Chapter 37: Price

978 174 10
                                    

Esme berdiri membeku di tempat sambil menatap sosok yang mengaku sebagai malaikat maut dengan bingung. Dia belum pernah melihat malaikat maut bahkan di kehidupan sebelumnya, maksudnya adalah saat dia meninggal dan bertransmigrasi. Dia tidak bertemu sosok seperti malaikat maut seperti didepannya.

Kenapa saat ini dia malah bertemu dengan malaikat maut disini ?

Kepala Esme dipenuhi dengan banyak pertanyaan sekarang dan melupakan sosok yang muncul di depannya. Dia sibuk berfikir soal mengapa sosok ini ada disini, dan mengapa Rowan Khanna bisa selamat.

Malaikat maut yang melihat Esme sepertinya teralihkan pikirannya tersenyum kecil lalu berjalan mendekati Esme. "Gadis kecil, urusan kita belum selesai." Ucapnya pelan.

Pikiran Esme sontak langsung Kembali. Dia menatap sosok malaikat maut yang berdiri di depannya dengan kaget. "Aku tidak mengerti maksudmu." Balas Esme dengan tenang.

Malaikat mau itu membuka buku di tangannya sambil membolak balik halaman sambil mencari sesuatu secara perlahan. "aku disini untuk memanen nyawa. Tetapi nyawa itu tidak lepas dari tubuhnya." Lalu malaikat maut itu memandang Esme seperti menuduhnya melakukan sesuatu. "Seharusnya kamu tau sesuatu tentang ini kan ? Jika tidak, sungguh mustahil kamu bisa melihatku sekarang."

Esme mengerutkan keningnya berfikir. Apakah nyawa yang dimaksud itu, Rowan Khanna ? Secara dia seharusnya meninggal malam ini tetapi entah bagaimana bisa selamat. "Apakah itu seorang gadis ? Rowan Khanna ?" tanya Esme dengan hati-hati.

Malaikat maut itu sedikit tertawa puas seperti sudah menemukan bukti kesalahannya. "Lihat, bahkan kamu tau namanya."

"Aku hanya tau dia akan meninggal malam ini tetapi aku tidak menyelamatkannya." Kata Esme membela diri. Dia juga masih tidak tau sebab mengapa Rowan Khanna bisa selamat malam ini. "Kamu tidak menuduhku tanpa bukti. Dan masalah aku bisa melihatmu itu karna faktor lain."

Malaikat maut itu menatap Esme dengan tatapan menyelidik. "faktor lain ?"

"Demi-god." Kata Esme singkat.

Malaikat mau itu terlihat terkejut lalu mengangguk seperti mengerti alasannya. "ternyata seorang demi-god. Dari cabang mana kamu ?" katanya mengubah wajah menjadi ingin tahu.

"Cabang ?" tanya Esme bingung. "Cabang apa ?"

Malaikat maut itu memberikan wajah seperti 'kau taulah'. Tetapi Esme masih tidak mengerti maksudnya. Dia hanya bisa berdecak jengkel. "Yunani, Roman, Norse, Mesir ?"

Esme mengangguk mengerti maksud dari cabang yang dimaksud oleh Malaikat maut. "Norse." Jawab Esme singkat

"putri Hel ?" tanya Malaikat maut ragu.

Esme menggeleng pelan. Tiba-tiba dia memikirkan situasi ini yang terasa aneh. Mengapa suasana menengang tadi tiba-tiba hilang setelah dia tau dirinya adalah demi-god. Sekarang mereka malah seperti berbincang Bahagia antara karyawan kerja dan anak bos.

Malaikat maut memandang Esme bingung. "Bukan ? Seharusnya masih memiliki hubungan dengan kematian, jika tidak, kamu tidak akan bisa melihatku."

"Aku putri Freya" kata Esme menjelaskan

Malaikat maut menyadari begitu mendengar perkataan Esme. "Ah benar, Freya penguasa Folkvangr, itu tempat yang indah untuk pensiun. Aku belum pernah kesana tapi kudengar itu tempat yang sangat indah tidak seperti dunia bawah." Kata Malaikat maut sambil bersedekap dan mengangguk-angguk.

"Apakah ada perbedaan seperti itu ?" tanya Esme penasaran.

"Tentu saja. Valhalla hanya bisa dimasuki mereka yang meninggal dalam pertempuran, dikatakan mereka yang berpangkat dan luar biasa berada disana. Helheim tempat Hel berada menjadi tempat bagi mereka yang meninggal karena penyakit, usia, atau yang dianggap pengecut dan tidak terhormat. Sementara Folkvangr, tempat yang lebih damai, disana selama mereka meninggal dengan perlawanan, pertempuran, dan kemuliaan disanalah mereka berada tidak peduli mereka hanya orang biasa atau tidak."

Transmigration to Harry Potter World: The Lady's DaughterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang