Jawaban Raphael membuat Esme merasa tidak berdaya. Esme jujur saja tidak ingin jika terus seperti ini selama setiap bulan. Tapi tetap saja khawatir sekarang tidak akan menghasilkan apapun. Jadi dia membiarkan Raphael membuatkan ramuan obat untuknya dan dengan patuh meminum obat yang lebih pahit dari yang pernah dia diminum sebelumnya.
Ayahnya datang ketika dia selesai minum obat yang diberikan oleh Raphael. Wajahnya sangat khawatir saat menghampiri Esme.
"Apakah kamu sudah merasa lebih baik ?" tanya Mr. Bonaccord sambil mengelus kepala Esme.
Esme mengangguk tetap dia kemudian menggelengkan kepala. "Aku sendiri tidak bisa menjelaskan tentang apakan aku sudah baik atau belum."
Raphael kembali setelah membereskan bahan-bahan obatnya. "Jika ini tidak berhasil, kita harus menghubungi ibu. Aku sudah memberikan obat dengan dosis paling tinggi tetapi paling aman untuk Esme untuk saat ini."
Mr. Bonnaccord mengangguk mengerti dan kembali menatap putrinya dengan khawatir. "Kalau begitu mari kita tunggu hingga jam makan siang. Mari kita lihat reaksi obat tadi."
"Bicara soal makan siang, apakah aku bisa mendapatkan makan pagi lebih dulu ?" tanya Esme setelah merasakan perutnya mulai lapar. "aku sedikit mulai lapar"
Rapahel dan Mr. Bonnaccord sama-sama tertawa mendengar Esme. "Biar kakak tanyakan pada Madam Pomfrey." Raphael bangkit dan pergi keluar.
Esme lalu menatap ayahnya dan merasa tidak enak hati, karna ayahnya harus datang jauh-jauh dari Perancis karena dirinya sakit. "Maafkan aku ayah, karna kondisiku seperti ini, ayah jadi harus jauh-jauh datang."
Wajah Mr. Bonnaccord segera berubah mendengar permintaan Esme. "Tidak perlu meminta maaf seperti itu Esme. Kita adalah keluarga, ayah sangat senang bisa menjadi ayahmu. Terlebih lagi, lebih menyenangkan memiliki seorang putri yang manis, ketimbang seorang putra." Mr. Bonnaccord agak cemberut ketika dia memikirkan putranya yang tidak bisa semanis Esme
Esme tertawa mendengarnya. "Ayah, kaka bisa sangat jengkel jika dia mendengar ayah mengatakan hal tersebut." kata Esme.
"Oleh karena itu ini hanya akan jadi rahasia kita berdua." Mr. Bonnaccord tertawa kecil dan memberitahu Esme dengan nada rahasia.
Esme tersenyum dan mengangguk. Melihat Esme akhirnya berhasil di bujuk, Mr. Bonnaccord tersenyum lega.
"Ngomong-ngomong, ayah cukup senang bisa datang kesini, setidaknya ayah akhirnya bisa melihat betapa terkenal dan populernya putri ayah di sekolahnya." kata Mr. Bonnaccord dengan wajah bangga.
Esme menatap dengan bingung, "Bagaimana ayah tahu ?"
"Banyak sekali murid yang datang untuk menjenguk, tetapi di berhentikan oleh madam Pomfrey. Ketiga teman sekamarmu juga datang beberapa kali, diikuti oleh saudara sepupumu dan beberapa murid laki-laki lainnya. Sepertinya mereka berasal dari asrama yang berbeda darimu. Ayah melihat mereka menggunakan dasi dengan warna yang berbeda darimu."
Esme yang mendengarnya hanya bisa mengangguk kecil tanda dirinya mengerti.
"Terlebih lagi, ayah melihat ada seorang anak laki-laki tinggi, cukup tampan, menggunakan dasi berwarna kuning." kata Mr. Bonnaccord berusaha mengingat sosok anak laki-laki yang dia lihat pagi ini. "Terlihat sangat khawatir."
Esme menatap ayahnya dan berfikir, anak laki-laki dimulut ayahnya seharusnya adalah Cedric. Dikepala Esme ini adalah hal yang wajar, tetapi ekspresi mr. Bonnaccord seperti menantikan tanggapan darinya.
"Kenapa ?" tanya Esme bingung.
"Kamu tidak akan menjelaskan siapa anak laki-laki ini ?" tanya Mr. Bonnaccord sambil tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigration to Harry Potter World: The Lady's Daughter
FanfictionEsme seorang anak yatim piatu memiliki sebuah rahasia. Dia seorang Transmigator yang disertai kemampuan Panel Skill. Saat dia bersiap menjalani hidup dan menghasilkan uang tiba-tiba seekor burung hantu mengantarkan surat penerimaan Hogwarts. "In...