Chapter 137: Duel Club

612 91 2
                                    

Ini chapter bagi yang minta kemarin, 4.000 kata :D

Sebuah insiden tidak terduga terjadi ketika Esme kembali dari mengerjakan tugas dengan profesor di malam hari. Fred dan George tampak di marahi oleh Percy dengan keras di lorong dekat pintu masuk asrama.

"Ada apa ?" tanya Esme ketika melihat kedua sepupunya di marahi.

"Kedua anak ini sekarang berani untuk menakut-nakuti Ginny" kata Percy dengan sangat marah.

"Menakuti Ginny ?" Esme berbalik dan menatap kedua sepupu kembarnya tersebut.

Fred dan George langsung menggelengkan kepala. "Kami hanya menjalankan apa yang kamu minta sebelumnya Esme."

"Menghibur Ginny."

"Hah ? Menghibur dengan berubah menjadi makhluk berbulu dipenuhi bisul lalu mengagetinya ?!" Percy berteriak marah ketika dia melihat Ginny malah semakin takut.

Esme menepuk pundak Percy berusaha mengurangi kemarahan dan menenangkannya. "Tenang Percy, ini juga salahku. Aku melihat Ginny sangat pucat pagi ini setelah mendengar berita tentang Colin yang membeku. Jadi aku meminta mereka menghibur Ginny karena aku sibuk hari ini dan kemungkinan tidak bisa menghibur Ginny sampai besok. Ini juga salahku karena tidak memberikan saran pada mereka tentang bagaimana cara menghiburnya." kata Esme dengan penuh penyesalan.

Percy yang dibujuk oleh Esme hanya bisa mengatur nafasnya dan menatap marah pada kedua adik laki-laki yang selalu membuat masalah untuk mereka. "Tidak lain kali, aku akan menulis pada ibu jika kalian sampai membuat masalah lain." Percy pergi begitu saja memasuki asrama setelah mengancam kedua adiknya.

Fred dan George masih merenggut marah setelah di marahi Percy. Keduanya selalu tidak senang saat Percy bersikap sok seperti itu.

"Dia hanya peduli tentang citranya sebagai Prefek." kata Fred dengan sangat jengkel.

"Benar, dia tidak pernah benar-benar peduli dengan kami adiknya" George dan Fred selalu menjadi korban amarah Percy.

"Sudahlah, dia hanya berniat baik tapi caranya salah." kata Esme berusaha menenangkan kedua sepupunya.

"Jangan membelanya Esme, kamu tahu sendiri bagaimana dia" kata Fred tidak terima.

"Iya aku tahu, tenangkan dulu amarahmu. Aku akan berbicara padanya nanti, dan malam ini aku akan mengunjungi Ginny dulu." kata Esme.

Fred dan George saling melirik dan pergi masuk ke asrama bersama Esme yang hanya menggelengkan kepala di belakang dengan merasa tidak berdaya.

Esme langsung menaiki tangga menuju asrama perempuan dan mengunjungi kamar Ginny terlebih dulu. Kamar Ginny sepi dan hanya ada Ginny seorang yang tampak membaca buku di kasur dengan wajah pucatnya. Esme mengetuk pintu dengan lembut untuk membiarkan Ginny mengetahui kedatangannya.

Ginny sontak mengangkat kepala dengan kaget dan buru-buru menutup bukunya. "Esme.." sapanya dengan gugup.

Esme berjalan dengan senyum lembut memasuki kamar Ginny. "Apa kabar kamu hari ini ?" tanya Esme dengan nada lembut.

"Baik, mungkin hanya Fred dan George yang menakutiku tadi di lorong." kata Ginny dengan sedikit nada kesal.

Esme tertawa pelan dan mendekati kasur Ginny. "Ini juga salahku, aku yang meminta mereka untuk menghiburmu karena khawatir dan tidak memberikan mereka caranya."

Ginny langsung mengangkat kepalanya dan menatap Esme dengan terkejut. "benarkah ?"

Esme mengangguk. "Aku khawatir saat melihatmu pucat saat sarapan, kupikir kamu ketakutan setelah mendengar kabar penyerangan Colin."

Transmigration to Harry Potter World: The Lady's DaughterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang