Amanda dan Arya menuju kantor setelah mengantarkan Amaira ke rumah Olivia. Di jalan Amanda sangat senang, suasana hatinya sedang senang karena ngidamnya akan dikabulkan oleh suaminya.
"Kamu sudah kasih tahu Willy kan sayang?" Tanya Amanda tiba-tiba.
"U-udah kok." Jawabnya gugup.
"Sekarang kamu telpon lagi dia. Biar kita barengan nyampeknya." Ujar Amanda lagi. Arya terdiam. "Sayaaaangg... heyyy ayo telpon Willy lagi sekarang." Pinta Amanda. Mau tidak mau Arya mengangguk. "Sial aku harus bilang apa pada bajingan tengik itu. Astaga..." batinnya.
"Haloo bro.. kangen lu pagi-pagi udah ngerecokin gue?" Tanya Willy saat Arya menelponnya.
"Ke kantor gue sekarang udah. Gak usah banyak omong. Gue tunggu!" Telpon ditutup.
"Hah? Ngapain? Heeyy.. Arya.. dimatiin lagi. Waah bener-bener nih bapak bapak bikin tensi naik." Gerutu Willy lalu bergegas pergi ke kantor Arya.
*****
Erlin sedang berjalan memasuki Rumah Sakit. Gadis itu melihat beberapa orang membawa kertas seperti sedang demo.
"Hmm ada apa ini?" Bisiknya. Langkahnya terhenti saat orang-orang itu berbalik menghadap padanya. Erlin terkejut saat membaca tulisan di kertas karton besar itu.
WILL, YOU MARRY ME ERLIN?
Belum sempat mencerna kata-kata dalam kertas itu, Marsel datang dari belakangnya dan berlutut sambil membuka kotak cincin dan memegang tangan Erlin.
"Hahaha kenapa kaget ya? Maaf ya aku sebenernya sudah lama ingin mengatakan ini tapi aku bingung mulainya dari mana. Aku tahu mungkin kita terlalu cepat, tapi aku sudah yakin denganmu. Mau kah kau menikah denganku?" Ucap Marsel sambil tersenyum.
Tak bisa berkata apa-apa Erlin mengangguk tanda setuju. Namun saat Marsel akan menyematkan cincin di jari manis Erlin tiba-tiba..
"Tidak secepat itu."
Mata Marsel menegang. "Kakak.." seru Erlin. "Kau boleh menikahi adikku jika kau sudah membuktikan padaku keseriusanmu. Aku bahkan belum mengenalmu, aku hanya mendengarmu dari cerita adikku dan Nona Amanda." Ujar Ikbal kemudian. Marsel berdiri dan tersenyum. "Aku serius dengan Erlin, Kak."
"Iya aku tahu. Tapi aku belum yakin. Yakinkan aku jika kau bisa menjaga adikku lebih baik dari aku. Apa kau bisa?" Tanya Ikbal. Marsel mengangguk mantap. "Aku akan buktikan padamu kak."
"Erlin, dengar kakak. Masuklah ke dalam dan mulai bekerja. Dan kau, aku ingin bicara padamu." Perintah Ikbal. "Tapi kak...."
"Udah, gak apa-apa. Kamu masuklah ke dalam. Aku akan mengabarimu nanti. Oh iya aku sudah menitipkan makan siangmu di suster Ema. Makanlah. Selamat bekerja sayang." Ujar Marsel. Ikbal menatap keromantisan ini. "Astaga... apalagi ini? Sudah cukup melihat Bos dan nona setiap hari seperti ini. Kenapa adikku juga." Batinnya sambil mengehela nafas panjang.
"Makasih sayang. Aku masuk dulu ya. Kak jangan terlalu kasar ok?" Pinta Erlin. Ikbal hanya melirik tajam Erlin dan pergi diikuti Marsel di belakangnya.
*****
Arya dan Amanda tiba di kantor. Bersamaan dengan Willy yang tengah berjalan di belakang pasangan itu. Mereka memasuki ruangan Arya.
"Hai Amanda, bagaimana kabarmu?" Sapa Willy sembari duduk di sofa. Amanda tersenyum, "Baik Will. Ehmm makasih ya kamu udah mau repot-repot datang kemari demi dedek." Ujar amanda sambil mengelus perutnya yang membuncit. Pria itu mengerutkan keningnya. "Maksudnya?" Tanya Willy.
"Eehhh sayang-sayang ini Amaira menelpon. Dia ingin bicara padamu. Terimalah dulu. Aku akan mengobrol dengan Willy." Ujar Arya sedikit panik lalu memberikan ponselnya pada Amanda. Arya menghela nafas lega saat istrinya memasuki kamar pribadinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
INTERNAL LOVE
General FictionGabriella Amanda seorang gadis biasa yang bekerja di sebuah Restoran. Hari-harinya begitu berat karena selalu mendapat perlakuan yang buruk dari pacarnya , Gerry. Hidup Amanda berubah menjadi lebih buruk sejak tragedi di hotel itu , Amanda terbangun...