiri akibatnya." Aneska tak mau kalah.

Lalu tiba-tiba saja hujan turun bersamaan dengan suara gemuruh dan petir.

Aneska sontak meletakkan toples berisi keripik kentang dan menatap ke arah luar.

"An, hujan An. Tega lo biarin gue kedinginan."

Aneska terdiam. Ia peduli, tapi tidak. Ia tidak boleh peduli pada Raden saat ini. Laki-laki itu harus diberi pelajaran agar jera.

"Aneska Aurelani Edrea! Istri durhaka, kembarannya macan betina. Ayo buka!" Raden menggerak-gerakkan knop pintu.

Aneska memutar mata nya malas. "Pikir lo gue mau bukain setelah lo sebut gue kembarannya macan betina?"

"Gak, sih," lirih Raden. "Tapi ayolah, An. Dingin nya nusuk sampe tulang," lanjut Raden memohon.

Aneska menyibakkan gorden. Menatap langit dimana ada rintikan hujan yang turun, lalu menjulurkan lidah pada Raden.

Mata Raden membulat melihatnya. "Berhasil masuk, lo abis sama gue, An."

"Terserah. Besok pagi, baru gue bukain," ucap Aneska lalu hendak kembali berjalan ke ruang tengah untuk menikmati keripik kentangnya juga film action di televisi.

RadenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang