Chapter 2: Visitor

2.6K 348 2
                                    

Pukul 7.30 Esme duduk di ruang tamu bersama Mrs. Adams. Dia telah menjelaskan semuanya padanya. Dan seperti dugaannya, Mrs. Adams tidak percaya sama sekali dan mengatakan bahwa Esme ditipu. Mrs. Adams bahkan sudah berniat untuk menelfon polisi untuk melapor, tetapi Esme mencegahnya.

Setelah berdebat sepanjang sore. Mrs. Adams yang mengerti bahwa Esme tidak akan mengatakan hal yang diluar nalar tanpa alasan, hanya bisa menunggu untuk melihat keaslian surat tersebut.

Tepat pukul 7.40. suara bel pintu berbunyi. Esme berdiri untuk membukakan pintu. Sesosok lelaki tua dengan janggut putih dan jubah berwarna biru muda berdiri di depan pintu sambil tersenyum hangat. "Miss. Prewett."

"Anda ?"

Lelaki tua itu tersenyum ramah "Saya Albus Dumbeldore, kepala sekolah Hogwarts."

"Oh. Kalau begitu silahkan masuk." Esme mempersilahkan Albus Dumbeldore untuk masuk.

Mrs. Adams berdiri melihat sosok lelaki tua yang diundang masuk oleh Esme. Dia memandang lelaki tua itu dengan tatapan waspada. "Perkenalkan saya Albus Dumbeldore, kepala sekolah Hogwarts." Professor Dumbeldore mengulurkan tangannya menyapa Mrs. Adams.

"saya penjaga panti ini. Mrs. Adams." Melihat Professor Dumbeldore yang terlihat hangat, Mrs. Adams melonggarkan kewaspadaannya.

"Selamat malam Mrs. Adams, maaf saya datang di saat malam hari." Esme melirik Kepala sekolah yang terdengar sangat ramah dan menjabat tangan Mrs. Adams. "Aku ada keperluan lain sebelumnya."

"tidak papa. Saya hanya butuh penjelasan mengenai surat yang diterima Esme pagi ini. Saya tidak bisa membiarkan Esme terkena tipu."

Professor Dumbeldore tersenyum hangat. "Kalau begitu akan saya tunjukan." Dia mengeluarkan tongkat sihirnya dan merapal mantra pada kursi tunggal di ruangan dan berubah menjadi lemari kayu tua.

Mrs. Adams yang melihatnya langsung melotot. Dia terlihat sangat shock. Esme melirik Professor Dumbeldore yang masih tersenyum cerah. Dia melambaikan tongkatnya kembali lalu lemari tersebut berubah kembali. Kali ini menjadi seekor kucing. Esme yang melihat keajaiban sihir untuk pertama kali secara nyata juga terkejut melihatnya. Dia hanya pernah melihat sihir macam ini di televisi.

"Ini sihir." Ucap Professor Dumbeldore dengan ringan. Esme segera tersadar.

"Sungguh luar biasa." Esme bergumam pelan lalu melirik Mrs. Adams yang masih memandang kucing dengan terkejut.

"Di Hogwarts, kami mengajarkan keterampilan sihir semacam ini. Tidak semua orang bisa masuk ke Hogwarts hanya mereka yang istimewa yang benar-benar bisa terpilih."

Esme merenung sejenak lalu mengangkat kepalanya menatap kepala sekolahnya "aku memiliki pertanyaan."

Professor Dumbeldore tersenyum mendengarnya. "Silahkan."

"Apakah jika aku tidak mempelajarinya, akan ada efek samping, maksudku dampak buruk padaku ?" Tanya Esme dengan ragu.

"Sebenarnya ada, apabila seorang penyihir muda memiliki jumlah sihir yang besar dan tidak sedari dini belajar untuk mengontrolnya. Akan ada kemungkinan sihir meledak atau lepas kendali. Terutama penyihir yang memiliki darah murni." Ucap professor Dumbeldore sambil menyipit kepada Esme seolah memberikan arti khusus pada kalimat terakhirnya.

Esme seolah menangkap ucapan itu. Dia memutar kembali ingatannya. Penyihir murni. Dia memang adalah yatim piatu sehingga tidak jelas siapa ayah dan ibunya. Jadi ada kemungkinan orang tuanya adalah penyihir murni.

Saat Esme sedang berfikir tiba-tiba dia teringat akan sebuah benda yang telah bersamanya sangat lama. Esme mengeluarkan sebuah kalung dari bajunya, Sebuah kunci berwarna emas yang terlihat antik. Dia memberikannya pada Professor Dumbeldore.

Transmigration to Harry Potter World: The Lady's DaughterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang