Chapter 122: The Oracle of Delphi

519 83 11
                                    

Sarapan pagi berlangsung sangat cepat, mungkin karena suasana sedang sangat menyenangkan. Untuk sesaat Esme dan saudara-saudaranya melupakan apa yang akan mereka lakukan seletelah sarapan. 

Tetapi begitu selesai, Richard langsung mengajak adik-adiknya pergi ke rumah besar, kantor Mr. D tepatnya. Mereka sampai lebih awal dari waktu yang di tentukan dan menunggu di ruang tamu. Tidak lama setelah mereka menunggu, Mr. D keluar dari dalam rumah dengan senyum lebarnya. 

"Kalian datang lebih awal." katanya sambil memindai mereka satu persatu. 

"Kami langsung datang setelah sarapan." balas Richard dengan sopan. 

"Kalau begitu mari kita segera pergi menemui sang Oracle. Kurasa lebih baik lebih cepat masalah ini di selesaikan." Mr. D berbalik dan mengajak mereka memasuki rumah besar dan naik ke lantai dua. 

Saat mereka sampai di lantai dua, Mr. D berhenti dan berbalik menatap mereka. "Kalian bisa naik ke atas, di sana ada sang Oracle. Jangan terkejut dengan penampilannya yang agak unik."

"Apakah anda tidak akan menemani kami keatas ?" tanya Esme dari belakang. 

"Tidak-tidak. Aku tidak memiliki kepentingan apapun dengannya. Dan lebih baik jika aku meninggalkan ruang pribadi pada kalian." Setelah itu Mr. D tidak tinggal lebih lama dan pergi menuruni tangga.

Tentu saja karena kejadian ini, mereka melihat Richard untuk membuat keputusan. Richard hanya mengangguk lalu memimpin mereka menaiki tangga kayu kearah loteng. Ketika Esme naik, suasana loteng sangat gelap dengan banyak barang di kanan dan kiri. Selain itu banyak sekali lilin dan lampu berwarna kuning yang mirip dengan apa yang ada di ruang kelas ramalan. Di ujung lorong ada jendela dan terlihat siluet sosok duduk di sana dengan kerudung. Sosok itu memiliki mata biru yang bersinar tetapi tidak bergerak dan ada asap di sekelilingnya yang menambahkan kesan sangat misterius. 

Richard berjalan dengan tenang mendekati sosok tersebut sebelum menyapa. "Halo Sang Oracle."

"Selamat datang, putra dan putri Freya." sebuah suara terdengar memenuhi ruangan loteng dan asap seperti semakin tebal di sekitar mereka. 

Esme berdiri di tengah, sehingga dia hanya bisa melihat sosok oracle dari balik badan kakaknya. 

"Sepertinya Mr. D sudah mengatakan tentang kami." kata Richard dengan sopan. 

"Kehadiran kalian disini adalah takdir yang tidak bisa terhindarkan." kata sang oracle tidak bergerak sama sekali dan hanya berbicara pada mereka. 

Mereka yang mendengarnya menjadi terdiam. Termasuk Richard yang agak tidak menyangka kedatangan mereka sudah menjadi takdir. 

"Lalu kami dengar, anda ingin menemui kami." kata Richard ingin tau apa yang sebenarnya akan sang Oracle akan bicarakan. 

"Apakah kamu tidak akan bertanya ?" Pertanyaan sang Oracle membuat mereka saling memandang satu sama lain kecuali Esme yang memandang sedari tadi. 

Richard tidak benar-benar tau apa yang ingin mereka tanyakan. Dia berusaha menemukan topik untuk di tanyakan tetapi tiba-tiba Esme yang berdiri di belakangnya menyelinap di antaranya dan maju ke depan. 

"Siapa pria berbaju ungu itu ? Apakah dia adalah dalang dari penyerangan monster beberapa terakhir ini ?" tanya Esme dengan tenang. 

"Gadis kecil, apakah kamu tau tentang dia ?" tanya sang Oracle. 

"Aku melihatnya." jawab Esme dan membuat kaget kakak-kakaknya yang berdiri di belakang. 

"Mereka pernah berkuasa dengan sangat buruk. Dan sekarang mereka ingin mengendalikan masa depan. Apa yang mereka lakukan tidak akan berhenti sampai disini, mereka barus aja mulai. Kamu tidak bisa membinasakan mereka, tetapi kamu masih perlu melindungi masa depan." sang Oracle berkata dan matanya mulai bersinar lebih terang dari sebelumnya. 

Transmigration to Harry Potter World: The Lady's DaughterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang