BAGIAN 25

3.9K 331 49
                                    

Amanda berjalan sembari membaca novel kesukaannya melewati koridor kampus. Langkahnya pelan, sesekali dia melihat depan dan kembali melanjutkan bacaannya.

Bruukkk

Amanda terjatuh. Seseorang menabraknya dengan sengaja. Dihadapnnya berdiri perempuan dengan memakai heels tinggi, rok yang mini dan rambut ikal blonde.

"Hai itik kampung.." sapa gadis itu pada Amanda. Amanda menghela nafas panjang memunguti buku dan novelnya lalu berdiri. Tanpa menjawab gadis itu Amanda hendak pergi, gadis itu dengan cepat meraih tangannya.

"Heii aku sedang bicara padamu. Sombong sekali kau.." ucapnya dengan kasar pada Amanda.

"Apakah itu penting?" Tanya Amanda setengah mengejek lalu pergi. Gadis itu tak mau kalah dia menarik Amanda dengan kasar lalu menjatuhkannya. "Heiii denger ya apapun yang aku katakan padamu itu penting. Kau masih sama seperti yang dulu dimataku, itik kampung. Meski kau adalah saudara sepupuku aku tak mau mengakuimu. Jijik sekali punya sepupu miskin sepertimu." Ejeknya pada Amanda.

Plaaaakk

Erlin datang dan langsung menampar gadis itu tanpa aba-aba. Gadis itu mengaduh kesakitan, sambil menatap geram ke arah Erlin.

"Berani kamu ya!!" Teriak gadis itu.

"Berani. Kita sama-sama manusia kan? Kau dan aku sama, makan nasi juga kan? Kenapa aku harus takut denganmu!" Gertak Erlin membuat gadis itu sedikit takut.

"Kau siapanya itik ini? Mau-maunya kau berteman dengan orang miskin macam dia." Gadis itu tetap mengejek Amanda. "Kau tidak perlu tahu aku siapa. Gak penting. Sekali lagi kau ganggu dia, kau akan berhadapan denganku." Gertak Erlin lalu menggandeng Amanda pergi.

Erlin dan Amanda tiba di kelas mereka, "kau tak apa-apa Manda?" Tanya Erlin sambil membersihkan siku dan baju Amanda yang kotor.

"Enggak apa-apa Lin, makasih ya kamu udah bantuin aku." Jawab Amanda dengan tersenyum.

"Siapa gadis kurang ajar itu? Kau mengenalnya?" Tanya Erlin penasaran.

"Iya. Dia Kamila, sepupuku." Mata gadis itu sendu saat menjawab pertanyaan Erlin. Pikirannya menerawang jauh kejadian beberapa tahun silam.

Flashback on.

"Mbak, tolong pinjamkan aku uang untuk aku berobat. Aku ingin sembuh mbak, kasihan Amanda harus bekerja paruh waktu saat pulang sekolah." Kata Ayahnya kala itu.

"Enak aja mulutmu itu kalo bilang. Kamu kalo mau uang ya kerja dong. Nggak ada nggak ada pinjam-pinjam, bodoh amat sama anakmu. Itu kan kewajiban dia buat mengobati ayahnya." Cecar Melisa, kakak ipar ayahnya saat itu.

"Udah Om kalo miskin ya miskin aja gak usah minta-minta uang sama mama dan papaku. Amanda kan kerja pakai uang dia aja." Ujar Kamila tak mau kalah dengan ibunya.

Flashback off.

Amanda yang mengingat perlakuan Kamila dan tantenya itu tak kuasa menahan air matanya. Erlin yang melihat itu buru-buru mengeluarkan tisu dari tasnya. "Manda, jangan nangis dong. Jangan diinget-inget yang bikin kamu sakit." Kata Erlin dengan sedih. Amanda tersenyum, lalu mengangguk. Bagaimana bisa lupa setelah menceritakan hal itu pada Amanda dua hari kemudian ayahnya tiada karena sudah terlambat ke dokter.

Dosen memasuki ruangan. Tapi pikiran Amanda masih tentang Kamila, kenapa gadis itu bisa berkuliah disini.

*****

Ikbal mengemudikan mobil yang ditumpangi Arya dengan santai. Transaksi berjalan lancar, mereka menuju ke kantor pusat untuk bertemu rekan bisnis Arya.

INTERNAL LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang