Erlin meminta bantuan Friska. Keduanya kini sedang menyamar sebagai karyawan di pusat perbelanjaan. Sehari sebelumnya Erlin sudah mencari informasi tentang Deci, gadis itu sedang tergila-gila dengan game dan juga assesoris yang berhubungan dengan game yang digandrunginya itu.
Erlin dan Friska menjadi karyawan disalah satu tempat assesoris game disana. Pagi tadi, Erlin mengirimkan sesuatu ke rumah Deci hingga gadis itu datang ke Mall di jam pulang kerja. Friska yang pandai bermake-up membuat Erlin seperti orang lain, hingga Deci tak dapat mengenalinya.
"Haloo selamat sore kak, ada yang bisa saya bantu?" Tanya Erlin pada Deci yang tengah masuk ke dalam outletnya. Deci mengangguk seperti kebingungan, gadis itu melihat sekitar tak ada pengumuman atau apapun yang berhubungan dengan undangan yang dia terima. "Iya kak, maaf saya mendapatkan undangan ini dari sini. Apa betul saya menang undian? Setau saya disini tidak mengadakan undian apapun." Tanya Deci penuh selidik.
"Benar kak. Wah selamat ya kak, kakak salah satu pelanggan kami yang beruntung. Untuk undian ini memang khusus untuk pelanggan yang baru kak. Kakak member baru kan?" Tanya Erlin dengan ramah. "Iya kak betul."
"Boleh saya lihat undangannya?" Deci memberikan undangan pada Erlin, entah apa yang diketik Erlin hingga muncul dilayar tabletnya jika Deci berhak mendapatkan hadiah liburan ke Eropa selama satu minggu. Mata Deci terbelalak. "Tidak mungkin." Batinnya. Erlin bisa membaca ekspresi keraguan itu tergambar jelas di wajah Deci. "Maaf kak, tapi kakak bukan orang pertama yang pernah mendapat undangan dan hadiah ini. Sebulan yang lalu ada juga pelanggan kami yang sudah menerima hadiah ini."
"Oh ya? Apa bisa saya mengkonfirmasinya. Maaf saya masih ragu." Ujarnya. Erlin hendak memberikan kontak pelanggan yang dimaksud lalu..
"Haloo kak... apa kabar?" Ujar suara yang membuat keduanya menoleh ke arah sumber suara itu. Yap Friska menyamar sebagai orang yang pernah mendapat undangan itu. "Iya kak ada yang bisa saya bantu?" Tanya Erlin pura-pura lupa. "Eh masak kakak lupa sama aku. Aku Fifi yang bulan lalu menang undian itu. Aku mau ambil pesenan aku kak, udah ada barangnya." Ujar Friska pada Erlin. Keduanya mulai bermain mata. Deci memberanikan diri bertanya. "Maaf kak apa kakak juga pernah dapat undangan pemenang seperti ini?" Tanya Deci penasaran.
"Waahh kamu pemenangnya? Selamat ya. Iya aku pernah dapat beb. Awalnya aku gak percaya sih tapi setelah pihak game membuatkan aku paspor dan lain-lain aku percaya. Mereka no tipu-tipu. Ini real beb. Kamu beruntung. Selamat ya.." kata Frisma meyakinkan Deci. Deci mengangguk dan tersenyum lalu mengucapkan terimakasih pada Friska.
"Bagaimana kak? Jika kakak Deci menolak tidak apa-apa kak. Kami akan mengganti undangan ini dengan pelanggan yang beruntung lainnya. Otomatis ini batal ya kak dan kakaknya tidak bisa mengclaim apapun." Ujar Erlin membuat deci merubah sikapnya yang tadinya ragu menjadi sangat antusias. "Jangan seperti itu kak. Aku minta maaf aku pikir tadi hanyalah penipuan." Jawabnya cepat.
Erlin dan Friska tersenyum puas karena Deci sudah masuk ke dalam jebakan mereka. "Kami akan mengurus paspor dan keperluan lain. Besok kakak bisa mengambilnya disini dan berangkat pada malam harinya. Ini adalah fasilitas yang akan kakak dapat disana. Silahkan dibaca dulu ya kak." Ujar erlin. Dengan cepat Deci meraih kertas yang diberikan Erlin. Deci tersenyum karena disana dia mendapatkan fasilitas hotel mewah serta ada mobil pribadi yang akan disediakan oleh pihak game. "Ini seperti mimpi." Ujarnya. "Maaf kak ini tiketnya ya untuk paspor dan yang lain bisa kakak ambil disini besok." Kata Erlin. Deci menerimanya dengan senang. "Yeesss.." gumamnya.
******
"Bagaimana Lin?" Tanya Amanda yang tengah menyuapi Amaira di taman. "Beres. Besok gadis itu akan berangkat." Jawab Erlin. "Huft.. aku baru pertama kali melakukan hal ini. Rasanya jantungku mau copot kak." Ujar Friska sambil meminum segelas jus ditangannya. Mendengar itu, Amanda dan Erlin tertawa bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
INTERNAL LOVE
General FictionGabriella Amanda seorang gadis biasa yang bekerja di sebuah Restoran. Hari-harinya begitu berat karena selalu mendapat perlakuan yang buruk dari pacarnya , Gerry. Hidup Amanda berubah menjadi lebih buruk sejak tragedi di hotel itu , Amanda terbangun...