[Harap follow akun author lebih dulu]
•••
Karena sebuah kejadian tak terduga, Aneska terpaksa harus menikah dengan Raden. Musuh satu kelasnya sekaligus ketua dari geng motor Bravos. Menjalani kehidupan sebagai seorang pelajar sekaligus istri dari Ra...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Raden terus berlari seraya menggiring bola basket di tangannya. Melompat dan melakukan shoot ke arah ring basket. Entah ke berapa kali nya ia memasukkan bola basket itu ke dalam ring.
Keringat bahkan sudah membasahi punggung dan pelipisnya. Raden menyibakkan rambut nya yang sedikit menutupi mata. Seolah tak lelah, ia kembali melakukan dribble seraya berlari mengelilingi lapangan.
Sekolah sudah sangat sepi saat ini. Namun Raden tak ada niatan sedikitpun untuk pulang.
Beberapa kali, mungkin sembilan kali ia melakukan shoot dan berhasil masuk, Raden kemudian merentangkan tubuh nya di tengah-tengah lapangan. Di temani keheningan juga riuh nya pikiran, Raden mulai memejamkan mata.
"Hidup itu, banyak misteri nya, ya?"
Mendengar suara tak asing, ia membuka mata nya. Menatap ke samping dan mendapati seorang perempuan tengah terduduk dengan tatapan lurus ke depan.
"Alur nya, kadang gak bisa kita tebak."
Raden sontak mendudukkan tubuhnya. Menatap seseorang di samping nya ini. "Lo ngap-"
"Gue takut sama lo. Kangen, juga sedikit khawatir."
Beberapa saat Raden terdiam. Keningnya mengernyit heran. Namun dengan sedikit ragu, Raden mulai melingkarkan tangannya. Membalas pelukan gadisnya ini.
"Khawatir? Kenapa?"
Mata Aneska terpejam. Ia masih memeluk erat tubuh Raden. "Seseorang kadang menjadi kuat untuk menyembunyikan luka nya kan?"
"Gue gak paham."
Perlahan, Aneska menurunkan tangan nya. Menatap Raden lekat sebelum akhirnya tersenyum ke arah laki-laki itu.
"Lo udah maafin gue, An?" Tanya Raden namun yang ia dapatkan malah angkatan bahu.
Samar Raden menganggukkan kepala nya. Ia tersenyum sebelum akhirnya keheningan diantara mereka lenyap.
Raden bangkit seraya mengernyitkan kening nya. Menuju kursi di mana ia meletakkan ponsel nya di sana. Lalu Raden meraih ponsel yang terus berdering tanpa henti itu.
"Jesslyn," gumam Raden menghela napas. Hendak menekan tombol hijau namun sambungan nya malah terputus lebih dulu.
Ini aneh. Kenapa Jesslyn jadi tiba-tiba sering menelepon nya akhir-akhir ini?
