Amanda bangun lebih awal dari biasanya. Dia bangkit dari tidurnya dan pergi ke kamar mandi. Melihat Arya yang masih meringkuk di sampingnya Amanda tersenyum kecil.
"Kau mau kemana ?" Amanda terkejut lalu menoleh. "Kamu sudah bangun ya. Selamat pagi." Ucap Amanda. Arya mengangguk. "Kau belum jawab pertanyaanku."
"Aku mau memasak untukmu."
"Hmm.. Ok."
Amanda mencibirkan bibirnya. Dasar aneh.
*****
Arya menikmati nasi goreng buatan Amanda. Tiba-tiba saja terdengar suara tembakan yang menghantam kaca bagian samping rumah Arya dan hampir mengenai Amanda. Semua orang terkejut termasuk Amanda.
"Aarrrgggghh.." teriak Amanda. Gadis itu langsung meringkuk di bawah meja makan dengan wajah yang pucat pasi dan tubuh yang gemetar.
"Bangsaaaatt.." umpat Arya. Saat Arya akan mengambil senjata apinya , Arya melihat istrinya yang sedang ketakutan. "Mandaa..." panggilnya lirih lalu memeluknya.
"Aku takuuuttt...aku takuuuutt.." teriaknya sambil mencekeram erat tangan Arya. "Aku takuuttt Arya.." tangisnya lagi. Arya memeluk dan mencium kecil puncak kepala Amanda. Dengan cepat Arya menggendong istrinya pergi darisana , membawanya pergi ke kamar dan menyuruh Amanda agar tetap di kamar.
"Tetap disini. Jangan keluar sampai aku kembali." Amanda mengangguk. Bi Nur yang khawatir dengan Amanda juga dirinya sendiri ikut menemani Amanda sambil membawakan segelas air.
Arya kemudian keluar , menghampiri anak buahnya yang tengah sibuk menghajar tiga orang asing yang sudah menembaki rumahnya. "Bawa dia gudang belakang. Bereskan kekacauan ini. Jangan sampai istriku melihatnya." Perintah Arya pada anak buahnya kemudian dia pergi ke gudang belakang.
Tak butuh waktu lama untuk pergi ke gudang penyimpanan barang itu. Gudang itu berisikan barang terlarang dan senjata tajam yang menjadi tonggak bisnis besar Arya. Gudang itu dikelilingi pagar besi yang menjulang tinggi. Tak sembarang orang bisa masuk karena akses masuk menggunakan retina mata.
"Buat dia bicara sekarang.." Perintah Arya.
"Bos , dia adalah anak buah Justin yang diberi perintah membunuh nona. Harus kita apakan Bos bajingan ini ?" Tanya anak buah Arya.
"Kenapa kau ingin membunuh istriku ?" Teriak Arya. Ketiga orang suruhan itu menunduk dan bungkam.
Arya menghampiri mereka. Mencekeram leher salah satu dari mereka hingga dia susah bernafas. "Katakan selamat tinggal untuk dunia yang indah ini." Kata Arya dengan sorot mata yang tajam dan senyuman khasnya.
Arya menusuk kedua bola mata laki-laki itu dan pergi. "Bereskan sisanya." Ucapnya pada anak buahnya. Hal seperti ini sudah biasa bagi Arya. Ketiga laki-laki itu menjerit dengan keras. Suaranya menahan sakit yang tiada tara. "Ikbal , ingat jangan sampai meninggalkan jejak apapun. Aku tidak mau istriku tau." Ikbal mengangguk lalu Arya pergi dari gudang.
*****
Rumah yang berantakan saat ditinggalkan tadi kembali rapi. Sisa-sisa pecahan kaca dan benda yang terjatuh sudah tak ada lagi. Arya melihat ke lantai dua rumahnya. Dia tersenyum. "Aku harus membersihkan kotoran ini dulu." Kata Arya sembari melihat tangannya penuh darah lalu masuk ke kamar mandi.
Arya membuka pintu kamar Amanda. Bi Nur lalu permisi pergi dan Arya menghampiri Amanda. "Kita selesaikan sarapan kita dulu yuk ?" Ajak Arya sambil mengelus pelan rambut Amanda.
Amanda menggeleng. "Aku sudah kenyang Arya. Aku masih takut." Jawab Amanda dengan wajah yang masih takut.
"Kau jangan takut. Mereka sudah pergi. Tidak akan ada yang berani menyakitimu selama aku disisimu." Ucap Arya membuat hati Amanda tenang. "Siapa mereka Arya ?" Tanya Amanda.
Wajah Arya berubah tegang saat Amanda menanyakan itu. "Emm mereka adalah saingan bisnisku. Iya saingan bisnis." Jawab Arya ragu. "Apa kamu selalu dalam bahaya seperti ini ?"
"Udah jangan dipikirkan. Ayo kita makan." Ajak Arya. "Aku kenyang." Jawab Amanda. "Ok aku mengerti. Istirahatlah. Panggil aku jika kau butuh sesuatu ya." Ucap Arya lalu pergi meninggalkan Amanda di kamar.
*****
Justin tiba di rumahnya , dia turun dari mobil yang dikendarainya beserta anak buahnya yang lain. Salah seorang penjaganya membuka pintu mobilnya. Wajahnya terlihat senang.
Ponselnya berdering. Justin melihat layar ponselnya dan tersenyum sembari melihat anak buahnya memarkir mobilnya.
"Apakah gencatan senjata seperti ini menyenangkan ? Ck terlalu kekanak-kanakan." Ucap suara di ujung telpon.
"Arya ?"
"Hmm terkejut ? Pasti kau pikir anak buahmu yang menelpon ya."
"Ba-bagaimana bisa kau memakai ponsel mereka ?" Tanya Justin gugup.
"Hmm ok aku akan meminta maaf padamu. Aku tau semua mobil di garasi pribadimu adalah kesayanganmu." Ucap Arya. Dan terdengar ledakan hebat di garasi Justin. Seluruh mobil mewahnya habis meledak dan terbakar. Justin terkejut matanya merah menahan emosi.
"Aku tidak membunuhmu sekarang karena aku menghargaimu sebagai rekan. Tapi jika kau ulangi kebodohanmu lagi aku akan meledakkan mobilmu dengan dirimu didalamnya. Ini peringatan terakhir. Pergi yang jauh dari negara ini. Jangan sampai kau kembali dan bertemu denganku lagi." Ucap Arya lalu menutup ponselnya.
Justin menghela nafas panjang dan marah. Dia membanting segala benda yang ada didepannya.
"Ada apa Bos ?" Tanya seorang anak buahnya. "Kemasi semua barang-barang kita. Kita pergi dari negara ini hari ini juga." Anak buahnya saling menatap. "Tunggu apalagiii..." teriak Justin. Mereka lalu bergegas pergi.
*****
Amanda sedang membaca novel di ruang tamu. Dia telungkup dengan menyilangkan kakinya. Arya datang tanpa dia sadari.
"Kenapa ceritanya membosankan sih. Aaarrgghh aku juga bosan di rumah. Aku ingin keluar tapi aku takut. Arya juga sibuk terus. Huh.." gerutunya sambil menutup novelnya dan menyilangkan tangannya didepan wajahnya.
Arya tersenyum mendengar ucapan Amanda. "Kau ingin keluar kemana ?" Tanya Arya seraya mendekati istrinya itu.
"Haaaaah.." Teriaknya karena terkejut. "Ka-kamu kapan datang ? Sejak kapan kamu disana ?" Tanya Amanda sembari membenarkan duduknya.
"Aku tanya kau ingin keluar kemana ?" Amanda menatap Arya sebal. "I-iya kemana aja asal keluar dari rumahmu ini. Aku bosan." Jawab Amanda menutupi kegugupannya. Arya menatap dalam mata Amanda. Amanda tersipu.
"Ok nanti kita pergi." Kata Arya lalu berjalan ke arah kamar mereka.
*****
Mereka tengah berada di dalam mobil. Arya mengemudikan mobilnya dengan santai. Amanda terlihat senang , sepanjang perjalanan tak henti-hentinya dia tersenyum dan bercerita panjang lebar tentang gedung di kota. Arya menepikan mobilnya di depan mini market. Dia turun lalu membeli sesuatu.
"Minumlah.." kata Arya sambil memberikan sebotol air mineral pada Amanda.
"Kenapa ? Aku nggak haus." Jawab Amanda.
"Bukan itu. Kau tersenyum daritadi sepanjang jalan. Gigimu kering itu."
"Enak aja."
"Aku serius.."
"Aryaaaaa..." teriak Amanda malu sambil mencubit pinggang Arya. "Aaduuhh.."
"Ma-maaf." Ujar Amanda. Wajah mereka sangat dekat. Sehingga Arya bisa merasakan hembusan nafas Amanda.
Bibir mereka juga semakin dekat. Arya mengingat pertama kali dia menjamah tubuh gadis itu yang sekarang telah menjadi istrinya.
Beberapa detik berikutnya bibir mereka sudah bertaut. Dengan lembut dan penuh gairah mereka saling melepaskan perasaan mereka masing-masing. Semesta pun tahu kapan dia harus ikut campur , hujan tiba-tiba mengguyur kota yang sedari siang sudah mendung. Arya Amanda hanyut dalam perasaan cinta yang mulai tumbuh dalam hati mereka.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
INTERNAL LOVE
General FictionGabriella Amanda seorang gadis biasa yang bekerja di sebuah Restoran. Hari-harinya begitu berat karena selalu mendapat perlakuan yang buruk dari pacarnya , Gerry. Hidup Amanda berubah menjadi lebih buruk sejak tragedi di hotel itu , Amanda terbangun...