BAGIAN 48

2.9K 301 76
                                    

Haloo..
Maaf ya lama nggak update. Hehehe
Bagaimana kabar kalian?
Semoga sehat selalu yaa.
Kabar menyedihkan datang dari saudara kita di Lumajang dan sekitarnya akibat meletusnya Gunung Semeru.
Mari kita luangkan waktu berdo'a sejenak untuk saudara kita (Al-fatihah..)

Jika disini ada pembacaku darisana, aku berharap semoga kalian dalam keadaan sehat dan baik-baik saja. Dan sabar dalam menghadapi musibah ini. Sending virtual hug for you guys 🤗🤗🤗🤗🤗

Selamat membaca dan jangan lupa vote ya 💜

------------------------------------------------------------------------

Ikbal sedang mengecek beberapa berkas di kantor. Sarah masuk ke ruangannya untuk memberikan dokumen pada Ikbal. Pria itu menatap tajam Sarah.

"Permisi Pak, ini dokumen yang Bapak minta." Ujar Sarah. Ikbal mengangguk melihat Sarah berlalu hendak membuka pintu ruangannya.

"Tunggu!!" Serunya. Jatung Sarah berdegup kencang entah kenapa tiba-tiba dirinya bereaksi demikian saat melihat tatapan Ikbal tadi

"I-iya Pak. Apa ada sesuatu yang harus saya kerjakan lagi?" Tanya Sarah dengan wajah takut dan bingung.

"Sarah, kau hanya diberi satu kesempatan oleh Bos. Jangan kau sia-siakan. Aku sudah memperingatimu beberapa waktu yang lalu. Jika kau masih ingin hidup dengarkanlah baik-baik, tetaplah pada batasmu Sarah. Kau akan hancur jika kau memaksakan keinginanmu." Ujar Ikbal pada Sarah.

Sarah tercengang. Entahlah seolah Ikbal tahu apa yang akan dilakukannya bersama Kevin pada Amaira dan Amanda. Perasaan takutnya semakin menjadi. Sarah keluar tanpa menatap Ikbal lagi. Ikbal tersenyum sinis dan melanjutkan pekerjaannya.

*****

Amaira menunggu Mommy nya praktek di Rumah Sakit sambil bermain balon dengan Erlin. Gadis kecil itu berlari kesana kemari dengan bahagia.

Bruaaaakkk...

Erlin tersentak. "Amairaaa sweet heart.." teriak Erlin. Bukan Amaira yang jatuh melainkan seorang laki-laki menabrak cleaning service. Amaira memberikan tangannya hendak menolong pria itu. Pria itu mengulurkan tangannya dan berdiri sambil tersenyum.

"Makasih." Ujar Pria itu.

"Sama-sama Om.." jawab Amaira lalu melihat tangan pria itu terluka. "Tanganmu terluka Om, ikutlah denganku biar Mommyku menyembuhkanmu." Ajak Amaira sambil menarik tangan pria itu.

"Tidak. Lepaskan aku. Ini hanya luka kecil aku sudah biasa. Makasih." Jawab Pria itu dengan ketus. Erlin menghampiri keduanya. Wajahnya gugup dan segera menarik tangan Amaira.

"Sweet Heart ayo kita pergi. Mommy sudah selesai praktek." Ujarnya. Pria itu memandang Erlin sesaat lalu, "Kau... kau adalah suster yang waktu itu menolong persalinan istri bajingan itu kan? Dimana anak bajingan itu sekarang. Katakan dimana?" Teriak pria itu. Iya pria itu adalah Kevin. Erlin menahan emosinya.

"Maaf anda salah orang. Saya dokter disini. Bukan suster." Sergah Erlin tegas.

"Tidak. Kau bohong. Kau adalah suster waktu itu yang menolongnya. Jawab aku dimana anak itu?" Teriak Kevin. Amaira sedikit takut namun memberanikan dirinya berkata. "Om kata Daddy, laki-laki tidak boleh kasar sama perempuan karena kita lahir dari seorang perempuan." Ujarnya dengan menatap Kevin.

Kevin tersentak. "Siapa gadis kecil ini? Bernainya dia menggurui aku. Heyy aku tidak peduli apa yang ayahmu katakan." Serunya.

Erlin segera menggandenga Amaira pergi. Dengan cepat Kevin menarik tangan Erlin. "Baiklah jika kau tak ingin mengatakannya padaku. Antar aku pada istri bajingan itu sekarang. Dia bekerja disini kan?"

Erlin diam tanpa menjawab apapun sambil mendekap Amaira di tangannya. "Jangan diam. JAWAB!!. Jika kau tak mau mengatakannya aku akan mengobrak-abrik rumah sakit ini." Ancamnya.

"Kenapa kau ingin bertemu dengannya? Bukankah kau sudah membunuh suami dan anaknya?" Ujar Erlin yang tidak tahu jika Kevin sudah mengetahui segalanya. "Aku memang membunuhnya, tapi mereka tidak mati. Mereka menipuku selama ini." Jawabnya kesal. "Kau jangan membuang waktuku katakan padaku dimana wanita itu?" Tanya Kevin dengan mencekeram bahu Erlin.

"Apa kau mencariku?" Amanda berdiri tepat di belakang Kevin sambil melipat kedua tangannya. Kevin berbalik ke arah suara. Lalu tersenyum.

"Amanda... akhirnya aku bisa bertemu denganmu." Ujar Kevin. Amanda memberikan isyarat agar Erlin membawa Amaira pergi menjauh.

"Kenapa kau mencariku? Apa kau ingin membunuhku setelah tahu jika suamiku masih hidup dan bersama denganku?" Tanya Amanda dengan tegas. Kevin terkejut dengan sikap wanita yang sekarang berdiri di depannya. Sangat berbeda dengan empat tahun yang lalu, yang lemah dan tak berdaya.

"Kau berubah. Apa kau tidak takut padaku?" Tanya Kevin.

Amanda tersenyum tipis. "Kau dan aku adalah manusia. Untuk apa aku takut padamu? Kau sudah mencoba membunuh suami dan anakku aku tak akan melewatkan kesempatan melihatmu hancur di hadapanku." Ujar Amanda.

Amanda mengingat pesan suaminya semalam dan laporan Ikbal juga Firly tadi pagi. Jika Kevin sudah mengetahui bahwa Arya dan putrinya masih hidup. Ikbal juga berkata jika Kevin sedang membuat rencana untuk membalaskan dendamnya yang gagal. "Dia pasti datang menemuimu sayang karena dia tahu kaulah kelemahanku. Kau tidak perlu takut hanya saja kau harus balas dia dengan menunjukkan reaksi berbeda seperti yang dia inginkan. Lakukan itu aku yakin dia akan bingung sendiri." Ucap Arya malam itu.

"Apa kau sudah siap melihat dengan mata kepalamu sendiri suami dan putrimu mati?" Tanya Kevin dengan menekan intonasi suaranya. Amanda tak goyah, pandangan matanya semakin menajam menatap Kevin.

"Ajukan pertanyaan itu untuk dirimu sendiri. Apakah kau sudah siap meninggalkan dunia ini?" Ujar Amanda membuat Kevin terkejut untuk beberapa detik. "Aku sedang banyak pasien, maaf jika sudah tidak ada yang dibicarakan aku pergi." Ucap Amanda menjauh. Kevin terdiam tak dapat membalas kata-kata Amanda. "Bajingan itu, dia telah merubah istrinya menjadi setengah dari dirinya. Aku harus segera menghubungi Sarah." Ujarnya.

******

Erlin khawatir dengan Amanda yang bersama Kevin di luar. Gadis itu mondar-mandir tak karuan, dirinya juga tak bisa meninggalkan Amaira begitu saja.

"Erlin, kamu kenapa?" Tanya Amanda yang masuk ke ruangannya lalu memeluk putrinya yang berlari menggelayut di pelukannya.

"Amanda... astaga jantungku mau lepas dari tempatnya. Kamu baik-baik saja kan?" Tanya Erlin. Amanda tersenyum. "Aku baik-baik saja ini berkat Arya yang sudah mengajariku semalam." Katanya. "Aku juga takut Lin, aku bisa melihat kemarahan dari wajah Kevin. Aku takut tapi aku harus melindungi putriku." Sambung Amanda lalu diikuti pelukan dari Erlin.

"Mommy... ayo kita ke kantor Daddy?" Pinta Amaira manja. Erlin dan Amanda tersenyum mendengar rengekan gadis kecil itu.

"Baiklah. Mommy ambil tas dulu ya.." amaira mengangguk. Keduanya lalu pergi ke kantor Arya.

*****

"Sarah, kau harus mulai melancarkan rencana kita." Ujar Kevin. "Kau culik keduanya dan bawa ke hadapanku. Aku akan mengirimmu beberapa anak buahku." Perintah Kevin.

"Baiklah. Tapi, tapi aku takut Vin." Kata Sarah kemudian.

"Apa? Kau sadar apa yang baru saja kau katakan hah???? Kau ingin Arya sementara aku ingin nyawa salah satu dari anak atau istrinya untuk membalaskan dendamku." Teriak Kevin. "Apa yang kau takutkan?"

"Sepertinya Pak Ikbal tahu aku akan melakukan hal yang buruk pada Pak Arya dan keluarganya Vin. Aku takut."

"Halaaah kau tidak usah takut. Itu hanya gertakan biasa. Tak akan berpengaruh apapun. Cepat kau laksanakan rencana kita." Perintah Kevin lalu sambungan telpon di tutup.

Sarah lalu memantapkan hati setelah mendengar jawaban Kevin. "Benar, Kevin sepertinya bukan orang sembarangan. Pak Ikbal pasti hanya menggertakku saja. Aku akan membereskan semuanya sekarang dan mendapatkan Pak Arya seutuhnya." Batinnya.



Bersambung....

INTERNAL LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang