BAGIAN 33

3.1K 305 59
                                    

"Kau adalah istriku. Apapun tentangmu aku pasti tahu." Kata Arya sembari membelai rambut pendek istrinya. Amanda tersenyum getir. "Lalu, apa yang aku tahu tentangmu?" Tanya Amanda pada suaminya. Membuat Arya langsung terdiam. Pria itu menatap wajah istrinya, tak tahu harus menjawab apa.

Amanda tersenyum lalu berdiri menggandeng tangan suaminya. "Ayo kita makan. Ibu pasti sudah selesai membuat sup untukku sayang." Ajak istrinya yang seakan lupa akan pertanyaanya pada Arya.

Arya membung nafas kasar. Benar kata Willy dan Ikbal jika aku terus menyembunyikan semua ini pada Amanda maka hidupnya tak akan tenang.

Flashback Arya.

"Jadi kakaknya si Jonathan nyamperin istrimu dan mengatakan segalanya padanya?" Tanya Willy kala itu yang sedang sedikit mabuk.

"Hmm.."

"Waahh licik juga dia. Tunggu, apa reaksi istrimu saat tahu kau adalah bajingan kelas atas?" Tanya Willy sambil menahan tawanya.

Arya meliriknya tajam. "Aku berhasil membuat alasan padanya dan dia percaya padaku."

"Apa?? Dasar pria bodoh." Ucap Willy kembali meneguk bir di tangannya. "Kau sekarang punya banyak kesempatan untuk mengatakannya. Kau tak akan tahu bagaimana takdir bekerja padamu, jika istrimu tahu sendiri ataupun dari orang lain lagi rasanya lebih sakit. Kau juga tak akan bisa hidup tenang." Ujar Willy pada Arya. Ikbal yang berada di belakang Arya pun mengangguk saat Bosnya itu menoleh padanya.

Flasback End.

Selesai makan Arya langsung ke kantor, karena ada meeting penting yang tak bisa diwakilkan oleh Ikbal. Amanda tetap tinggal di rumah karena hari ini dia tak ada jadwal kuliah. "Baiklah sayang, Ibu mau keluar sebentar. Kau hati-hati di rumah ya. Jika terjadi sesuatu kabari ibu." Kata Olivia sambil mencium kening menantunya. Amanda mengangguk.

Amanda kembali penasaran dengan ruangan besi di belakang rumah suaminya itu. Wanita itu berpikir keras bagaimana caranya dia bisa masuk ke dalam sana. Sementara pintu itu selalu dijaga oleh beberapa anak buah Arya, pintu itu ditinggalkan saat jam makan saja.

"Bagaimana aku harus kesana?" Ucapnya sambil melihat sekeliling ruangan yang terpasang cctv di setiap sudutnya. Amanda kembali mengawasi situasi, "Benar, aku harus lebih dulu mengamati gerak-gerik mereka semua." Ucapnya pada diri sendiri. Wanita itu melihat semua anak buah yang berjaga dan para pelayan. Termasuk Bi Nur kepala pelayan di rumah itu.

*****

Dihari yang berbeda, masih tetap sama Amanda penasaran dengan isi di dalam ruangan besi itu. Arya tak merasa curiga kepada istrinya saat ditanya kenapa tidak kuliah hari ini. Amanda mondar mandir di dalam kamar menunggu jam makan siang anak buahnya tiba. Perasaannya gelisah tak karuan. Karena setelah dirinya selesai makan siang, maka para pelayan dan anak buah lainnya akan makan siang bersama di tempat khusus untuk mereka.

Amanda mengusap wajahnya yang sedikit berkeringat, meraba jantungnya yang sedikit berpacu dengan kencang.

"Anak Mommy yang kuat yaa.." celetuknya sambil menata nafasnya agar sedikit lebih tenang.

*****

Amanda sudah berada di depan gudang. Wanita itu baru saja mematikan cctv yang berada di ruang pemantau depan gudang. Dia hendak mengetik kode akses yang diketahuinya kemarin. Sambil menoleh ke kanan kiri dan belakang dia mulai menekan tombol-tombol di depannya. Tangannya gemetar karena takut jika paswordnya salah atau berubah.

Klik

Pintu besi itu terbuka. Amanda menghela nafas lalu masuk ke dalam. Wanita itu membulatkan matanya saat masuk ke dalam. Ruangan yang dianggapnya gudang tidak seperti perkiraannya. Ruangan itu cukup luas. Di kanan kiri didominasi warna merah seperti karpet, sepertinya untuk meredam suara.

Amanda semakin penasaran, wanita itu menyusuri ruangan itu hingga ke dalam. Semakin masuk Amanda semakin shock saat melihat banyaknya tumpukan senjata api dalam box yang terbuka. Disisi lain ada banyak box yang berisi minuman botol namun dalamnta tidak cair. Melainkan bubuk putih seperti tepung.

"A-apa ini?" Katanya lirih.

Amanda semakin syock lagi saat menoleh ke sisi kirinya. Sebuah ruangan berjeruji besi. Wanita itu mendekat kesana. Di dalam ruangan itu ada seorang pria yang babak belur luka-luka. Wajahnya sudah tak bisa dikatakan lagi bagaimana rupanya. Amanda bergidik.

"Si-siapa kamu? Ke-kenapa kamu berada disini?" Tanya Amanda pada pria itu dengan takut.

Pria itu menatap Amanda dengan tajam. Lalu berbalik bertanya pada Amanda. "Ka-kau yang siapa? Apa kau juga tertangkap oleh bajingan itu?" Amanda semakin tak mengerti setelah mendengar perkataan pria itu.

"Bajingan? Bajingan siapa yang kamu maksud?" Tanyanya bingung. Pria itu menyunggingkan senyuman yang sinis, sorot mata tajamnya menatap penuh amarah kepada Amanda. "Oh jika kau bukan tawanannya, pasti kau adalah salah satu dari mereka. Katakan pada tuanmu bunuh aku sekarang. Kenapa dia menyiksaku seperti ini." Teriaknya pada Amanda.

Mata Amanda berkaca-kaca. Dia semakin tak mengerti arah pembicaraannya dengan pria ini. "Tuan?" Seru Amanda lirih. Amanda mencoba membuang jauh pikirannya yang baru saja terbesit itu. Nggak gak mungkin maksud dari Tuan itu adalah suamiku. Tidaaakk. Katanya dalam hati. Rasa penasaran akan kata Tuan semakin kuat.

"Tuan siapa? Aku benar-benar tak tahu siapa yang sedang kamu bicarakan." Kata Amanda menahan air matanya.

"Benarkah? Tuan Arya Sandya? Apa kau tak mengenalnya? Dia adalah Bos Mafia yang paling kejam yang pernah kutemui. Aku adalah anak buah musuhnya yang tertangkap disini. Aku sudah mengatakan segalanya yang kutahu padanya tapi dia tidak melepaskanku. Dia menyiksaku bahkan sudah membunuh rekanku kemarin." Mata Amanda membulat sempurna, tangannya gemetar. Kedua tangannya menutup mulutnya yang tak bisa bicara. Air matanya jatuh tak karuan.

Apa yang dikatakan pria ini sudah seperti petir yang menyambarnya. Jam berdentang, pertanda semua anak buah suaminya sudah selesai makan siang. Amanda bergegas pergi dari gudang itu. Rasa nyeri di perutnya sudah tak dihiraukan lagi. Rasanya ngeri sekali kembali melintasi banyak senjata laras panjang dalam box disana. Amanda mengingat saat dia ke kantor suaminya dimana di lemari ada banyak sekali senjata seperti ini.

Tangis Amanda semakin pecah. "Apakah kamu membohingiku sayang?" Batinnya sambil berjalan cepat keluar dari gudang.

*****

Olivia sibuk mencari menantunya di setiap ruangan. "Kemana putriku Bi? Di kamarnya dia tidak ada?" Tanya Olivia.

"Nona berada di taman belakang Nyonya. Sedang duduk." Jawab Bi Nur.

"Ooh baiklah. Buatkan dia segelas susu. Pasti nikmat jika duduk sambil meminum susu kesukaannya. Setelah itu bantu aku menata sesuatu yaa Bi di kamar." Ucap Olivia lalu berjalan ke kamarnya.

"Baik Nyonya."

*****

"Aku sudah membuka lemari di dalam kamarku. Dan apa yang kutemukan disana ternyata sama seperti di gudang. Senjata itu asli." Kata Amanda. "Aku harus kuat. Aku tidak ingin anakku kenapa-napa." Katanya lagi sambil mengelus perutnya.

"Permisi Nona, ini susunya." Kata Bi Nur membuyarkan lamunan Amanda. Wanita itu menyeka air matanya. Bi Nur panik saat melihat istri majikannya itu bersedih.

"Nona, apakah terjadi sesuatu?" Tanya Bi Nur. Dengan cepat Amanda menggeleng. "Tidak Bi. Aku hanya merindukan ayahku." Jawabnya bohong. "Terimakasih ya Bi susunya. Bisa tolong bawa ke kamarku? Aku ingin meminumnya disana." Katanya mengalihkan pembicaraan. Keduanya berjalan masuk ke dalam rumah.


Bersambung....

Haiii guys maaf yaa terlambat up. Hahaha packing orderan capek euy..
Lanjut 1 part nanti malam yaa..
Selamat membaca teman-teman.
Jangan lupa vote yaa 💜💜💜💜

INTERNAL LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang