Esme kembali duduk di mobil dengan wajah jengkel. Dia terus melirik Evrard dengan jengkel dan mendiamkan Evrard. Sementara itu di sisi lain tempat duduk di mobil, Evrard hanya bisa tersenyum geli pada Esme.
"Apakah kita akan pergi kencan seperti ini ?" tanya Evrard sambil tertawa.
Esme melirik Evrard dengan cepat lalu membuang muka kembali. Dia tidak berniat merespon atau mengatakkan sesuatu pada Evrard. Hal ini tentu saja membuat senyum Evrard menjadi senyum tidak berdaya.
"Maafkan aku, oke ?" kata Evrard dengan lembut. "Aku seharusnya tidak melakukannya."
Esme menghela nafas jengkel dan langsung berbalik pada Evrard. "Seharusnya kamu bisa bilang lebih dulu jika ingin mempertemukanku pada ibumu." Esme menunjukkan wajah jengkelnya. "Aku perlu persiapan!" kata Esme penuh dengan rasa jengkel dan malu.
Meski ibu Evrard sangat santai dan malah mendukung mereka, tapi Esme yang tidak memiliki persiapan psikologis apapun jadi mati gaya saat berhadapan dengan sosok yang elegan itu.
Evrard tertawa pelan, "Baiklah aku mengerti." Kemudian dia mendekati sosok Esme dengan senyum diwajahnya. "Sekarang kamu tidak akan marah lagi kan ?"
Esme yang awalnya menampilkan wajah jengkel secara perlahan menundukkan wajahnya dan mengalihkan pandangannya lalu mengangguk kecil. Setelah melampiaskan rasa kejengkelannya tadi, dia merasa jauh lebih tenang.
Evrard tentu saja merasa lebih tenang mendengar hal tersebut, dia mengelus kepala Esme pelan. "Kalau begitu, setelah ini seharusnya kita bisa melanjutkan kencan kita dengan tenang kan ?"
Esme melirik Evrard dengan ragu, "Kemana kita akan pergi kali ini ?"
"Menara Eiffel."
Esme tampak agak bingung tapi akhirnya tidak banyak bertanya lagi dan hanya menunggu dengan tenang. Rumah milik Evrard tidak terlalu jauh dari pusat kota jadi dalam beberapa menit saat sore hari tiba, mereka tiba di pusat kota Paris.
Mobil yang mereka tumpangi berhenti didepan menara Eiffel. Evrard mengajak Esme untuk turun dari mobil dan membawanya menuju menara Eiffel.
Dari jauh tampak seorang pria Prancis sedang menunggu dengan sebuah sepeda disisinya. Evrard membawanya menghampiri pria ini dan tampak berbicara beberapa kata, lalu pria itu menyerahkan sepeda tersebut dengan hormat dan langsung meninggalkan mereka.
Esme menatap kepergiaan pria tadi dengan bingung dan kembali menatap Evrard yang sudah menaiki sepeda. "Ayo kita jalan-jalan sore sebelum makan malam."
Sepeda ini memang memiliki tempat duduk di bagian belakang sehingga Esme bisa duduk disana. Esme duduk di kursi sepeda belakang secara menyamping sambil bertanya, "Apakah ini sudah menjadi rencanamu ?"
Evrard tampak mengangguk kecil. "Benar, Aku memang sudah meminta pria tadi untuk menyiapkan kita sepeda." Evrard memastikan Esme duduk dengan nyaman. "Sudah ?"
Esme memegang pinggang Evrard lalu mengangguk. "Ya."
Begitu mendapatkan jawaban, Evrard langsung mengayuh sepeda dan mereka langsung meluncur. Esme sudah pernah ke Paris sebelumya tapi belum pernah benar-benar mengunjungi area-area terkenal di Paris.
Jadi kali ini, Evrard membawa Esme untuk berkeliling sore ke tempat-tempat yang tekenal seperti Eiffel Tower, Arc de Triomphe, Palais Garnier, Place de la Concorde, hingga Museum Louvre dan Gereja Notre-Dame.
Meski tidak memfoto semuanya, Esme mengamati bangunaan-bangunan klasik Paris dengan mata sangat terkagum-kagum. Perasaan nyata pergi ke Perancis baru benar-benar terasa saat itu juga. Saat matahari mulai terbenam, Evrard membawa Esme kembali ke Eiffel Tower untuk menonton matahari terbenam dari restauran yang ada di atas Tower.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigration to Harry Potter World: The Lady's Daughter
FanficEsme seorang anak yatim piatu memiliki sebuah rahasia. Dia seorang Transmigator yang disertai kemampuan Panel Skill. Saat dia bersiap menjalani hidup dan menghasilkan uang tiba-tiba seekor burung hantu mengantarkan surat penerimaan Hogwarts. "In...