Karena Amanda sudah tak tahan, Ikbal membelokkan mobilnya ke klinik kecil atas perintah Arya. Ketiganya turun. Arya langsung menggendong Amanda, sementara Ikbal membawa tas perlengkapan persalinan. Doris berlari ke dalam mencari dokter dan suster.
Arya dan Amanda berada di ruang bersalin. Amanda merasakan sakit bagian bawah perutnya tak karuan. "Aaarrrgghh... sakiiiit sayaang.." teriaknya sambil memegang lengan Arya dengan keras. Pria itu meringis kesakitan menahan sakit di lengannya. "Astaga ini lebih menyakitkan daripada hantaman musuh." Batinnya.
"Doriisss cepat panggil dokter." Perintah Arya. "Sudah Bos. Tapi dokter jaga sedang menyelamatkan pasien kecelakaan." Ujar Doris panik. "Kau pikir istriku bukan pasien hah? Seret dia kemari. Cepaaat..." teriak Arya marah. "I-iyaaa Bos.." Doris kembali berlari menemui dokter. Ikbal masuk membawa suster. "Bu.. Ibu sabar ya. Sebentar lagi dokter kemari. Ibu ambil nafas dulu lalu buang perlahan yaa Bu.. rileks.." ujar suster membuat Amanda sedikit rileks. Peluh di kening wanita itu sudah tak terbendung lagi.
"Suster... aku sudah tidak tahan. Aku ingin melahirkannya sekarang." Teriak amanda yang sudah bersiap untuk mengejan. "Bu..pelan Bu.. rileks.." suster itu membuka kaki Amanda dan melihat posisi kepala bayi. Arya yang melihat istrinya kesakitan tak tega dengan semua itu. Amanda menarik lengan Arya dengan kuat membuat pria itu sedikit terjatuh di hadapannya. Kepala Arya tepat dihadapan Amanda. Dengan cepat wanita itu mencengkeram kepala suaminya sebagai tumpuan dirinya mengejan.
"Aaarrgghhhh....." teriak arya karena kekuatan tangan istrinya yang menjambak kepalanya. "Sayaangg lepaaass.." Amanda tak menghiraukannya dan terus ambil nafas untuk mendorong bayinya.
"Pelan buu.. satu dua tigaa.
Ayo Bu sedikit lagi." Kata suster menyemangati Amanda sembari melihat posisi bayi. "Aarrrgghhh... aduuuh sakiitt.." teriak arya yang rambutnya menjadi sasaran lagi cengkeraman tangan istrinya. Ikbal yang melihat itu hanya bisa mengelus lengan bosnya. "Sabar Bos.. ini demi Bos kecil." Ucap Ikbal. "Diaaamm kau tak merasakan sakitnya bangsaaatt.." ucap Arya marah sambi menahan sakit di kepalanya."Sedikit lagi Bu Manda yuk satu dua sekarang..." teriak suster.. "Aerrrggghh...." bersamaan dengan teriakan Daddynya yang kesakitan itu bayi tampan itu menangis. Amanda lemas, dia melihat bayi tampannya. "Garsa..." ucapnya lirih lalu memejamkan matanya perlahan.
Dokter jaga datang dengan Doris saat proses persalinan telah selesai. Dokter memeriksa bayi dan Ibunya. "Kenapa kau baru datang. Obati aku juga. Kepalaku pusing sekali ini." Omel Arya pada dokter. Doris dan ikbal menahan tawa melihat kelakuan Bosnya. Hahaha..
*****
Olivia, Firly dan Naya datang ke klinik untuk melihat Amanda dan putranya yang sudah lahir. "Ibu, dedek bayi pasti tampan seperti kakak." Ujar Naya sembari berjalan dituntun oleh Firly dan Olivia. "Pastilah. Anak ibu tampan. Cucu Ibu juga pasti tampan." Ujar Olivia. "Ayah dan Ibu kapan akan memberiku adik?" Tanya Naya membuat Firly dan Olivia salah tingkah. Naya sepakat dengan Olivia untuk memanggil Firly dengan sebutan ayah. Firly pun tak keberatan juga merasa senang.
"Ibu sudah tua. Tidak pantas kan udah punya cucu tapi masih punya anak bayi. Saingan sama menantu dong nanti." Ujar Olivia sembari tertawa. "Ayah sudah punya Arya, kamu dan Amanda. Ada Amaira juga dan ditambah lagi adiknya. Itu sudah cukup Naya." Jawab Firly menimpali. Naya tersenyum, "cinta ayah dan ibu begitu saling melengkapi. Kapan aku bisa mendapatkan seseorang seperti itu dalam hidupku. Seumur-umur aku belum pernah pacaran. Aku ingin punya suami yang baik seperti ayah dan yang tampan seperti kakak." Batin Naya yang saat itu melihat Ikbal yang tengah duduk memandangi dirinya dari jauh. Ikbal menunduk saat mata mereka bertemu.
"Huufth si gunung es itu lagi. Kenapa harus bertemu disini sih?" Gerutu Naya. Olivia mendengar sekilas omelan putrinya itu. "Kenapa sayang?" Tanya Olivia. "Tidak Bu.." jawab Naya. Ketiganya berjalan mendekati Ikbal dan duduk. Ikbal berdiri saat mereka datang. "Bal bagaimana Amanda?" Tanya Firly. "Nona masih belum sadarkan diri Tuan, sementara Bos sedang di ruang bayi." Jawab Ikbal.
"Ok. Terimakasih ya Bal kau sudah membantu anak-anakku." Ucap Firly. Ikbal yang sempat mencuri pandang ke Naya lalu mengangguk perlahan. "Sama-sama Tuan." Jawabnya. Firly mengatupkan bibirnya sesaat menahan tawa, "Amanda benar, sepertinya Ikbal memang ada perasaan dengan Naya." Batinnya.
*****
Seminggu setelah Amanda melahirkan.
Keluarga berkumpul, Arya membuat pesta kecil untuk menyambut jagoan kecilnya. "Baiklah terimakasih yang sudah hadir di acara kecil ini untuk menyambut putra keduaku dan istriku King Garsa Sandya." Ujar Arya dibarengi tepuk tangan riuh yang hadir.
"Silahkan dinikmati hidangannya." Ujar Amanda menambahkan. Amaira sangat senang melihat adiknya yang ada di box bayi. "Dedek Garsa ganteng yaa Aunty.." ucap gadis kecil itu kepada Naya. "Iya. Aunty jadi pengen bobok sama dedek nanti." Goda Naya. "Eehh Aunty gak boleh. Amaira nanti yang bobok sama dedek." Sergahnya manja sambil menyentuh lembut pipi adiknya yang sedang tertidur pulas itu.
"Yaaahh trus Aunty tidur sama siapa dong?" Tanya Naya memasang muka sedih. Amaira melihat sekitarnya. Gadis itu bangkit dan menarik tangan Ikbal. "Sama Uncle Ikbal aja. Iyaa kan Uncle?" Tanya Amaira dengan wajah gemasnya. "Iyaa apa sweet heart?" Tanya Ikbal yang kebingungan tak mengerti.
"Ck udaah Uncle jawab iya aja gitu." Ucap Amaira lucu. "Ok ok Iya.." jawab Ikbal pasrah. Naya membulatkan matanya mendengar jawaban Ikbal. "Huh dasar modus." Ucap gadis itu lalu pergi. Ikbal semakin bingung. "Cantik.. Aunty naya kenapa? Kok kayaknya marah?" Tanya Ikbal. "Iyaa tadi sih Uncle lama jawabnya. Kan tadi aku nyuruh Aunty bobok sama Uncle karena gaboleh bobok sama dedek." Jawab Amaira dengan polosnya.
Ikbal membelalakkan matanya. "Pantas saja dia bereaksi seperti itu. Hmmm ada ada saja." Gumamnya kemudian.
******
"Bosss.... tolooong.." teriak Doris yang membawa tubuh Naya yang lemah dan penuh darah. Arya yang tengah bersiap ke kantor berlari ke depan.
"Naya.. kenapa dia?" Tanya Arya panik. "Seseorang menembak Nona Bos saat Nona sedang jogging tadi." Ujar Doris sambil membawa Naya ke kamar klinik milik istrinya. "Sayaang kenapa? Ada apa?" Tanya amanda panik sambil menggendong Garsa.
"Sayang obati Naya. Sini Garsa sama Daddy." Amanda dengan cepat memeriksa adiknya. Satu buah peluru bersarang dilengan bagian belakang tubuh Naya. Dengan cepat Amanda segera melakuakan tindakan dan mengelurakan peluru itu.
"Siapa yang melakukan ini Doris?" Tanya Arya. "Kak Ikbal sedang mengejarnya Bos." Jawab Doris. Mata Arya merah, emosinya sedang memuncak. Lalu tiba-tiba dia dikejutkan dengan sesuatu yang hangat masuk ke dalam bajunya. "Yaa ampuunn anak Daddy ini yaa kok pipisin Daddy sih.." ujarnya sambil melihat sebagian kemejanya basah karena pipis anaknya.
"Bi.... tolong gantiin popok Garsa." Perintah Arya. Pria itu membuka bajunya sambil berjalan ke kamar. Ponsel Arya berdering.
"Bos..." suara Ikbal seakan kesakitan dan minta tolong.
"Ikbal?? Dimana kau? Apa kau sudah temukan orangnya?" Tanya Arya. "Bos.. HALAAAH LAMA BANGET SIH BILANG. ARYA SANDYA SERAHKAN NAYA PADA KAMI. MAKA ANAK BUAH KESAYANGANMU INI AKAN KAMI LEPASKAN." Ujar suara di ujung ponsel. Sambungan telepon di tutup.
"Ikbal.. bangsaat mereka. Sudah mencelakai adikku sekarang Ikbal." Gumamnya. Arya menghubungi Willy dan Elang.
"Gue ke rumah Lo sekarang." Ucap Willy
"Saya kesana Bos." Jawab Elang lalu menutup ponselnya. "Kalian tidak tau sedang bermain api dengan siapa? Jika terjadi sesuatu pada adikku ataupun Ikbal kalian semua akan tamat." Ujarnya sembari memasukkan amunisi ke dalam pistol kebanggaannya.
Bersambung...
Gimana nih ceritanya guys? Hehehe
Selamat membaca yaa beb, jangan lupa vote yaa..
💜💚
KAMU SEDANG MEMBACA
INTERNAL LOVE
General FictionGabriella Amanda seorang gadis biasa yang bekerja di sebuah Restoran. Hari-harinya begitu berat karena selalu mendapat perlakuan yang buruk dari pacarnya , Gerry. Hidup Amanda berubah menjadi lebih buruk sejak tragedi di hotel itu , Amanda terbangun...