Warning! Mungkin Chapter ini akan sedikit membingungkan. Selamat Membaca!!!
Gambaran disekitar mereka bergerak mundur dengan cepat dan mereka tiba di kamar yang sama seperti sebelumnya.
Begitu gambar-gamar itu berhenti Penelope melepaskan kalung dari leher Esme dan memasukkannya kembali ke lehernya.
"Jadi begitu rasanya kembali ke masa lalu. Sangat menyenangkan." komentar Esme santai.
"Ah! Benar, dimana kita sebenarnya ?" tanya Penelope, dia belum menanyakan lokasi kamar itu berada.
"Ruang Kebutuhan, akan kujelaskan saat kita punya waktu." Esme menatap jam tangannya. "saat ini pukul enam. Seharusnya ktia masih di ruangan Professor Holler. Kalau begitu, mari kita pergi ke hutan."
Penelope menatap Esme bingung mendengar mereka harus ke hutan, "Kenapa ke hutan ? Bukankah kita harus ke Ruangan Professor Holler ?"
Esme mendengus, "Tidak, lebih baik kita ke hutan, Professor Holler akan pergi kesana." Setelah itu, Esme pergi meninggalkan Penelope yang tertegun beberapa detik di tempatnya tapi tetap mengikuti Esme.
"Haruskah kita menggunakan sihir tembus pandang ?" gumam Esme, tapi kemudian dia mengeluarkan tongkatnya dan mengayunkannya di atas kepala Penelope dan Esme. Penelope hendak bertanya tapi Esme segera menghentikannya dengan berkata, "Kita tidak boleh terlihatkan ? Lebih baik seperti ini, berjaga-jaga. Ayo"
Esme kemudian menggandeng Penelope dan membawanya ke hutan. Mereka berjalan memasuki Hutan yang agak dalam. Penelope yang belum pernah memasuki area hutan di malam hari sedikit gugup.
"bukankah kita tidak boleh memasuki hutan ?" tanya Penelope gugup sambil memperhatikan sekitarnya.
Esme masih menggandeng tangan Penelope supaya tidak tertinggal dan malah hilang di hutan. "Karena kebenaran yang kamu cari ada disini." jawab Esme santai.
Mereka berjalan sedikit lagi lalu berhenti, Esme menyuruh Penelope untuk berdiri bersembunyi di balik pohon. "Mari kita tunggu disini."
Penelope menunggu dengan gugup sambil memandangi sekitarnya. Dia merasa bahwa hutan Terlarang berbahaya untuk murid tapi kini dia berada disini menunggu. Bulu kuduknya sudah berdiri sejak tadi dan membuatnya waspada dengan sekitarnya. Dia melirik Esme yang duduk di antara akar pohon dengan santai.
"Ngomong-ngomong apakah Wood memberikan gelang padamu ?" tanya Esme tiba-tiba.
Penelope sedikit tersentak kaget tapi kemudian mengangguk.
"Kamu tidak memakainya ?" tanya Esme sambil melirik kedua pergelangan tangan Penelope yang kosong.
Penelope tiba-tiba merasa malu, sambil menunduk dan memilin ujung bajunya dia mengaku, "Aku takut gelang itu hilang jadi aku menyimpannya di kamar."
Esme terdiam mendengarnya, entah dia harus bereaksi seperti apa. Tapi akhirnya dia menghela nafas. "Lain kali gunakan saja. Wood pasti senang melihatnya."
Penelope menatap Esme dengan ragu. "Kamu tau soal gelang itu ?"
"Tentu saja tau." jawab Esme singkat meninggalkan Penelope dengan perasaan malu. "tenang saja, aku tidak akan menceritakan ini pada siapapun. Tapi beri tahu aku jika kalian sudah resmi bersama."
Penelope mengalihkan pandangannya dari Esme karena merasa malu. Dia tau bahwa Wood menyukainya tapi dia belum menerima pengakuan apapun jadi dia hanya bisa menunggu.
Sementara Penelope menunduk merasa malu, Esme diam-diam tersenyum geli dari belakang. Tapi kemudian, suara langkah tiba-tiba terdengar. Esme buru-buru berdiri dan mengintip dari balik pohon. Penelope juga ikut tersadar kembali melihat gerakan Esme. Dia mendekat dan ikut mengintip dari balik pohon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigration to Harry Potter World: The Lady's Daughter
FanfictionEsme seorang anak yatim piatu memiliki sebuah rahasia. Dia seorang Transmigator yang disertai kemampuan Panel Skill. Saat dia bersiap menjalani hidup dan menghasilkan uang tiba-tiba seekor burung hantu mengantarkan surat penerimaan Hogwarts. "In...