Keesokan harinya, Esme sarapan sambil memikirkan mimpinya semalam. Mimpi itu terlalu terasa aneh baginya, dia tidak merasa seperti mimpi tetapi ternyata memang mimpi. Jika memang benar itu adalah mimpi, dia tidak pernah mengalami mimpi yang terasa begitu nyata sehingga terasa seperti dia memang berpindah dari mimpinya, sungguh tidak masuk akal.
Esme mendesah untuk kesekian kalinya sambil menggigit roti bakarnya dengan jengkel. Kehidupan sekolah yang nyaman ternyata tidak semudah itu. Memiliki panel ternyata juga cukup merepotkan meski juga menguntungkan.
Esme makan sambil membuat keputusan untuk melupakan mimpinya untuk saat ini. Pelajaran baru masih menunggunya, dia butuh konsentrasi tinggi untuk memprosesnya.
Setelah menyantap sarapan, Esme dan ketiga temannya berjalan menuju ruang kelas Charms. Esme juga memberitahu mereka tentang jalan rahasia menuju kelas Charms.
Professor Flitwick, berdiri di tumpukan buku menunggu para siswa untuk duduk. Esme duduk di ujung memperhatikan Professor Flitwick yang bertubuh pendek. Professor Flitwick dikabarkan sebagai orang yang sangat hebat dalam urusan mantra. Kabarnya dia juga adalah juara duel.
Setelah seluruh para siswa datang, professor Flitwick mengabsen para murid dan memulai kelas. Sebagai pembuka kelas, professor Flitwick menunjukkan beberapa mantra menenangkan seperti tap dance, melayangkan buku-buku di udara, hingga membuat lagu dari ketukan tap dance buku-buku. Pemandangan yang menyenangkan ini membuat siswa tertarik untuk belajar mantra segera.
"Berlatihlah dengan giat, maka kalian akan sampai di level ini." Setelah itu, dia menjelaskan dasar dan teori awal untuk cara mengunakan tongkat sihir untuk melukan mantra yang benar. Dia juga menekankan pentingnya ayunan dan pengucapan mantra.
Esme mencatat dengan rajin memastikan catatannya tercatat dengan rapi. Angelina yang melihat catatannya terlihat sangat rapi tertarik untuk meminjam. "Sepertinya aku perlu meminjam catatanmu nanti." Bisik Angelina padanya.
"tentu. Kalian bisa meminjamnya. Aku akan membuat salinan untuk kalian."
"setelah ini kita ada kelas paling membosankan. Jadi bersiaplah." Bisik Angelina lebih pelan.
Esme melirik Angelina dengan senyum kecil di wajahnya dia Kembali menyimak penejalasan dari Professor Flitwick. Kelas paling membosankan adalah kelas sejarah Sihir. Seingatnya pengajar dari kelas ini adalah professor Bins, yang telah meninggal tanpa sadar sehingga dia tetap mengajar dalam rupa hantu. Kelas ini terkenal dengan reputasinya yang sangat membosankan. Teman-temannya pasti akan mengeluh tentang betapa membosankannya kelas ini nanti.
-
Esme keluar dari dari kelas Sejarah Sihir sambil menguap lebar. Kelas Sejarah Sihir seperti reputasinya, sangat membosankan. Bahkan dia yang dikehidupannya sudah menghadiri kelas seorang professor tua di universitas tetap gagal untuk bertahan di kelas ini.
Jika Esme tidak bertahan, begitu juga ketiga temannya juga tidak berhasil. Angelina bahkan tertidur sebentar. Sementara Alicia dan Shanna terkantuk-kantuk di tengah kelas.
"Kita tidak ada kelas setelah makan siang kan ?" Alicia menguap lebar setelah bertanya.
"kita bisa tidur siang dengan tenang. Tapi kita punya satu tugas dari kelas Sejarah Sihir." Shanna merangkul Angelina untuk membantunya tetap berjalan dengan lurus. "aku ingin tidur sebentar."
"Aku juga" Angelina menguap lebar sambil merangkul Shanna. Mereka terhuyun-huyun pergi untuk makan siang.
"mari makan siang dahulu, setelah itu, kita bisa tidur siang. Kita butuh tenaga untuk berfikir setelah ini." Esme juga merasa mengantuk selain itu Dia memikirkan Jasper yang juga perlu di beri makan siang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigration to Harry Potter World: The Lady's Daughter
FanfictionEsme seorang anak yatim piatu memiliki sebuah rahasia. Dia seorang Transmigator yang disertai kemampuan Panel Skill. Saat dia bersiap menjalani hidup dan menghasilkan uang tiba-tiba seekor burung hantu mengantarkan surat penerimaan Hogwarts. "In...