07 || Sah!

9.3K 667 21
                                    

Kata Raden buat yang jadi silent readers:

"Mau mati lo?"

Canda bruv🥰

Jangan lupa vote komennya🧚

Ada kuisioner di bawah, jangan lupa di jawab yaa bruv

Dengan segala rasa kesal, marah, takut, juga benci, Aneska yang kini duduk di samping Raden meremas kuat rok kebaya berwarna coklat yang ia gunakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dengan segala rasa kesal, marah, takut, juga benci, Aneska yang kini duduk di samping Raden meremas kuat rok kebaya berwarna coklat yang ia gunakan.

Mencoba tak mendengar ijab kabul yang Raden ucapkan. Tapi tetap saja, seberapa kuat ia mencoba, suara Raden malah semakin terdengar jelas di telinganya.

"SAH!"

Aneska menoleh dan mendapati kelima teman Raden yang sedang berdiri di ambang pintu. Hari ini, di rumah Raden keduanya tengah melangsungkan acara pernikahan yang hanya disaksikan oleh anggota keluarga. Dan sialannya, Raden malah mengundang teman-temannya.

Ini membuat Aneska benar-benar emosi.

Dengan tangan yang masih terangkat di udara karena baru saja mengucapkan doa, Raden menoleh pada Aneska yang kini menatapnya tajam. Napas gadis itu bahkan naik turun saat ini.

"Siapa yang izinin mereka datang ke sini?" Tanya Aneska lirih namun penuh penekanan.

"Gue gak tau, An. Mereka datang sendiri," ucap Raden jujur. Semalam ia hanya memberi tahu bahwa dirinya akan menikah. Mana Raden tahu kalau ternyata mereka akan datang ke sini sekarang.

"Lo ngasih tau mereka, hah?"

Raden mengangguk seraya meneguk ludahnya susah payah. Kenapa rasanya Aneska terlihat seperti ingin menerkam dirinya saat ini juga?

Baru saja Aneska hendak membuka mulutnya lebar-lebar, berniat meneriakkan nama Raden sekeras mungkin karena kesal. Padahal sudah ia peringatkan jika tidak boleh ada satu orang pun yang tahu tentang ini kecuali keluarga. Dan Raden benar-benar gila. Bisa-bisanya ia menceritakan semuanya. Kalau satu sekolah tau dan sampai ke telinga para guru, maka Aneska pasti akan di keluarkan dari sekolah.

"RA-"

"Ayo, sekarang mempelai wanita mencium punggung tangan mempelai pria," ucap penghulu membuat Aneska mengurungkan niatnya lalu menarik tangan Raden kasar.

Menciumnya dengan hati yang sangat-sangat tidak ikhlas. Kalian ingat itu!

"Sekarang mempelai pria cium kening istrinya."

Mata Aneska dan Raden membelalak terkejut. Keduanya lalu saling menatap satu sama lain sebelum akhirnya bergidik ngeri.

"Gak, gak. Yang ada tar gue diterkam." Raden mengalihkan tatapannya ke arah lain.

RadenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang