Hai, bruv!
"Lo pulang aja."
"Kita pulang. Bukan cuma gue."
Aneska menghela napasnya. Dengan matanya yang tengah berkaca, ia mendongakkan kepala. Menatap Raden dengan raut wajah seolah penuh keyakinan. Padahal hati nya mencelos. Sejenak bibirnya kelu.
"Gue mau kita pisah." Mata Aneska masih memejam. Helaan napas yang coba diteraturkan seakan-akan menandakan jika oksigen susah ia dapatkan saat ini. Keberanian yang ia kumpulkan sejak tadi akhirnya memuncak. Meski masih sedikit berpihak pada rasa ragu.
Tangan Raden bahkan masih terangkat di udara. Ada sesuatu berdesakkan dalam dada nya. Empat kata yang baru saja ia dengar nyata nya sangat berdampak buruk pada hati nya. Raden bahkan lupa bagaimana cara nya bernapas.
"An," lirih Raden namun penuh penekanan. Entah harus kata apa yang ia ucapkan saat ini, hingga pada akhirnya yang keluar hanyalah panggilan nama gadisnya. Meski begitu, semua makna rasa yang saat ini Raden rasakan berada di sana sepenuhnya.
Aneska menelan salivanya lebih dulu. Coba ia beranikan menatap kedua mata Raden yang penuh akan makna itu. "Raden, gue rasa ini keputusan yang terbaik. Bukan cuma untuk gue, tapi untuk lo juga. Gue akan lepas lo. Gue mau kita cer-"
GRAP
Tubuh Aneska mematung saat dengan tiba-tiba Raden menarik tubuhnya dan membawanya ke dalam sebuah pelukan. Suasana senja di ruang rawat Aneska kali ini rasanya berbeda. Dingin dan semakin sunyi.
"Jangan bilang itu," suara Raden terdengar bergetar. Ada rasa bersalah dan ketakutan dalam tiap kata yang ia ucapkan. "Gue gak bisa, An."
Kini Aneska mengalihkan pandangannya ke samping saat Raden melepas pelukan dan menatap matanya. Tidak, Aneska tidak bisa tatap mata itu untuk sekarang.
"Tatap gue An. Bilang kalau lo gak sayang sama gue."
Aneska bahkan tak mengedipkan matanya sama sekali. Karena ia sadar jika hal itu ia lakukan, maka setetes air akan jatuh dari sana.
"An." Bahu Raden turun, Aneska masih enggan menatap matanya. "Gue tahu gue udah terlalu buat hati lo sakit. Maaf, An. Lebih baik lo pukul dan marahi gue sekarang, asal jangan itu. Karena gue gak akan lepas lo. Gak akan pernah."
Terlalu lama hening, Raden kembali bersuara. "Bilang sekarang, An."
Dengan gerakan cepat, Aneska balas tatapan mata Raden. Rongga dada nya naik turun. "Gue gak sayang sama lo, Raden. Gue mau kita pisah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Raden
Teen Fiction[Harap follow akun author lebih dulu] ••• Karena sebuah kejadian tak terduga, Aneska terpaksa harus menikah dengan Raden. Musuh satu kelasnya sekaligus ketua dari geng motor Bravos. Menjalani kehidupan sebagai seorang pelajar sekaligus istri dari Ra...