Di kantor kepala sekolah, Professor Dumbledore tengah membaca surat dari kementrian, tiba-tiba bel kecil yang tergantung di ujung mejanya berbunyi. Professor Dumbledore mau tidak mau meletakkan suratnya dan bergegas berdiri keluar dari ruangannya menuju ruang bawah tanah tempat dia meletakkan cermin Eris.
Professor Dumbledore menjadi sangat serius selama perjalanan dan bersiap untuk melakukan penyerangan jika dia sampai menemukan penyusup atau mungkin Voldemort itu sendiri.
Tapi begitu sampai di puncak anak tangga yang akan membawanya ke ruangan, dia berhenti dan hanya bisa menghela nafas lega melihat rambut panjang pirang dari kejauhan.
"Selamat malam, Miss Bonnacord." sapa Professor Dumbledore sambil menuruni tangga.
Esme berbalik dan mau tidak mau berdiri untuk menyapa. "Selamat malam, Professor." balas Esme dengan senyum.
Ketika Professor Dumbledore sampai di dekat Esme, dia melirik batu yang tergeletak di tanah lalu cermin Eris di tengah ruangan. "Sedang apa anda di sini malam-malam ?" tanyanya dengan nada humor.
"Melakukan sedikit petualangan. Tapi hasilnya tidak sesuai ekspetasi." jawab Esme sambil melirik cermin Eris kecil, lalu mengambil batu Philosophi lalu memberikannya pada Professor Dumbledore. "Saya tidak sengaja mendapatkannya."
Professor Dumbledore menerima batu tersebut dan menatap Esme kembali, "Bukankah ini adalah kesempatan bagus untuk meneliti produk alchemy yang sangat tinggi ? Kenapa dikembalikan ?" tanyanya.
Esme mengerutkan mulutnya lalu menggelengkan kepala. "Karena batu itu palsu, tentu saja. Lagi pula meski saya tertarik dengan alchemy, tapi batu ini tidak berarti apapun untukku. Vault ibuku penuh dengan emas dan saya tidak berencana untuk hidup hingga ratusan tahun seperti guruku."
Professor Dumbledore tertawa pelan mendengar ucapan Esme. "Nicolas memilih murid yag sangat tepat untuk penerusnya." kata Professor Dumbledore dengan senang. "Lalu bagaiamana pendapatmu tentang rintangan tadi ?"
Esme tampak berfikir sejenak. "Kurasa rintangan ini bisa dijadikan tes akhir untuk para murid." kata Esme memberi saran.
Professor Dumbledore agak terkejut mendengar perkataan Esme. "Begitukan menurutmu ?"
Esme mengangguk. "Menguji keberanian, logika, taktik, hingga pertemanan. Kuncinya adalah praktik secara langsung. Sungguh menyenangkan memiliki ujian akhir seperti ini ketimbang dengan ujian tertulis yang mungkin sulit bagi sebagian orang."
Professor Dumbledore mengangguk mengerti maksud Esme. "Memang benar, terima kasih sarannya." kata Professor Dumbledore. "Kalau begitu mari kita kembali. Ah! Dan kumohon untuk merahasiakan masalah rintangan kali ini."
Esme mengangguk mengerti. "Tentu Professor. Aku pasti akan merahasiakannya." Esme berjalan beriringan dengan Professor Dumbledore kembali ke atas.
Esme kembali ke kamar dan menemukan Shanna, Angelina dan Alicia berada di kamar. Esme mendesah lelah berjalan menuju kasurnya.
"Akhirnya kamu kembali." Angelina mendesah lega. "Dari mana saja kamu ?"
"Kami sangat khawatir denganmu." tambah Alicia "Sesuatu selalu terjadi saat Paskah, kami khawatir jika terjadi sesuatu padamu."
Esme tersenyum. "Aku hanya berjalan-jalan singkat menikmati pemandangan malam." Esme pergi mengambil pakaian ganti dan bersiap pergi mandi. "Aku akan pergi mandi dulu."
-
Disisi lain, Quirrell yang mengunakan jubah hitam dan telah meminum ramuan majemuk untuk menyembunyikan wujud aslinya datang memasuki bar Hog's Head Inn yang ramai malam ini. Kemudian dia memandang sekitar dan menemukan sosok orang mencolok yang dia cari. Siapa lagi jika bukan Hagrid yang tengah menikmati minum beer di sudut bar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigration to Harry Potter World: The Lady's Daughter
Hayran KurguEsme seorang anak yatim piatu memiliki sebuah rahasia. Dia seorang Transmigator yang disertai kemampuan Panel Skill. Saat dia bersiap menjalani hidup dan menghasilkan uang tiba-tiba seekor burung hantu mengantarkan surat penerimaan Hogwarts. "In...