Arya sedang tertidur lelap. Dering ponsel membangunkannya. Satu pesan masuk dan membacanya. Raut wajahnya berubah saat meletakkan ponselnya.
"Sepertinya harus aku yang turun tangan sendiri. Haasshh melelahkan." Gumamnya. Matanya menatap lurus ke langit-langit. Arya berdiri di depan jendela kamarnya. Kelambu otomatis terbuka menampakkan pemandangan yang indah di pagi buta. Cahaya matahari sedikit menampakkan diri menyapa.
Beberapa menit kemudian Arya berdiri di depan kaca memasang dasinya dan memakai jas biru navy warna favoritnya. Wajahnya yang memang misterius itu menatap lurus ke kaca.
Sambil berjalan dia menyulut rokoknya. Ikbal yang sudah siap menunggunya di depan pintu rumahnya. "Apa semua sudah siap ?" Tanya Arya pada Ikbal.
"Sudah Bos. Seperti yang anda minta." Arya hanya mengangguk dan duduk di jog belakang mobil sambil membuang rokoknya.
"Ke rumah Bryan."
"Maaf Bos , apa kita tidak membawa beberapa anak buah kita ?"
"Gak perlu. Untuk melawan seekor kutu kau tidak usah mengeluarkan banyak tenaga. Kenapa ? Kau meragukanku ?" Tanya Arya tajam.
"Tidak Bos."
"Jalan."
"Siap Bos."
Sepanjang perjalanan Arya terdiam tenang dan membaca koran pagi ini. Sesekali dia tersenyum. Ikbal hanya sekilas melihat ke arah Bosnya.
Arya melihat sekilas beberapa truck pengangkut air minum sedang mengirim puluhan kardus air mineral ke rumah Bryan. Arya tersenyum. "Bos , kita sudah sampai." Kata Ikbal. Arya mengangguk.
Arya turun dan melangkah masuk ke dalam rumah yang tak kalah megah nan mewah seperti rumahnya.
"Arya Sandya , kau datang kesini setelah kekalahanmu dari tender mutiara Mr. Black ?"
Arya tersenyum , membuka kancing jasnya lalu duduk di depan Bryan yang sedang sibuk dengan cincin berliannya. "Kau sebut gagal di tender mutiara itu kekalahan ? Masalahnya aku tidak merasa kalah disini. Lihat ini ?" Kata Arya sambil memperlihatkan rekaman cctv yang dimana Bryan sudah mengancam Mr. Black agar mau menyerahkan tender itu padanya. Tender mutiara disini adalah akses pasar gelap. Entah suplier gelap luar negara ataupun klien yang besar.
"Kau mencoba mengancamku ? Sayangnya aku tidak takut." Kata Bryan sambil meneruskan kesibukannya.
"Bawa pergi dariku." Celetuk Bryan.
"Kau sudah mengancam Mr. Black dan mendapatkan aksesnya lalu ingin menguasai pasar serta bisnis-bisnis rekan kita yang lain ? Waahh bukankah itu terlalu serakah ?" Kata Arya dengan tenang.
"Kau tau benar , bahwa apapun yang berlebihan pasti berakhir buruk."
"Dengarkan aku Arya , aku tidak akan mengembalikan bisnis rekan kita yang sudah sah menjadi milikku. Jika kau mau , kau bisa memberikan bisnismu kepadaku." Kata Bryan sambil tersenyum penuh kemenangan.
"Hmm kau sudah membuat kesalahan. Baiklah ini bukan tawaran tapi permintaan. Kembalikan bisnis rekanku, aku tak peduli dengan rekan yang lain. Kembalikan milik Willy." Arya berhenti sejenak. Bryan menatapnya dengan serius.
"Ini pengampunan terakhir dariku , Bryan." Lanjut Arya sambil tersenyum.
"Jadi kau kesini untuk memberikan tawaran atau kau mengancamku ?" Nadanya mulai terdengar marah dan sedikit menantang.
"Hmmh , jika kau kembalikan milik Willy aku anggap tak terjadi masalah apapun di antara kita."
Braaaakkkkk
KAMU SEDANG MEMBACA
INTERNAL LOVE
General FictionGabriella Amanda seorang gadis biasa yang bekerja di sebuah Restoran. Hari-harinya begitu berat karena selalu mendapat perlakuan yang buruk dari pacarnya , Gerry. Hidup Amanda berubah menjadi lebih buruk sejak tragedi di hotel itu , Amanda terbangun...