BAGIAN 96

4.3K 211 40
                                    

Sebulan telah berlalu. Erlin mengemas barangnya ke dalam koper. Wanita itu akan kembali ke luar negeri karena Marshel suaminya sudah menyuruhnya kembali. Lagipula urusan di rumah Arya dan Amanda telah selesai dilakukannya. Hubungan kakaknya dengan adik Bosnya juga berjalan baik. Erlin sudah beberapa kali menghabiskan waktu bersama Naya. Gadis itu sangat baik dan juga mencintai kakaknya, "Aku rasa Nona Naya adalah orang yang tepat untuk kakak." Pikirnya kala itu.

"Lin kamu udah siapin semuanya?" Tanya Amanda yang membawa bingkisan kecil untuk sahabatnya itu. "Udah Man, tinggal nunggu kakak aja aku akan berangkat diantar dia di bandara." Jawab erlin lalu memeluk Amanda. "Aku bakalan kangen banget nih sama kamu dan anak-anak." Kata Erlin. Amanda membalas pelukan hangat bodyguard sekaligus sahabatnya itu.

"Tentu saja kamu akan terus merindukanku. Apalagi sama masakanku kan.." kata Amanda sembari menyeka air matanya yang hampir menetes.

"Hmm... jika diizinkan aku ingin sekali membawa Garsa dan Amaira pergi. Huhuhu anak-anak itu membuatku ingin tetap tinggal." Kata Erlin lagi. Amanda tersenyum, "Kamu akan segera mempunyai anak dengan Marshel.l, tunggu aja Lin." Goda Amanda membuat sahabatnya itu tertawa cikikikan. "Aku gak bisa membayangkan kalo bener sih. Pasti anakku dan anakmu bakalan bestian kayak kita Man." Ujarnya lagi. "Hahahaha iyaa.. emm Lin ini ada bingkisan dari aku, Arya dan anak-anak ya. Kamu simpan ya, kalo kamu punya anak kamu bisa ceritain bagaimana kita sama anak kamu. Hahaha" keduanya tertawa. "Kamu dan Bos sudah banyak membayarku Man." Jawabnya.

"Lin boleh gak sih aku gebug punggung kamu sampek bunyi bug itu terdengar di seisi rumah?" Kata Amanda serius. "Ups ampun Bu Bos." Jawab Erlin sambil menahan tawa. "Sini peluk." Kata Amanda. Keduanya melepas salam perpisahan begitu hangat.

*****

Firly memasuki ruangannya, terkejut saat Naya dan Ikbal sudah berdiri menunggu kedatangannya.

"Kalian berdua membuat ayah kaget." Ujarnya lalu duduk di kursi kerjanya. "Ayah, maafkan aku. Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan dengan ayah." Kata Naya sedikit gugup. Firly memandang keduanya dengan tenang. "Ada apa? Apa kalian melakukan sesuatu yang tidak-tidak?" Tanya Firly. Ikbal yang sedari tadi diam terlihat panik. "Tidak Bos, kami tidak melakukan seperti yang Bos pikirkan." Ujar Ikbal menyangkal.

"Ayaaahhh mana berani Ikbal begitu. Tanpa ayah turun tangan kakak sudah pasti akan membunuhnya." Kata Naya menenangkan ayahnya.

"Baiklah. Katakan ada apa sebenarnya?"

"Ayah.." Perkataan Naya terhenti. Gadis itu menatap Ikbal sesaat. Firly menunggu dengan cemas. Menghembuskan nafas panjang lalu bersandar di kursi kerjanya. "Aku ingin menikah dengan Ikbal, Yah.." kata Naya sambil memejamkan matanya.

Firly membulatkan matanya lalu tersenyum. Lalu menatap Ikbal. "Benar Bos. Saya ingin menikahi Nona Naya." Kata Ikbal pada Firly.

"Benarkah? Putriku... ayah senang mendengar ini. Ayah akan menyiapkan semuanya. Apa kakakmu sudah tahu?" Tanya Firly antusias. "Kakak belum tahu Yah. Kami akan memberitahunya setelah memberitahu Ayah." Jawab Naya.

"Cepat kasih tahu dia. Ayah akan menyiapkan pesta yang meriah untukmu." Kata Firly sembari memeluk putrinya itu.

******

"APAAAA..." teriak Arya di telepon.

"KENAPA ITU BISA TERJADI??" tanya Arya lagi. "Itu adalah kecelakaan Bos. Wanita itu tertimpa benda tumpul di dermaga." Jawab Elang cepat.

"Putrinya apa yang terjadi pada putrinya?" Tanya Arya lagi. "Putrinya berada di panti asuhan Bos. Saya sedang mencari di panti asuhan mana dia berada." Jawab elang lagi. "Damn. Cari sampai dapat. Kita harus menemukannya." Perintah Arya. "Baik Bos." Sambungan telepon ditutup.

INTERNAL LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang