Arya menggandeng istrinya keluar markas dengan diikuti Elang di belakang mereka, wajah Amanda datar. Tak ada kata-kata apapun yang keluar dari bibir tipis istrinya itu. "Sayang udahlah jangan dipikirkan ya. Mereka bertiga sudah mendapatkan hukumanku." Ujar Arya sambil mengelus lengan istrinya. Amanda berhenti, memandang Arya dengan tatapannya yang tajam.
"Kamu membelanya? Aku bahkan masih ingin marah karena mereka sudah ingin mencelakaiku dan anakku." Balas Amanda kesal. "Bukan sayang bukan begitu maksudku. Gini kau kan baru saja sembuh, biarkan urusan ini menjadi urusan Elang dan Ikbal. Okay?" Kata Arya seakan serba salah.
Amanda menatap Elang yang berada di belakangnya. "Benar Nona, biarkan kami yang mengurusnya. Nona istirahat saja." Ujar Elang dengan sigap dan hati-hati menjawab tatapan mata amanda. Amanda mengangkat alisnya dan kembali berjalan sambil menggandeng suaminya.
*****
Cindy, Amel dan Bimo telah dilepaskan oleh Arya. Ketiganya telah membuat perjanjian tertulis dan dilegalkan oleh pengacara Arya. "Kau tak akan bisa macam-macam lagi. Jika kau lakukan sekali lagi aku benar-benar tak akan menahan diriku untuk membunuhmu dan putrimu." Ujar Arya berbisik di telinga Cindy. Wanita itu terdiam dan menangis tanpa mengeluarkan suara.
Amel sudah seperti orang setengah gila setelah kejadian itu. Dia sangat takut bertemu orang lain kecuali Mamanya dan Arya. Iya, dia masih menganggap semua ini adalah salah Amanda. Gadis itu masih meyakini penuh jika Arya berpaling darinya karena Amanda. "Arya kapan kita akan bertemu lagi?" Ucapnya dengan air mata terjatuh membasahi pipinya. Arya hanya melirik sekilas ke arah Amel. "Kita tidak akan bertemu lagi." Jawabnya seraya berjalan menjauh.
"Sudahlah Mel, lupakan dia. Sekarang kita pulang ya.." ujar cindy sembari mendorong kursi roda yang diduduki oleh Amel. Sopir pribadi mereka menjemput dan membukakan pintu mobil untuk keduanya. Amel menatap dari jauh Arya memasuki mobilnya dan melaju meninggalkan pelataran kantor pengacara tersebut.
*****
Kandungan Amanda sudah sembilan bulan. Tinggal menghitung hari saja dia akan melahirkan. Sudah sebulan ini Arya sering tak tepat waktu jika pulang.
Pria itu selalu kembali pada malam hari, entah apa yang dilakukannya di kantor. "Sayang.. kok belum tidur? Ini udah hampir tengah malam loh.." ujar Arya yang baru saja datang. "Kamu darimana?" Tanya Amanda dengan nada khawatir.
"Aku dari kantor dong.." ujar arya gugup. "Jangan bohongi aku sayang, aku tahu kamu keluar kantor dari jam lima. Kamu kemana?" Tanya Amanda lagi. Arya menghela nafas panjangnya. "Aku.. aku dari tempat Willy." Jawabnya kemudian. "Ngapain?"
"Iyaa membahas kerjaan sayang.." jawab Arya cepat sambil mengambil handuk dalam lemari. "Sayang, kamu bisnis hitam lagi?" Tanya Amanda lagi. Arya menoleh perlahan, "Kau tau darimana?"
"Jadi bener kamu kembali lagi ke bisnis itu? Kenapa?"
"Ada hal yang harus aku cari tau. Aku harus membereskannya sendiri." Jawab Arya. "Iya hal itu apa?" Tanya Amanda penuh silidik. Arya terdiam, menatap wajah istrinya yang penasaran. Pria itu mulai bercerita.
Flashback Arya.
"Bos, beberapa anak buah kita di serang!" Lapor Ikbal saat Arya tengah membaca berkas kerjanya. "Apa? Dimana?" Tanya Arya terkejut.
"Awalnya saya pikir ini adalah hal biasa. Tetapi mereka di serang di tempat yang berbeda. Begitu juga dengan anak buah Pak Willy. Saya dan Elang sedang mencari tau." Ujar Ikbal. "Tunggu maksud kamu kita di serang secara acak"
"Benar Bos. Setiap hari anak buah kita tumbang tiga sampai empat orang. Jika ini pelaku kejahatan, kenapa dia hanya menyerang anak buah kita dan Pak Willy saja. Maaf Bos tapi saya rasa ini ada hubungannya dengan bisnis lama kita Bos." Arya mendengarkan dengan sungguh-sungguh. "Ok.. apa mungkin ini salah satu rencana pelaku agar aku atau Willy terpancing?" Ikbal mengangguk, "Bisa jadi Bos, mungkin targetnya adalah anda."
"Aku akan menemui Willy. Bal, kita harus terjun sekali lagi ke bisnis lama kita. Aku ingin tau siapa pelaku yang sudah berani mengusik anak buahku dan yang lain." Ujar Arya, Ikbal mengangguk tanda mengerti.
Flashback Off.
Amanda mendengarkan sembari meminum susu yang berada ditangannya. "Sayang, apa tidak sebaiknya kita melapor polisi?" Tanya Amanda. Arya tersenyum, "Aku sudah melaporkannya. Tapi kita minim bukti. Hal yang paling gampang menangkap pelaku adalah menjadi umpan. Aku ingin tau siapa dia." Jawab Arya dengan mantap. Amanda menelan ludah.
"Jangan macam-macam. Aku akan melahirkan ini. Aku tidak mau ya melahirkan dengan berbagai kejadian seperti Amaira dulu." Gerutu Amanda kesal. Arya tertawa, "Tidak sayang, aku akan menemanimu. Sekarang istirahatlah, aku mau mandi." Lalu masuk ke kamar mandi. Setelah berapa menit di dalam kamar mandi, pria itu keluar dengan hanya menggunakan handuk menutupi bagian tubuh bawahnya.
Dilihatnya istrinya tidur memiringkan badan kekanan membelakanginya. "Hmm baby, sebentar lagi kau akan lahir. Biarkan Daddy melihatmu sekali lagi." Gumam Arya yang langsung mendekap Amanda dari belakang. "Sayaang.. iihhh basah nih. Udah sana pake baju deh.." perintah Amanda. Seakan tak mendengar ucapan istrinya, Arya menciumi bagian belakang tubuh istri mungilnya itu. Dengan sesekali mengecup dan menghisap punggung istrinya.
"Aahhh.." leguh Amanda dengan manja. Seakan mendapatkan signal dari istrinya, pria itu meneruskan apa yang sudah dimulainya. Dengan cepat menyikap gaun tidur Amanda, "syaaang aku sudah tidak tahan dengan tubuhmu yang seksi ini.." ujar Arya merayu rancu. Pikirannya sudah dipenuhi nafsu. Harap dimaklumi yaa pembaca. Hahahha
"Ahhhh.. pelaaann kamu mau aku melahirkan sekarang.." ujar Amanda yang merasakan kepunyaan suaminya sudah masuk ke dalamnya. "Kau merindukan goyangan ini kaaann.." goda Arya. "Hmmmh.." Amanda memejamkan matanya merasakan kenikmatan yang diberikan suaminya itu. Perlahan Arya menggoyangkan pinggulnya dan harmoni penyatuan itupun menggema di setiap sudut ruangan minim cahaya itu. "Sshh aahh.. mmmpph.." suara desahan amanda yang membuat suaminya semakin semangat melakukan penyatuan mereka berdua.
*****
Willy dan Friska sedang menikmati sarapan paginya. Tiba-tiba salah seorang anak buahnya berlari dan terlihat begitu panik.
"BOSS.... BOSSSS.." Teriaknya. "Heeyy kau bisa pelankan suaramu tidak? Ada apa?" Tany Willy bingung dan penuh emosi. Friska mengelus lengan kekasihnya itu mencoba menenangkan. "Kak Elang.. kak Elang Boss..." ucapnya panik.
"HEEYY BICARA YANG JELASS BANGSAAAT. KENAPA ELANG?" kali ini Willy benar-benar panik, pria itu mencoba menepis kejadian yang akhir-akhir ini menimpa anak buahnya. "Kak Elang di serang Bos.." ujar anak buahnya.
"APAAAAA??? LALU DIMANA DIA? APA YANG TERJADI PADANYA BODOHH CEPAAT KATAKAAAANN!!!" ujar pria itu sembari berdiri. "Kakak di rumah sakit sekarang sedang ditangani oleh Dokter Erlin, adik Kak Ikbal." Willy mengangguk mengerti. "Ayo pergi sekarang." Ajak Willy.
Friska menarik lengan Willy, "Babe, kamu hati-hati yaa.." pesannya. "Iyaa Babe. Kamu di rumah aja ya. Jangan kemana-mana." Perintah Willy, gadis itu mengangguk perlahan.
Arya dan Willy berada di rumah sakit. Mereka berdua mondar-mandir di depan kamar operasi. Ikbal dan anak buah Arya yang lain pun sama. Mereka panik dan khawatir. "Ini gak bisa didiemin Bro. Kita harus bergerak. Aku sudah muak dengan sikap orang gila itu." Ujar Willy. Arya mengangguk dan menepuk pelan pundak Willy. Pria itu tau betul bagaimana sayangnya Willy pada Elang, sama seperti dirinya pada Ikbal.
"Bal..."
"Iya Bos.."
"Apa kau sudah mendapatkan info tentang pelaku ini." Ikbal mengangguk dan berbisik. Arya mengangguk mengerti.
"Baiklah.. besok malam aku akan menemukannya." Ujar arya. "Gimana caranya? Kita sudah mencobanya dan berakhir Elang yang terluka seperti ini." Sergah Willy.
"Kau tak perlu khawatir. Aku punya rencana." Ucap Arya mantap.
Bersambung...
Sorry baru up yaa. Selamat membaca guys 💜💚
Thanks sudah menunggu dan kasih support yaa. Hehehe...
Yang udah ngebom by dm hahaha maaf aku gak balesin yaa. Udah aku baca kok. Iloveyou guys 😘😘
Jangan overthingking yes 🤭 see you tommorow 😘 have a nice dream setelah membaca 😂😂
KAMU SEDANG MEMBACA
INTERNAL LOVE
General FictionGabriella Amanda seorang gadis biasa yang bekerja di sebuah Restoran. Hari-harinya begitu berat karena selalu mendapat perlakuan yang buruk dari pacarnya , Gerry. Hidup Amanda berubah menjadi lebih buruk sejak tragedi di hotel itu , Amanda terbangun...