25 || Takut

7.1K 420 11
                                    

Elgi memijit pelipisnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Elgi memijit pelipisnya. Setelah diberi tahu jika Raden mempunyai kepribadian ganda, ia jadi ingat kejadian waktu itu. Saat dengan tanpa belas kasihan Raden mendorong tubuh Violet hingga membentur meja dan menekan tangan Aneska hingga merah.

"Jadi yang waktu itu..." Elgi menghela napas. "Kenapa lo baru kasih tau kita?" Tatapan Elgi teralih pada Arshaka yang tengah meneguk sekaleng soda di sana.

"Karena Raden yang lebih berhak," jawab Arshaka lalu kembali meneguk soda di tangannya.

"Anjir!"

Tatapan mereka lalu teralih pada Dikta yang tiba-tiba berdiri. "Lo pada ingat, Raden yang tiba-tiba jadi childish saat lagi tawuran tahun lalu?" Tanya Dikta menatap satu persatu temannya.

Rafael menepuk jidatnya. "Ah, iya. Jadi itu-"

"Nama nya Bian," ucap Arshaka.

"Gila sih. Keren juga gue punya temen yang punya kepribadian ganda." Lion berkacak pinggang seraya mengangguk-angguk.

"Woy, roti gue!" Dikta menatap tak terima pada Elgi yang tengah mengunyah roti miliknya.

"Habisnya lama lo. Makan roti begini doang harus dipisah ujungnya."

Dikta memang tak suka pada pinggiran roti. Jadi sedari tadi, ia mencoba untuk memisahkan ujungnya. Namun sialnya, Elgi malah mengambil dan memakan nya dengan begitu mudah.

Dikta kemudian mengangkat tempat makan berwarna ungu dan memeluknya erat. "Itu kan... Dari Violet," lirih nya.

"Sejak kapan lo dekat sama dia? Pake dikasih roti segala lagi," ledek Rafael terkekeh membuat Dikta berdecak malas. Namun ia jadi ingat kejadian tadi pagi saat di sekolah.

Selesai memasukkan seragam nya ke loker, Dikta yang sudah berganti pakaian menjadi seragam olahraga itu kini melangkah keluar. Lalu tiba-tiba panggilan seseorang membuatnya berhenti dan berbalik.

"Vio? Ada apa?" Kening Dikta mengernyit. Ia lalu berdehem untuk menghilangkan sesuatu yang aneh dalam diri nya.

"Sepatu lo-" Violet menatap ke bawah. Membuat Dikta juga ikut mengalihkan pandangan nya. "Ikat nya lepas."

"Ah, iya." Dikta lalu menunduk untuk mengikatnya kembali. Setelah selesai, ia menatap Violet. "Thanks."

"Dikta," panggil Violet seraya menahan lengan Dikta.

Menunggu selanjutnya, Dikta mengerutkan dahi.

"Muka lo pucat. Kata Bunda, ada dua kemungkinan kalau muka kita pucat."

RadenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang