Esme membuka matanya, dia mengamati sekitar dan melihat sekeliling. Dia berada di sebuah tenda saat ini dan terbaring di kasur.
"Sudah bangun ?" Sebuah suara menarik tatapan Esme dari sekeliling. "Apakah merasa tidak nyaman ?" tanya Raphael padanya dengan lembut.
Esme tersenyum lembut sambil menggelengkan kepala. "Air." kata Esme dengan suara serak.
Raphael segera menuangkan air dan membantu Esme untuk bangkit sedikit lalu mendekatkan gelas air padanya. Tenggorokkan Esme langsung terasa segar begitu bisa menyesap air.
"Dimana kita ?" tanya Esme sambil melihat sekeliling.
"Kita masih berada di gunung." jelas Raphael. "Kondisimu sedikit tidak memungkinkan untuk perjalanan jauh."
Esme mengangguk, "Lalu kakak yang lain ?"
"Mereka berbeda tenda. Mereka akan datang setelah kamu lebih baik." jawab Raphael sambil mengeluarkan botol lain. "Minum ini, setelah kamu merasa lebih baik, baru aku akan biarkan mereka untuk masuk."
Esme menatap kakaknya Raphael dengan tatapan polos. Sepertinya selama ada pasien, Raphael tidak akan bisa dilawan siapapun.
Esme segera meminum dan mengabiskan ramuan yang diberikan kakaknya. Mungkin karena ramuan-ramuan yang dibuat kakaknya benar-benar manjur, dia langsung merasa lebih baik. "aku merasa lebih baik." komentarnya sambil mengembalikan botol tersebut.
Raphael tentu saja tidak akan langsung percaya, dia menggenggam pergelangan tangan Esme lalu memejamkan mata. Esme bisa merasakan perasaan hangat mengalir lewat tangannya ke seluruh tubuh.
Setelah beberapa saat, Raphael membuka matanya sambil mengangguk. "Seharusnya tidak akan ada masalah serius setelah istirahat beberapa saat lagi."
"Lalu apakah yang lain bisa masuk ?" tanya Esme pelan. Dia sedikit khawatir dengan hewan-hewan magis di ruangan basemen.
"Aku akan memanggil mereka." jawab Raphael sambil membereskan berbagai jenis obat di meja yang terletak di sebelah kasur Esme. "Jangan berdiri, tetap berbaring."
Esme tentu saja tidak akan bangkit. Dia dengan patuh berbaring di kasur sambil menunggu dengan sabar. Tiba-tiba pintu tenda terbuka dan Richard yang pertama kali masuk. Dia bergegas menuju ke tempat Esme berbaring.
"Sudah lebih baik ?" tanyanya sambil memegang dahi Esme dengan khawatir.
Esme mengangguk. "Um. Aku tidak merasa pusing sama sekali."jawabnya dengan senyuman.
Setelah itu, Richard menghela nafas lega. "Syukurlah kalau begitu.
Tidak lama, kakak-kakaknya yang lain dan Evrard datang.
"tampaknya kamu jauh lebih baik." komentar Xavier melihat rona di wajahnya. "Kami sangat khawatir melihatmu tiba-tiba muncul lalu pingsan setelah mengatakan informasi penting."
"Berkat obat kak Raphael." balas Esme dengan senyum.
"Tentu saja berkat dia, kamu tidak tau betapa menyeramkannya kak Raphael saat kamu sakit." kata Caesar dengan nada takut.
Esme diam-diam melirik kakaknya, Raphael yang hanya diam saja dan tidak menanggapi. Dia tidak ingin menyetujui atau penasaran lebih jauh. Karena bisa saja Raphael akan memberinya obat yang lebih pahit jika dia berkompromi dengan kakakny, Caesar.
"Ah.. ngomong-ngomong. Berapa lama aku tidak sadar ?" tanya Esme dengan bingung.
"Dua hari." jawab Richard. "Kamu panas tinggi meski Raphael sudah memberikan obat."
Esme mengangguk. "Kalau begitu, kita harus bergegas." kata Esme dengan khawatir.
Richard yang melihat kekhawatiran Esme menjadi penasaran. "Terakhir kali kamu berkata bahwa, kamu menemukan markas utama R ?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigration to Harry Potter World: The Lady's Daughter
Fiksi PenggemarEsme seorang anak yatim piatu memiliki sebuah rahasia. Dia seorang Transmigator yang disertai kemampuan Panel Skill. Saat dia bersiap menjalani hidup dan menghasilkan uang tiba-tiba seekor burung hantu mengantarkan surat penerimaan Hogwarts. "In...