Naya kembali ke ruangannya dengan menangis. Pikirannya rancu tak karuan memikirkan hal yang baru saja terjadi. Jelas pasti ada seseorang yang sudah memfitnahnya. Tapi siapa? Pikirnya. Naya menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Gadis itu terus terisak dan membuat perhatian teman seruangannya.
"Naya kenapa nangis atuh? Kamu teh udah meeting kan sama Pak Arya? Naon hasilnya?" Tanya Tuti dengan mengelus pundak Naya. "Iya Nay kamu kenapa nangis? Apa terjadi sesuatu. Minum dulu ya biar kamu enakan." Kata temannya yang lain. Disaat semua sedang sibuk menenangkan Naya, Deci datang dengan wajahnya yang sinis itu lalu menyuruh teman-temannya mundur.
"Eh pada ngapain disini? Udah sana kerja." Bentaknya. "Eh Deci, kamu teh bisa ndak sih ngomongnya itu baik-baik. Kita semua mah tahu kamu senior disini. Tapi liat atuh si Naya mah lagi nangis. Bukan malah nenangin malah teriak-teriak gak jelas maneh." Ujar Tuti kesal. "Heh lo kenapasih nangis segala di kantor? Mau caper lo. Oh iya bukannya lo meeting ya sama Pak Bos kok lo disini?" Cecar Deci. Naya hanya diam dan menghapus air matanya.
Melihat Naya terdiam, Deci melanjutkan kata-katanya. "Oh gue tau, lo gagal ya dapetin projek itu? Hahaha udah gue duga lo tuh gak pantes. Baru anak baru aja udah songong Lo." Ejeknya lagi. Naya tak bisa lagi menahan emosinya. Hatinya sedang kalut dan campur aduk. Dengan sekuat tenaga Naya menampar Deci.
Plaaaaakkkkk
"Mulut lo itu bisa diem gaksih? Makin didiemin lo tuh makin ngelunjak ya sama gue. Lo tuh gatau apa-apa jadi gak usah ikut campur." Teriak Naya pada Deci. Naya pergi dari ruangannya. Seluruh ruangan hening melihat Naya yang marah. Selama bekerja di perusahaan Naya tak pernah meninggikan suaranya pada teman-temannya. "Hehh cewek murahan. Kita belum selesai ya. Awas aja Lo." Teriak Deci yang tak digubris oleh Naya. Sementara Ikbal masuk ke dalam ruangan Arya.
"Bos, saya sudah menemukan siapa pelakunya." Lapor Ikbal. Arya menatap tajam ke arah Ikbal. "Siapa?" Tanya Arya. Ikbal memberikan rekaman CCTV pada Bosnya itu. "Dia teman kerja Naya?" Tanya Arya tanpa melepaskan pandangannya pada laptop di hadapannya. "Dia juga suka membully Naya." Ujar Arya dengan geram. Ikbal mengangguk. "Maafkan saya Bos, seharusnya saya tahu hal ini lebih cepat." Arya hanya menggeleng pelan. "Kita harus memberinya pelajaran. Aku tidak mau tahu bagaimanapun caranya dia harus merasakan apa yang dirasakan adikku selama ini." Ujar Arya. Ikbal mengangguk dan pergi dari ruangan Arya.
******
Firly dan Olivia mengajak jalan-jalan kedua cucunya. Mereka berempat berada di taman di pusat kota. Firly melihat sekelilingnya. "Seperti ada yang aneh.." pikirnya namun dihempaskan perasaan itu darinya.
Amaira bermain bola bersama Firly, bola ditendang Firly namun gagal ditangkap oleh cucunya itu. "Opa aku ambil dulu bolanya ya.." seru amaira pada Firly. Pria itu mengangguk dan mengikuti arah cucunya mengambil bola. "Aaarrggg gak mau Opa toloooonggg..." teriak gadis kecil itu. Sontak saja Firly berlari mengejar laki-laki yang ingin menggendong cucunya dengan paksa. "Heeyy lepaskan cucuku." Teriak Firly. Olivia yang mendengarnya pun ikut berlari melihat apa yang terjadi dengan cucunya.
"Ada apa sayang? Amaira... Sweet heart.." teriak Oliv.
"Omaaaaa.." gadis kecil itu berlari ke arah Oliv. Laki-laki itu babak belur dihajar oleh Firly. "Omaa dedek dibawa lari.." teriak Amaira kemudian. Olivia menoleh dan benar saja dua orang laki-laki membawa Garsa pergi dan naik ke dalam mobil. Olivia berlari mengejar cucunya itu.
"Garsaaaaa Garsaaaaaaa.. heyy kembalikan cucuku." Olivia menggunakan seluruh tenaganya untuk mengejar mobil itu, tangannya hampir saja meraih mobil. Dan....
Dorrrrrrr..dorrrrrrr..
"Omaaaaaaaaaaa..." teriak Amaira. "Oliiiivvv..." Firly berlari ke arah istrinya sambil meraih Amaira dan digendongnya. Laki-laki yang dihajar Firly bangun dan melarikan diri. "Olivv Oliiivvv..." teriak Firly. Nafas Olivia tak beraturan. Peluru itu menembus dada kirinya dan bahunya. "Gar...Garsaaaa..." ujarnya lalu menutup matanya. "Oliiivvv..." teriak Firly.
KAMU SEDANG MEMBACA
INTERNAL LOVE
General FictionGabriella Amanda seorang gadis biasa yang bekerja di sebuah Restoran. Hari-harinya begitu berat karena selalu mendapat perlakuan yang buruk dari pacarnya , Gerry. Hidup Amanda berubah menjadi lebih buruk sejak tragedi di hotel itu , Amanda terbangun...