Amanda membuka pintu ruangan dimana pasien atas nama Fatah Delano di rawat. Kedua anak buahnya itu masuk ke dalam. Fatah masih belum sadar.
"Dokter bagaimana keadaan Bos kami?" Tanya seorang dari mereka.
Amanda mengecek infus dan membenarkan selimut Fatah. "Dia baik-baik saja. Mungkin satu jam lagi pasien akan siuman. Kalian tunggu saja di luar. Di dalam hanya boleh satu orang." Ujar Amanda sambil tersenyum.
"Baiklah dokter terimakasih. Maafkan kami sudah membuat keributan di depan tadi." Ujar pria itu. "Tidak apa-apa. Tapi tolong lain kali lebih sopan ya.." ujar Amanda hendak pergi. Tiba-tiba Fatah memegang tangan Amanda. "Ja-jangan pergi lagi. Temani aku." Ujarnya dengan mata terpejam.
"Dokter... dokter apa yang terjadi pada Bos kami? Apa dia baik-baik saja?" Tanya kedua pria itu hampir bersamaan. Amanda memeriksa Fatah dan melepaskan pegangan tangan pria itu. Perlahan Fatah membuka matanya dan melihat Amanda juga kedua anak buahnya di hadapannya.
"Dimana aku?" Tanyanya dengan melihat perlahan ruangan di sekitarnya.
"Syukurlah anda sudah siuman. Anda sedang di rumah sakit pak. Jangan banyak bergerak dulu ya.." ucap Amanda dengan menjelaskan pada Fatah. Pria itu terus menatap Amanda. Kedua anak buah Fatah senang karena bosnya sudah siuman. "Bos, kami akan menjagamu lebih baik lagi. Kumohon maafkan kami." Ujarnya. Fatah mengangguk perlahan.
"Kalau begitu silahkan istirahat kembali. Saya permisi." Kata amanda lalu pergi. Fatah mengangguk dan tersenyum melihat kepergian Amanda.
*****
Willy mengintai Antony yang sedang berdiri di dermaga. Pria itu memakai kacamata dan melihat kesana kemari menunggu seseorang.
"Apa yang dia lakukan disini?" Tanyanya pada diri sendiri. "Dia pasti sedang menunggu seseorang Bos." Jawab anak buah yang berada disampingnya. "Aku tau itu bodoh." Balas Willy cepat.
Seorang wanita menghampiri Antony, lalu dia memberikan bungkusan pada wanita itu. Mereka berpelukan. "Kau ingat wajah wanita itu. Kau ikuti dia. Cari tahu siapa dia." Perintah Willy. Anak buahnya itu mengangguk dan segera bergegas. Tanpa membuang waktu anak buah Willy menyerang Antony dan memukulinya hingga babak belur.
"Bawa dia ke markas sekarang!" Perintah Willy pada anak buahnya.
"Baik Bos."
*****
Arya duduk di balkon kantornya dengan menghisap nikotinnya. Ikbal datang dengan membawakan sebuah amplop cokelat. "Bos, ini yang anda minta." Ujarnya sambil memberikan amplop ditangannya.
Arya melirik ke arah ikbal sebentar lalu membuka amplop cokelat itu. Sebuah biodata tentang Fatah Delano. Arya membacanya dengan seksama.
"Maaf Bos, kami belum mendapatkan foto tentang dirinya." Kata Ikbal menambahkan. "Its ok. Aku akan menunggu. Hmm ternyata dia masih baru bermain di black market. Tapi kenapa dia ingin menyerangku?" Tanya Arya pada diri sendiri. "Sedangkan aku sama sekali tidak mengenalnya."
"Apa mungkin dia ada masalah dengan Pak Willy Bos?" Tanya Ikbal kemudian. Arya menggeleng pelan. "Tidak. Aku sudah bertanya pada Willy. Tapi entahlah sepertinya ada yang tidak beres." Kata Arya lagi.
"Apa kita perlu menghubungi Doris Bos?"
"Untuk apa?"
"Oh iya maaf Bos, saya lupa memberitahukan pada Bos jika Doris saya suruh memantau bisnis hitam kita tanpa sepengetahuan Pak Willy Bos." Kata Ikbal. Arya menatap Ikbal tajam. "Kenapa kau melakukannya Bal?" Tanya Arya.
"Karena Doris pernah mengatakan jika dia mencurigai salah satu anak buah Pak Willy saat bertemu di markasnya Bos." Jawab ikbal. Arya mengangguk perlahan.
"Bagus. Kau hubungi dia dan suruh menemui aku." Perintah Arya. Ikbal mengangguk lalu permisi pergi.
*****
Amaira sedang menonton televisi di ruang tamu di temani oleh Amanda dan Arya. Gadis kecil itu tertawa sendiri melihat tingkah lucu kartun legendaris Tom and Jerry. Arya melihat keseriusan putrinya melihat tv lalu mencuri pandang ke arah Mommynya. Dan mulai meraba-raba pinggang istrinya dan berlanjut masuk ke dalam dadanya.
Amanda tersentak. "Sayaangg.." bisiknya pada Arya. "Ada Amaira disini." Lanjutnya. Arya hanya tersenyum dengan nakal. "Mommy lihat jerry lucuuu..." kata Amaira.
"Aahh iyaa sayang.. hahahaha lucu yaa.." kata Amanda pada putrinya. Wanita itu menahan geli karena tangan suaminya sudah meremas kecil dadanya. Entah bagaimana caranya masuk tangan itu memainkan dengan lihai disana. Amanda mengambil bantal di sebelah Amaira dan menutupi dadanya.
Amanda menahan desahannya. "Amairaaa cantiknya Omaaaaa.." teriak Olivia dari sudut ruangan.
Gadis kecil itu menoleh ke arah Omanya. "Iya Oma.." jawabnya.
"Come here sweet heart, yuk lihat tom and jerry di kamar Oma?" Ajak Olivia sambil melirik ke arah arya dan Amanda. Gadis kecil itu beranjak dari duduknya dan berlari ke arah Omanya. Arya melepaskan tangannya dari dada Amanda yang tengah ditutupi oleh Amanda dengan bantal.
Olivia mendekati keduanya. "Teruskan di kamar sana. Arya kamu jangan macam-macam ya kalo Amaira tahu bagaimana? Dasar anak nakal." Kata Olivia memarahi putranya. Arya tersenyum nakal, "Maafkan aku Bu. Hmm tapi terimakasih ya Bu." Katanya lagi. Olivia menggandeng cucunya lalu menjewer telinga Arya sebelum pergi.
"Aaww awww Ibuuu..." teriak Arya.
"Daddy kenapa Oma?" Tanya Amaira.
"Oma nggak tahu sayang Daddy kamu kenapa, iya udah yuk kita ke kamar Oma." Ajak Olivia pada Amaira.
Amanda sedari tadi menahan tawa lalu melepaskan tawanya saat Olivia menjauh. "Seneng kamu aku di jewer Ibu?" Tanya Arya kesal.
"Iya lagian kenapa kamu bersikap seperti itu di depan Amaira. Benar-benar memalukan tahu nggak. Ihh aku nggak mau bobok sama kamu." Celetuk Amanda lalu naik ke kamarnya.
"Eehh sayaang gak bisa gitu dong. Ayo kita lanjutin yang tadi.." teriak Arya sambil mengejar istrinya.
*****
Hari telah berganti. Fatah sedang berusaha bangun dari tidurnya dan berniat ke kamar mandi. Kedua anak buahnya masih tertidur di sofa. Tanpa sengaja dia membuat tiang infusnya terjatuh.
Fatah terhuyung dan akan jatuh. "Eehh eehh kamu mau kemana?" Tanya Amanda yang menolong Fatah. Pria itu terdiam menatap Amanda. Jantungnya berdegup kencang. Amanda mendudukkan pasiennya. Dan membenarkan infusnya.
"Jika kamu butuh sesuatu kamu bisa panggil suster dengan tekan tombol ini. Bagaimana keadaanmu hari ini?" Tanya Amanda pada Fatah. Pria itu tak mengatakan apapun dia hanya tersenyum. Amanda merasa canggung. "Okay sepertinya kamu baik-baik saja ya. Baiklah nanti sore aku akan memeriksa luka operasimu. Istirahatlah." Kata Amanda lalu pergi.
"Dokter.." panggil Fatah.
"Iya? Apa ada sesuatu yang lain?" Tanya Amanda.
"Terimakasih sudah merawatku. Aku akan memberikan hadiah untukmu." Katanya pada amanda. Wanita itu tersenyum lalu menggeleng pelan.
"Kamu tidak usah melakukan itu. Merawat pasien sudah kewajiban dan pekerjaanku." Jawab amanda.
"Tidak kau harus mendapatkan yang pantas untukmu." Ucap Fatah lagi. Amanda hanya mengernyitkan dahinya lalu pergi.
*****
"BUNUH AKU BOSSSS JIKA KAU PUAS. AKU TIDAK PERNAH MENGKHIANATIMU." Teriak Antony pada Willy.
"Jangan macam-macam padaku. Aku bisa menghabisimu sekarang juga." Ancam Willy.
"Aku tahu. Maka dari itu aku tidak pernah mengkhianatimu." Jawab antony lagi. Willy luluh dia melepaskan ikatan tangan Antony. Pria itu tersenyum penuh arti menatap Willy, matanya memancarkan rencana yang sangat licik dan tak bisa di tebak.
Bersambung....
KAMU SEDANG MEMBACA
INTERNAL LOVE
General FictionGabriella Amanda seorang gadis biasa yang bekerja di sebuah Restoran. Hari-harinya begitu berat karena selalu mendapat perlakuan yang buruk dari pacarnya , Gerry. Hidup Amanda berubah menjadi lebih buruk sejak tragedi di hotel itu , Amanda terbangun...