[Harap follow akun author lebih dulu]
•••
Karena sebuah kejadian tak terduga, Aneska terpaksa harus menikah dengan Raden. Musuh satu kelasnya sekaligus ketua dari geng motor Bravos. Menjalani kehidupan sebagai seorang pelajar sekaligus istri dari Ra...
Yuk tekan bintang di bawah dan jangan lupa juga komen nya!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dengan tergesa Raden menyusuri beberapa koridor rumah sakit ini untuk sampai ke ruang IGD. Maklum, ruang rawat Lion dengan IGD cukup jauh, hingga membuat Raden harus sedikit berlari.
Napas nya memburu bertepatan dengan langkahnya yang memelan begitu sampai di depan pintu IGD. Raden menutup matanya sekejap, sebelum akhirnya menghela napas dan membuka pintu.
"Sus."
Suster tersebut mengangguk lalu mengikuti langkah dokter Myta di belakangnya. "Pasien sudah melalui masa kritisnya. Besok dia akan dipindahkan ke ruang rawat."
Raden tersenyum dan mengangguk. "Makasih, dok."
"Kalau begitu, saya permisi," ucap dokter Myta dan kemudian pergi meninggalkan ruangan.
Hening. Kini hanya tinggal ada Raden dan Aneska. Tatapan Raden menunduk kala Aneska memutar matanya malas dan membalikkan badan.
"Lo gak tahu sesenang apa gue saat lihat lo bangun." Raden mendekat dan tak ada suara apapun setelah nya.
"An." Raden yang baru saja mengangkat tangannya, tiba-tiba terhenti. Membuatnya tergantung begitu saja di udara
"Gue lagi mikir."
Lalu perlahan Raden turunkan tangannya itu. Menunggu dengan sedikit takut. Entahlah, rasanya suasana kali ini berbeda.
"Tentang hubungan gue sama lo," lanjut Aneska seraya membalikan kembali badannya. Seketika itu, kedua netra nya bertemu dengan mata Raden yang membelalak. Kini Aneska dalam posisi duduk. Ia menghela napas berat dengan tatapannya yang tak teralih sama sekali dari Raden.
"Maksud lo, An?"
"Gue capek Raden. Lo gak pernah paham." Tatapan mata Aneska saat ini yang paling Raden benci. Dan semakin Raden benci saat ia ingat jika ia sendiri yang membuat tatapan itu Aneska pancarkan di kedua bola mata indahnya.
"Lo yang gak paham, An." Raden semakin mendekat. "Gue sayang sama lo."
Aneska menutup matanya. "No more bullshit. Selama ini semua yang lo bilang itu cuma bullshit, Raden."
Raden menggeleng cepat. "Gue gak bohong, An. Gue sayang sama lo."
"Terus hal apa yang buat gue bisa percaya kalau lo beneran sayang sama gue?" Nada suara Aneska meninggi. Hening kembali menyapa sebelum akhirnya Aneska berkata lirih, "Gak ada."