Chapter 115: Side Effect

637 102 22
                                    

Esme berbicara dengan ayah dan kakaknya cukup lama kemarin untuk mulai membuat persiapan untuk masa depan. Dia cukup senang karena keduanya mendukungnya untuk segala yang ingin dia lakukan. 

Keesokan harinya saat Esme tengah menikmati waktu santainya saat tiba-tiba pintu kamarnya di ketuk dengan agak terburu-buru. Esme berdiri sambil menatap bingung kearah pintu, saat membuka pintu dia agak terkejut. Evrard berdiri di balik pintu tampak agak kacau dan terlihat muram.

"Evrard ?" tanya Esme bingung. "Apa yang kamu lakukan disini ?"

Evrard tidak mengatakkan apapun dan langsung memeluk Esme dengan erat. Esme tentu saja kaget dengan apa yang dilakukan Evrard tetapi dia tidak menolak. Evrard tampak agak gusar dan dia menarik nafas di leher Esme dalam-dalam merasa agak frustasi. Meski tidak tau apa yang terjadi, Esme merasakan perasaan yang sangat tidak enak di hatinya.

Tetapi Esme hanya bisa mengelus rambut Evrard berusaha menenangkannya. Setelah beberapa menit berada di posisi itu, Evrard akhirnya melepaskan pelukan dan menatap Esme dengan agak sendu. Dia memegang wajah Esme dan mengusapnya dengan serius.

Entah kenapa tetapi, Esme menikmati usapan Evrard sebentar lalu kembali menatap Evrard dengan bingung. "Apakah sesuatu terjadi ?"tanya Esme dengan lembut.

Wajah sedih Evrard kembali terlihat, dia menghela nafas panjang. "Sepertinya untuk sementara aku akan kesulitan untuk bertemu denganmu."

Tentu saja Esme tampak bingung mendengar perkataan Evrard yang seperti itu. Jantungnya menjadi berdetak semakin keras mendengarnya "Maksudmu ? Aku tidak mengerti." 

Evrard memejamkan matanya sebentar dengan menghela nafas panjang. Esme tentu saja tau dia kesulitan mengatakannya. 

Ketika Esme akan mengatakan sesuatu, Evrard tiba-tiba menggendongnya dan membawanya ke sofa untuk duduk. Esme hanya diam saja hingga Evrard meletakannya di sofa. Dia menjadi lebih tenang ketika Evrard mengelus kepala Esme dengan pelan.

"Ayahku mendatangiku kemarin." kata Evrard dengan berat hati. 

"Ayahmu ?" tanya Esme bingung. Seingatnya, ayah Evrard adalah seorang dewa perang. Tyr. 

"Dia tau mengenai ikatan kita." kata Evrard lagi dengan wajah jelek.

Esme mengerutkan kening. "Apakah ayahmu tidak setuju tentang hubungan kita ?"

Evrard menggelengkan kepala pelan. "Ayahku sangat setuju bahkan sudah menemui Ibumu untuk berbicara." 

Rasa terkejut dan bingung terus bercampur di dalam Esme. "Ayahmu sudah bertemu dengan ibuku ?" tanya Esme dengan kaget. 

Evrard mengangguk lalu menatap Esme dengan khawatir. "Mereka bahkan sudah merencanakan test untukku."

Rasa kaget Esme bertambah mendengar ibunya merencakan test aneh untuk Evrard. "Test apa ? Bukannya ibu bahkan sudah menyetujui dan bahkan memberkati hubungan kita ?"

Evrard membungkuk dengan perasaan tidak bisa berbuat apapun. "Ayahku merasa bahwa sebagai laki-laki seharusnya aku tidak bisa mendapatkanmu seorang putri Freya dengan begitu mudah. Dan ibumu merasa bahwa itu adalah ide yang sangat bagus."

Esme hanya bisa terperanga mendengar hal tersebut. "Aku harus menemui ibuku." Esme bersiap untuk berdiri dan ingin menemui ibunya. 

Tetapi sebelum Esme bisa melangkah lebih jauh, Evrard menahannya dan menarik Esme kembali ke sofa dengan lembut. 

"Tidak." Evrard dengan berat hati menolak Esme untuk membelanya dihadapan ibunya. "Aku merasa bahwa memang ayahku ada benarnya."

Esme menjadi tidak percaya dengan ucapan Evrard yang menerima hal tersebut dengan mudah. "Apa maksudmu ? Evrard kamu menerima test ini begitu saja ?" 

Transmigration to Harry Potter World: The Lady's DaughterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang