"Kau yang disana. Bawa istriku masuk ke kamarnya." Dengan sigap kedua anak buah Arya membawa Amanda ke atas. "Aryaa...Aryaa aku nggak mau kalo gak sama kamu. Jangan dekati dia. Dia berbahaya." Teriaknya.
"Apa?? I-istri??" Pekik Gerry tak percaya. Wajahnya pucat dan keringat mulai bercucuran. Seketika Gerry ingat perkataan gadis yang menghajarnya tadi pagi. "Jangan ganggu dia kalo lo masih sayang sama nyawa lo." Matanya membulat semakin ketakutan.
"Ayo Nona.." ajak anak buah Arya dengan sedikit menarik tangan Amanda. Amanda menangis. Arya tak bergeming dia menatap tajam ke arah Gerry dengan tersenyum tipis.
"Gerry, kau sudah membuat lubang kuburmu sendiri disini." Ucap Arya setelah Amanda menghilang dari pandangannya.
"A-apakah Amanda benar-benar sudah menjadi istrimu Bos?" Tanya Gerry pada Arya. Suaranya terdengar takut.
"Bukankah kau yang dengan sengaja membuatnya bisa menjadi istriku? Aku harus berterima kasih padamu untuk itu. Hmm tapi sekarang bukan itu pointnya. Kau sudah menampar istriku pagi ini. Dan dirumahku kau ingin melakukannya lagi? Waaahhh kau pemberani juga ya.." Arya menatap Gerry yang menunduk. "Kenapa kau menunduk? Apa ada uang jatuh?" Tanya Arya lalu mendongakkan kepala Gerry. Dan...
Plaaaaaakkk...
Arya menampar keras wajah Gerry hingga mengecap lima jari disana. "Itu untuk keberanianmu menampar istriku."
Plaaaaaakkk...
"Itu untuk air mata istriku."
"Ampun Bos ampuuuunnn. Jangan bunuh saya. Ampuuunnnn..." Ucap Gerry dengan wajah yang memelas. Arya mengayunkan kembali tangannya , namun tak jadi menampar. Gerry sudah ketakutan.
"Kenapa? Kau mulai takut? Aku bisa saja membunuhmu sekarang tapi aku tak mau mengotori rumahku dengan darah kotormu. Menjauhlah dari istriku mulai sekarang. Jangan sampai kau bertemu lagi denganku atau istriku. Jika tidak, kau akan mati saat itu juga." Kata Arya. "Ba-baik saya pergi. Trimakasih Bos." Ucapnya dengan berlutut memegang kaki Arya.
"Bawa sampah ini pergi." Ucap Arya pada anak buahnya lalu dia naik ke kamar Amanda.
******
Amanda cemas. Dia mencoba membuka pintu berkali-kali namun pintu dikunci dari depan. "Arya bukaaaaa. Jangan hiraukan Gerry. Bukaaaaa.." teriak Amanda. "Apa jangan-jangan Arya berkelahi dengan Gerry? Aku tau disini banyak anak buahnya tapi aku tetap takut." Oceh Amanda dengan berjalan bolak-balik seperti setrikaan.
Arya membuka pintu kamarnya. "Aryaaaa....." kata Manda seraya berlari memeluk suaminya itu. "Ka-kamu nggak apa-apa kan? Ada yang luka? Dia nggak menyakitimu kan?" Tanya Amanda dengan melihat wajah dan tangan suaminya.
Arya tersenyum. "Aku nggak apa-apa." Jawab Arya. Amanda meraih tangan kanan Arya. Merah seperti memar. "I-ini kenapa? Kok merah?" Tanya Amanda.
"Ada nyamuk di pipi Gerry saat aku bicara dengannya. Refleks aja aku tepuk pipinya." Jawab Arya sembari mengajak Amanda duduk di ranjang. "Hmm apa iya? Aku obatin ya." Arya mengangguk. Saat mengoles salep ke tangan Arya , padangan Arya tak lepas dari gadis yang dinikahinya seminggu yang lalu itu.
"Manda.."
"Iya?"
"Kau mau tidak kita pergi?"
Amanda berhenti melakukan aktifitasnya, menatap Arya kemudian. "Kemana?"
"Bulan madu."
"Haah" Amanda menutup mulutnya dan tersenyum. Wajahnya memerah karena malu. "Kenapa?" Tanya Arya yang melihat tingkah istrinya. Amanda menggeleng lalu "Arya, boleh nggak aku panggil kamu dengan panggilan lain?" Tanya Amanda.
KAMU SEDANG MEMBACA
INTERNAL LOVE
General FictionGabriella Amanda seorang gadis biasa yang bekerja di sebuah Restoran. Hari-harinya begitu berat karena selalu mendapat perlakuan yang buruk dari pacarnya , Gerry. Hidup Amanda berubah menjadi lebih buruk sejak tragedi di hotel itu , Amanda terbangun...