02 || Bukan Raden

12K 735 4
                                    

Yang jadi siders gimana, aman?

Yuu klik bintang pojok kiri dan komen!

Aneska mengeluarkan dompetnya lalu mengambil beberapa lembar uang dari sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aneska mengeluarkan dompetnya lalu mengambil beberapa lembar uang dari sana. Tersenyum pada pedagang ice cream lalu memberikan uang tersebut kepadanya.

Aneska menghela napas menatap Raden kesal. "Saat lo sadar, lo harus balikin semua uang gue, sialan."

Memutar matanya malas, Aneska menarik Raden dari sana.

"Ice cream nya enak. Bian suka," ucap Raden membuat Aneska menepuk-nepuk kepalanya. Selesai membeli robot Raden tiba-tiba menunjuk pedagang ice cream tak jauh dari toko mainan.

Sumpah, demi apapun Aneska kesal pada Raden. Lagipula apa yang sebenarnya terjadi pada diri laki-laki itu hingga bersifat kanak-kanakan seperti ini?

Ingat akan sesuatu, Aneska menghentikan langkahnya. Mengambil ponselnya dari dalam saku untuk menghubungi Arshaka.

Aneska berdecak, merutuki kebodohannya sendiri. "Kenapa gak dari tadi gue telepon dia, astaga."

"Halo," sapa Arshaka dari seberang sana.

Dan Aneska bisa mendengar suara musik yang begitu keras terdengar dari seberang sana.

"Ar, jemput gue di deket kafe Boschav."

"Atas urusan apa?" Tanya Arshaka dari lalu meneguk wine nya.

Aneska menghela napas lalu menatap Raden yang kini tengah duduk di salah satu bangku.

"Raden, dia tiba-tiba bilang kalau dia itu Bian." Aneska mendengus. "Pusing gue, Ar. Raden sering kerasukan kayak gini?"

Aneska menepuk jidatnya. "Gue juga lupa, sih. Raden kan emang sedikit miring ya otaknya?"

Tak mendengar sahutan apapun, Aneska kembali bersuara. "Pokoknya cepet ke sini sebelum temen lo makin aneh."

"Halo?" Aneska berdecak. Belum menjawab apa-apa tapi Arshaka sudah mematikan teleponnya sepihak. Menyebalkan.

Kembali menatap Raden yang masih sibuk dengan ice cream nya, Aneska melipat kedua tangannya di bawah dada.

"Ketua geng motor kok kayak gini," ucap Aneska bergidik ngeri.

Menunggu beberapa saat tapi Arshaka tidak muncul juga. Menghela napas lebih dulu, Aneska lalu menghampiri Raden dan menarik tangannya. "Ayo pulang."

RadenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang