Hai, bruv!
Raden menghela napasnya seraya menyandarkan tubuhnya pada dinding bercat putih ini. Ia menatap Arshaka dan Lion bergantian.
"Dua belas April, hari dimana Axel mati. Dan apa lo semua ingat?"
Arshaka dan Lion saling tatap, masih belum mengerti kemana arah pembicaraan Raden.
"Saat itu gak ada satu pun dari anak Bravos di Jakarta. Kita semua lagi pergi ke Bandung," lanjut Raden.
"Reygan yang koma?"
Raden mengangguk. "Iya. Reygan koma dan kita semua ke sana buat jenguk dia."
Lion mengernyitkan keningnya. "Terus yang bunuh Axel?"
Memijit pelipisnya yang berdenyut, Raden lalu menggeleng. "Yang jelas itu bukan anak Bravos."
- 🦋 -
Sudah berada di puncak kesal, Aneska tanpa ragu melemparkan bolpoin miliknya. Dan gotcha! Tepat mengenai sasaran. Aneska buru-buru mengalihkan tatapannya saat Raden menoleh.
"Ada apa Raden?" Tanya Bu Anita mendengar suara berisik di bangku Raden.
"Bolpoin saya Bu." Raden mengangkat bolpoin milik Aneska. "Jatuh," lanjutnya.
Bu Anita mengangguk-angguk. "Baik kalau begitu, sekarang kita lanjutkan. Jika F(x) sama dengan..."
Raden menghela napasnya seraya menatap Aneska yang tengah serius mengerjakan soal matematika yang diberikan Bu Anita.
"Mau kemana?" Tanya Jesslyn seraya menahan lengan Raden saat laki-laki hendak berdiri. Ia lalu menggeser buku miliknya. "Soal yang ini gue belum paham. Lo kan jago nya matematika, jelasin lagi bisa kan?"
Sedikit ragu, tapi tak urung Raden mengangguk. Bukan karena apa, tapi sebenarnya ia ingin menghampiri Aneska. Raden paham betul jika saat ini Aneska tengah marah pada nya. Lebih tepatnya sejak tadi pagi.
Lain dengan Aneska yang kini menutup matanya. Bayangan kejadian tadi pagi saat Raden seolah tak bisa melakukan apa-apa saat Jesslyn ingin duduk di bangkunya tiba-tiba saja melintas. Bahkan laki-laki itu sama sekali tak membela nya tadi.
"An, lo masih sakit?" Tanya Violet menempelkan tangannya di kening Aneska.
Buru-buru Aneska membuka matanya dan tersenyum. "Enggak. Gue udah baik-baik aja."
"Serius?"
Aneska menjawab dengan mengangguk.
"Gue takut lo sakit. Kayak Kiera." Wajah Violet berubah murung saat mengingat Kiera.
Aneska tersenyum lebar. Ia lalu memeluk Violet dari samping. "Enggak. Gue baik-baik aja, dan Kiera juga. Dia pasti sembuh," ucap Aneska. Walau sebenarnya ada keraguan dalam hati nya. Kondisi terakhir yang Aneska dengar tentang Kiera adalah sesuatu yang buruk.
Tapi meski begitu, Tuhan-lah yang mempunyai takdir. Semoga.
- 🦋 -
"Maaf Pak, tapi dia mau pulang bareng saya." Raden mengeluarkan beberapa lembar uang dari dompetnya. "Ini buat bapak."
"Oh begitu. Padahal tidak usah bayar." Seorang pengendara ojek online yang di pesan Aneska itu kembali menurunkan helm yang tadi nya akan ia beri pada Aneska. Tangannya lalu meraih beberapa lembar uang dari Raden.
"Gak pa-pa," ucap Raden tersenyum.
"Kalau begitu, mari Mas, Mba."
Aneska menatap Raden dengan mata nya yang memelotot. Kesal. Lagipula, ia tak mau pulang dengan Raden.
"Lo-"
"Ssstt. Marah-marah nya nanti aja."
Aneska mendengus seraya berkacak pinggang. "Kemana mantan kesayangan lo?"
Raden memutar malas matanya. Kenapa gadis ini selalu saja membahas Jesslyn?
"Tumben dia gak ngikutin lo."
"Lo cemburu?" Tanya Raden menyadari ekspresi wajah Aneska. "Karena dia duduk sama gue?"
"Enggak." Aneska menurunkan pandangannya. Menatap kakinya yang sibuk menendang batu kerikil di bawah sana. "Gue cuma kecewa sama lo."
Raden menghela napas. Kedua tangannya lalu ia letakkan di bahu Aneska. "Lo percaya sama gue, An? Apapun yang gue lakuin, cuma agar lo baik-baik aja."
Aneska mengangkat wajahnya. Keningnya mengernyit dengan sempurna. "Maksudnya?"
"Lupain." Raden lalu meraih helm dan mengulurkan nya pada Aneska. "Lo pulang bareng gue."
"Raden."
Baru saja tangan Aneska hendak menerima helm yang diulurkan Raden kepadanya, suara seseorang membuat ia dan Raden menoleh.
"Emm. Lo bisa kan anterin gue?" Tanya Jesslyn dengan tersenyum. Ia lalu mengambil helm yang berada di tangan Raden. "Lo paham kan? Sejak kejadian itu, gue masih takut. Dan lagian, Papa juga nyuruh lo buat anterin gue pulang."
"Lo siapa nya Raden, ya?" Tanya Aneska dengan suara nya yang meninggi.
Jesslyn smirk dengan kedua bahunya yang terangkat. "Mungkin sebentar lagi, Raden dan gue akan lebih dari seorang mantan. Lo harusnya paham, An."
Raden yang sedari tadi tengah menutup matanya, kini menghela napas. "Gue antar Jesslyn pulang."
Ucapan Raden berhasil membuat Aneska terkekeh kecil. "Lo gila."
"An, lo tunggu di sini. Habis antar Jesslyn, gue jemput lo lagi."
"Gak perlu. Gue bukan cewek manja," ucap Aneska seraya mengalihkan tatapannya pada Jesslyn saat mengucapkan kalimat terakhir.
- 🦋 -
Jangan lupa vote komennya-!
See yaa next chapt, bruv!
KAMU SEDANG MEMBACA
Raden
Teen Fiction[Harap follow akun author lebih dulu] ••• Karena sebuah kejadian tak terduga, Aneska terpaksa harus menikah dengan Raden. Musuh satu kelasnya sekaligus ketua dari geng motor Bravos. Menjalani kehidupan sebagai seorang pelajar sekaligus istri dari Ra...