Amanda terbaring di ruang Rumah Sakit dengan Ikbal berdiri di depan pintu menjaganya. Erlin datang dengan berlari menghampiri kakaknya.
"Kak, apa yang terjadi? Bagaimana keadaan Nona?" Tanya Erlin cemas.
"Aku tidak tahu. Dokter belum menemuiku. Nanti akan kakak ceritakan padamu. Sekarang diamlah disini sampai Bos datang, kakak akan ke ruang dokter." Kata Ikbal. Erlin mengangguk.
Beberapa saat kemudian, Arya bersama Olivia dan Firly tiba di rumah sakit. "Erlin bagaimana keadaan Amanda?" Ucapnya dengan cemas dan khawatir. Wajah sedih Arya tak bisa disembunyikan.
"Maaf Bos, saya belum tahu. Kak Ikbal sedang menemui dokternya." Jawab Erlin. Arya meraba kaca di pintu ruangan dimana Amanda berada. Gadis itu tergolek lemas diatas ranjang. "Nak, tenangkan hati dan pikiranmu. Istrimu sangat membutuhkanmu." Kata Olivia.
Ikbal datang, Arya melihatnya dan langsung bertanya padanya. "Bal, bagaimana keadaan istriku? Apa terjadi sesuatu?" Tanya Arya semakin cemas.
"Nona baik-baik saja Bos. Kandungannya juga tidak apa-apa. Dokter sudah menyuntikkan obat padanya. Nona hanya perlu beristirahat." Jawab Ikbal. Arya langsung memeluk anak buah kepercayaannya itu. "Terimakasih karna kau sudah menolong istriku Bal."
"Sama-sama Bos, itu sudah kewajiban saya." Jawab Ikbal. Arya mengangguk lalu masuk ke dalam ruang rawat Amanda.
Pria itu duduk di samping istrinya, meraih tangannya dan menciumnya. "Maafkan aku yang sudah sering membuatmu dalam bahaya seperti ini." Ucapnya lirih. "Maafkan Daddy yaa sayang.." sambungnya sambil mengelus perut istrinya. Mata Amanda yang terpejam mengeluarkan air mata.
Arya berbisik pada istrinya saat melihat air mata itu menetes. "Jangan bersedih, aku akan menjagamu lebih baik lagi." Ujarnya lalu mengelap air matanya. Arya beranjak dari duduknya hendak meninggalkan ruangan itu untuk menemui dokter sendiri. Tiba-tiba..
"Sa-sayaang...." sambil memegang tangan Arya, Amanda terbangun.
"Amandaa... ka-kamu sudah sadar?" Diciumnya kening istringa itu penuh cinta dan sayang. "Maafkan aku sayang.." ucap Arya lirih.
Amanda tersenyum kecil mendengar suaminya memanggilnya dengan sebutan sayang. "Kamu berhutang banyak penjelasan denganku, sayang.." ucap gadis itu pelan. Arya mengangguk. "Akan aku ceritakan segalanya padamu. Tapi kau harus sehat dulu." Ujar Arya sambil memegang tangan Amanda.
*****
Tiga hari berlalu, Amanda pulih dan diperbolehkan untuk pulang. Sepanjang perjalanan pulang Amanda diam, gadis itu menata hatinya agar saat tiba di rumah, dia bisa menerima apa yang akan dikatakan suaminya padanya. "Aku takutt.." kata Amanda pada dirinya sendiri.
"Kenapa sayang?" Sahut Arya yang mendengar perkataan istrinya. Amanda refleks tersenyum dan menggeleng pelan.
Sesampainya di rumah, keduanya disambut Bi Nur.
"Syukurlah nona sudah sembuh. Bibi senang non." Ucap Bi Nur sambil memeluk Amanda.
"Terimakasih ya Bi. Emm Bi aku mau dong dibikinin puding mangga. Kok pingin ya.." ucap gadis itu sambil menunjukkan ekspresinya yang ingin.
"Aahh ini berarti Nona ngidam. Baik Non bibi akan bikinin." Jawab Bi Nur seraya berjalan ke dapur. Arya menatap istrinya "Ngidam? Apa itu?" Tanyanya penasaran.
"Ngidam tuh pingin sesuatu tapi harus cepet diturutin. Bagi orang hamil kalo nggak segera diturutin nanti anaknya pas lahir ngeces terus. Hehehe.." jawab Amanda penuh semangat. "Ooh gitu. Harus ya?" Tanya Arya lagi.
"Haruslah.. semoga habis ini kamu yang ngerasin ngidam sayang." Jawab Amanda lalu naik ke atas. Arya dengan sigap menarik tangan istrinya.
"Kamarmu bukan di atas lagi, tapi disana." Tunjuk Arya pada salah satu ruangan yang terletak di dekat ruang keluarga. Amanda bingung, "memangnya kenapa sayang?" Tanya gadis itu.
"Kau kan sedang hamil, capek naik turun tangga terus. Sepertinya aku harus membuat lift di rumah agar kau bisa leluasa jika ingin ke atas." Kata Arya pada istrinya. Amanda mengangguk, lalu dia teringat dengan percakapan terakhir dengan suaminya di Rumah sakit. Amanda menggandeng Arya dan masuk ke kamar baru mereka.
*****
"Aku sudah tahu Oliv, jika kau adalah Ibu kandung bajingan itu. Surprise sekali untukku." Kata Kevin yang duduk di hadapan Olivia.
"Lalu apa maumu?" Tanya Olivia.
"Sederhana saja. Kau pilih aku atau anakmu? Jika kau memilihku tinggalkan rumah bajingan itu sekarang juga. Dan jika kau memilihnya, kita putus dan bersiaplah menjadi mangsaku." Jawab Kevin dengan tertawa lepas.
"Kau sudah berubah Kevin, aku seperti tidak mengenalmu lagi sekarang. Kau berbeda dengan Kevinku yang dulu. Hentikan semua ini." Kata Olivia yang membuat Kevin geram.
"Apa?? Kau ingin aku berhenti? Kau ingin aku mengampuni anakmu yang sudah membunuh adikku? Nggak akan Olivia. Enggak. Bagaimanapun rasa dendam dan benciku pada anakmu sudah mengalahkan rasa cintaku padamu. Kau akan lihat bagaimana kehancurannya sebentar lagi." Teriak Kevin lalu beranjak dari tempat duduknya. Olivia berdiri.
"Tunggu.." kata Olivia saat Kevin hendak pergi dari ruangan itu. Kevin berbalik menatap Olivia. "Maaf Vin, antara kau dan Arya sebenarnya bukan sebuah pilihan untukku. Aku menyangimu sebagai kekasihku dan Arya adalah putraku. Tapi, jika aku harus dihadapkan dalam sebuah pilihan ini, maka aku akan memilih bersama putraku." Ucap Olivia dengan mata yang sedih menatap Kevin. Langkahnya gontai mendekati Kevin, lalu berjinjit mencium bibir Kevin yang mematung mencerna kata-kata kekasihnya itu. Olivia pergi. Mata Kevin perih melihat kepergian kekasihnya, hatinya sakit dan seperti ada yang hilang dari dirinya.
*****
"Jadi benar apa yang dikatakan oleh pria tinggi malam itu padaku?" Tanya Amanda sembari menatap lekat mata suaminya.
"Aku hanya memberi hukuman pada seseorang yang selama ini meneror istriku." Jawab Arya. "Apakah hukuman itu harus menghilangkan nyawanya sayang?" Tanya Amanda yang menahan air matanya agar tidak jatuh.
Arya menggeleng. "Aku tidak membunuhnya. Dia mati karena memang sudah takdirnya." Arya mencoba tenang. Amanda terdiam. Gadis itu mengingat kembali ucapan Kevin padanya.
"Lalu, apa maksud pria itu mengatakan bahwa kamu adalah seorang mafia? Apakah kamu terlibat bisnis yang ilegal?" Tanya Amanda lagi. Arya menghela nafas panjang.
"Tidak. Kau tahu apa pekerjaanku bukan? Jika aku seorang mafia aku tak akan pernah memberi tahumu dimana kantorku dan apa saja bisnisku padamu." Jawab Arya. "Benar, suamiku adalah pebisnis. Dia mempunyai banyak Mall, restoran, hotel bahkan Rumah Sakit." Pikir Amanda.
"Apa ada yang masih ingin kau tanyakan padaku untuk menjawab semua keraguanmu?" Tanya Arya. "Aku tidak yakin. Tapi akan aku tanyakan setelah benar-benar yakin." Jawab Amanda perlahan. Pria itu meraih tangan istrinya lalu menciumnya. "Percayalah apapun yang aku lakukan adalah yang terbaik untukmu. Jangan buang waktumu dengan memikirkan hal-hal yang membuat kamu dan anakku sedih." Amanda mengangguk.
"Baiklah aku akan ke kantor sekarang. Kau istirahatlah. Aku akan segera kembali." Kata Arya lalu pergi.
*****
Ikbal telah menunggu Arya di dermaga dengan beberapa anak buahnya. Mereka akan melakukan transaksi dengan seseorang dari Jerman.
"Apa dia sudah datang?" Tanya Arya yang baru saja tiba.
"Sebentar lagi Bos." Jawab Ikbal.
Sesaat setelah menjawab, klien yang mereka tunggu datang. Ikbal menyerahkan koper yang berisi senjata yang dipesan oleh klien. Namun saat pembayaran mereka berkhianat. Mereka merebut uangnya kembali dari tangan Ikbal. Arya geram, pertarungan tak terelakkan. Mereka bukan adu tembak melainkan adu jotos satu sama lain.
Kemenangan di tangan Arya. "Sekali lagi kau melakukan hal bodoh ini, aku akan menghabisimu." Teriak Arya. Pria itu berbalik dan membetulkan jasnya namun, klien tersebut berdiri mengeluarkan pisau tajam dari sakunya dan menyerang Arya.
"Boooooossss belakangmu......." teriak Ikbal pada Bosnya yang refleks berbalik.
Bersambung....
Haiii maaf yaa baru update lagi. Badan capek banget euy.. hehehe
Selamat membaca yaa jangan lupa vote. Mau janji ntar malam update takutnya gabisa nepatin lagi.
Ditunggu aja yaa. Terimakasih 💜
KAMU SEDANG MEMBACA
INTERNAL LOVE
General FictionGabriella Amanda seorang gadis biasa yang bekerja di sebuah Restoran. Hari-harinya begitu berat karena selalu mendapat perlakuan yang buruk dari pacarnya , Gerry. Hidup Amanda berubah menjadi lebih buruk sejak tragedi di hotel itu , Amanda terbangun...