Naya menghela nafas panjang. Gadis itu merapikan meja kerjanya dan bersiap untuk pulang. "Hmm sudah pukul tujuh. Aku harus menelpon Ibra." Ujar Naya sembari mengeluarkan ponsel dari tasnya.
"Haloo Ibra?.."
"Iya Nona.."
"Aku sudah selesai. Kau ke lobby yaa.." ujar Naya sembari membuka pintu keluar dari ruangannya. "Loh kok gak bisa.." ujar Naya panik. Gadis itu membuka paksa pintunya namun tidak terbuka. "Toloong.. halooo ada orang di luar.." teriak Naya. Tak ada siapapun. Beberapa lampu di ruangan sudah mati. Naya menelpon Ibra kembali. Namun sepertinya Ibra sedang menelpon orang lain karena tidak tersambung.
"Kenapa bisa kekunci gini sih.. gak lucu ah.." gerutunya. Naya kembali berteriak. "Ikbal, aku harus minta tolong Ikbal." Ujarnya lalu menelpon Ikbal.
"Bal.."
"Haloo iyaa Nona." Jawab Ikbal.
"Tolong aku.. aku di kantor. Kayaknya aku kekunci deh." Ujar Naya panik sambil melihat suasana sekitar. "Ok Nona, tenang dulu ya. Saya kesana sekarang." Ujar Ikbal yang ikut panik dan terburu-buru. Naya mengangguk dan menunggu kedatangan Ikbal. Setelah beberapa saat kemudian..
Braakk..braakk..brakkk.. "Nonaa..." teriak Ikbal. Naya tersentak dan tersenyum melihat Ikbal membuka pintu dan mengeluarkan dirinya. "Huuufthh makasih ya Bal..." ujar Naya refleks memeluk pria dihadapannya itu. Ikbal mematung, dia merasakan darahnya mengalir lebih cepat dari ujung kaki ke ujung kepalanya. Naya tercengang, "Eehh maaf yaa Bal. Aku seneng banget kamu sudah nolongin aku. Besok aku traktir kamu deh.." ujarnya. Naya melangkah berjalan pergi, sementara Ikbal diam mematung di tempatnya.
"Ball... ayoo kamu mau tidur di kantor?" Tanya Naya membuyarkan lamunan Ikbal. "Eeh iyaa Nona.." ujarnya lalu mengikuti langkah Naya. Pria itu meraba dadanya, "Siaall kenapa selalu begini saat bersama Nona Naya?" Tanyanya pada diri sendiri. "Maaf Nona, tapi Anda memang cantik." Batin Ikbal saat melihat Naya di hadapannya yang berjalan sesekali bercerita sambil tersenyum.
"Oh iya Ibra mana?" Tanya Naya saat sudah berada di luar kantor.
"Ibra ada tugas dari Bos, jadi sebenarnya yang jemput saya adalah Nona. Tadi Ibra mengabari saya." Jawab Ikbal datar. "Oh gitu.." sahut Naya sambil mengangguk, "Kenapa nih cowok keknyaa lempeng aja sih. Heran deh.. dingin banget." Batin Naya sambil berjalan dan masuk ke dalam mobil. Ikbal menoleh sekilas ke arah pos satpam, ada sebuah mobil terpakir disana. "Mobil siapa malam-malam begini disini. Bukannya para karyawan sudah pulang?" Gumamnya lalu masuk ke dalam mobil dan melajukannya.
*****
"Kamu mau ajak aku kemana sih?" Tanya Amanda tanpa menoleh ke arah suaminya yang sedang sibuk mengemudi.
"Nanti kau akan tahu sayang, ini sebagai permintaan maafku padamu kemarin." Jawab Arya.
"Sayang, aku besok boleh dinas gak? Aku mau kerja lagi di rumah sakit."
"Em.. lalu Garsa bagaimana?" Tanya Arya, seakan tak mengijinkan istrinya bekerja. "Garsa..." Amanda berhenti tak meneruskan kata-katanya. "Garsa masih terlalu kecil untuk ditinggal yaa kan?" Ujar Arya lagi. Amanda mengangguk. "Tidak usah bekerja ya.. di rumah aja jaga anak-anak." Tegas Arya, Amanda tak membantah sepatah kata pun dan mengangguk setuju.
Mobil melaju dengan kecepatan sedang dan berhenti di pelataran restoran. Amanda tersenyum saat turun dari mobil, sudah lama Arya tak mengajaknya dinner berdua seperti ini. Kami sibuk dengan masalah-masalah yang belakangan ini terjadi. Benar tidak pembaca? Hahaha.
"Kamu ajak aku dinner?" Tanya Amanda dengan wajah yang berseri-seri. Arya tersenyum lalu menggenggam tangan istrinya. Keduanya berjalan masuk, sesekali Arya menyelipkan anak rambut amanda yang keluar sambil mengelus kepala istrinya dengan lembut. "Maaf yaa sayang, aku jarang sekali mengajakmu dinner. Kau tahu kita sibuk dengan masalah kantor ataupun yang lain." Ucap Arya membuat Amanda tersenyum.
Arya menggandeng tangan Amanda dan pelayan mengantar mereka ke tempat duduk yang sudah dipesan oleh Arya sebelumnya. "Waahh mereka semua berpasangan yaa. Sepertinya ini memang hari yang pas untuk dinner romantis." Bisik Amanda pada suaminya. "Hm semua orang tampak bahagia termasuk kita berdua." Kata Arya.
Makan malam sederhana ini sangat romantis bagi Amanda, membuat wanita itu bahagia. Sesekali Arya menyuapi istrinya makan. Pria itu menatap mesra istrinya dan tersenyum. "Sial kenapa junior selalu bangun saat seperti ini sih.." batinnya. Amanda menatap perubahan ekspresi suaminya. "Kenapa sayang?" Tanya Amanda. "Tidak." Pria itu mengalihkan pandangannya. Lalu mengerutkan keningnya. "Naya.." gumamnya.
"Apa? Naya?" Tanya Amanda mengikuti pandangan mata suaminya.
"Bukankah itu Ikbal sayang?" Seru Amanda sembari menutup bibirnya karena terkejut. "Waahh gak disangka ya Ikbal gerak cepat juga deketin Naya." Ujar Amanda tersenyum. Pandangan Arya dan Ikbal bertemu.
"Ouuhh astaga kenapa begini." Bisik Ikbal.
"Kenapa Bal?" Tanya Naya sedikit waspada jika ada musuh. Naya menatap Ikbal dengan serius lalu mengikuti arah mata yang ditunjukkan oleh Ikbal. Naya lalu menelan ludahnya. Mau tidak mau keduanya menghampiri meja Arya.
"Kakak disini juga..." sapanya gugup. Arya menatap keduanya dengan tajam. Amanda menggoda Naya. "Ciyeee..." ujarnya. Membuat Naya tersipu malu. "Se..selamat malam Bos, Nona.." sapa Ikbal. Pria itu sedikit malu dan takut menatap Arya.
"Kalian ngapain disini?" Tanya Arya.
"Iih kakak, iya jelas kita makanlah. Emangnya mau ngapain lagi di restoran. Ada ada aja deh.." gerutu Naya menutupi kegugupannya.
"Kalian udah sampai mana nih?" Tanya Amanda ingin tahu. "Iyaa masih sampai pesen makanan lah kak. Belum makan nih.. lapeerr.. iya kan Bal?" Ujar Naya yang lalu duduk di kursi sebelah Amanda. Naya menarik tangan Ikbal menyuruhnya duduk. "Bukan itu maksud kakakmu. Hubungan kalian udah sampai mana?" Ujar Arya memeperjelas. Pria itu menatap adiknya sesaat lalu ke arah Ikbal.
"Hubungan apasih kakak ih kepoo deh.." ujar Naya sembari meminum wine kakaknya. "Hmm enak juga ini.." pujinya. "Aku tidak bertanya padamu, aku bertanya pada Ikbal." Sahut Arya.
"Sa..saya Bos? Saya tidak ada hubungan apa-apa dengan Nona Naya Bos.. sumpah.." jawab Ikbal sambil memberikan gaya dua jarinya pada Arya. Naya melihat itu sedikit kesal. "Apa dia benar-benar tidak ada perasaan apapun padaku?" Batinnya.
"Bagaimana jika adikku yang mempunyai perasaan padamu?" Tanya Arya membuat Naya terbatuk saat menikmati kentang goreng kakaknya. "Kakaakkk apaan sih. Bikin aku malu aja dehhh.." serunya lalu meminum habis wine yang ada di hadapannya.
"Gimana Bal?" Lanjut arya tanpa mempedulikan ocehan adiknya.
Ikbal menghela nafas panjang, pandangannya menatap ke arah Naya yang sedang menunggu jawabannya. "Saya tidak sepadan dengan Nona Naya, Bos. Jika Nona Naya mempunyai perasaan pada saya apa Nona mau mempunyai pendamping hidup seperti saya?" Jawab Ikbal sambil menatap Naya dan Bosnya.
"Nay, emang kamu kalo menikah nanti tipe laki-laki seperti apa yang akan kamu jadikan suami?" Tanya amanda pada adiknya. Ikbal melirik Naya, pria itu juga ingin tahu apa jawaban dari gadis yang disukainya itu sejak pertama bertemu. "Sudah pasti aku akan mencari laki-laki yang mau menerima aku apa adanya, bertanggung jawab sayang sama aku dan keluargaku." Jawabnya. "Oh iyaa satu lagi kak aku juga akan mencari suami yang bisa memasak, karena bila nanti aku mempunyai anak dia bisa diandalkan." Sambungnya.
"Sepertinya yang kedua bukan tipe Ikbal." Ujar Arya sembari menyenggol lengan asistennya itu. "Saya bisa belajar Bos." Jawabnya cepat. Membuat Amanda, Arya dan Naya saling memandang.
"Apa kau menyukai adikku juga?" Tanya Arya memecah keheningan. Ikbal gugup dan tersenyum kecil. "Kau tak perlu menjawab pertanyaan kakakku. Aku yang akan mengatakannya padamu Bal." Ujar Naya sembari berdiri dari tempat duduknya.
"Aku mencintaimu. Aku tidak tau kapan perasaan ini ada. Tapi aku sungguh-sungguu menyukaimu. Apa kau bersedia menjadi pasanganku?" Tanya Naya pada ikbal. Mata Ikbal membulat. Tenggorokannya tercekat seakan tak bisa mengeluarkan suara. Sekali lagi Ikbal memastikan jika ini tidak mimpi. Di cernanya sekali lagi kata-kata yang Naya ucapkan padanya. Arya bersandar di tempat duduknya sembari memainkan mata pada istrinya.
"Jawab Bal.." ujar amanda.
"Sayaa...."
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
INTERNAL LOVE
General FictionGabriella Amanda seorang gadis biasa yang bekerja di sebuah Restoran. Hari-harinya begitu berat karena selalu mendapat perlakuan yang buruk dari pacarnya , Gerry. Hidup Amanda berubah menjadi lebih buruk sejak tragedi di hotel itu , Amanda terbangun...