BAGIAN 69

2.1K 282 27
                                    

Amanda dan Olivia menemani Amaira yang sedang lomba melukis. Gadis kecil itu tengah sibuk menggoreskan warna pada kanvas yang berada di hadapannya. Sesekali tersenyum melihat goresan-goresan kuasnya yang membentuk sebuah karya.

"Cucu Ibu excited sekali yaa sayang. Dari kemarin dia berlatih keras denganmu." Ujar Olivia pada putrinya.

"Hm iya Bu. Manda bangga sekali sama Amaira. Dia tumbuh dengan cepat dan menjadi gadis kecil yang cerdas." Jawab Amanda. "Kalo cucu Oma yang ini pintar juga nggak? Hmm.. darling cepat keluar ya. Oma sangat ingin sekali menggendongmu." Ujar Olivia sembari mengelus perut putrinya dengan sayang.

"Kalo aku juga pinter kok Oma.. iya Oma" jawab Manda sambil mengelus perutnya juga.

"Oh iyaa sayang, nanti Arya datang jemput nggak ya?" Tanya Olivia. "Manda nggak tahu Bu, tadi pagi dia bilang kalo mau ada rapat direksi. Hari ini kita sama Doris kayak biasa."

"Oh gitu.. ok sayang. Firly juga baru bisa balik dari Jerman minggu depan." Manda hanya mengangguk. Entahlah dirinya akhir-akhir ini sering mengantuk. "Bu, aku ngantuk." Ujar amanda. "Hah ngantuk? Bentar-bentar Ibu telpon Doris untuk jemput kamu bawa ke mobil." Ujar Olivia sambil mengeluarkan ponselnya.

"Bu jangan. Aku disini aja. Kasihan nanti Amaira nyariin aku." Jawab Amanda. Olivia tersenyum. Lalu mendekatkan kursi yang didudukinya pada Amanda. "Sayang sini.." ujarnya lalu menarik perlahan kepala Amanda untuk tidur di bahunya. Amanda tersenyum dan menurut. Dalam hitungan menit wanita itu tertidur pulas dibahu Olivia. "Ooh sudah tidur putriku. Aku akan menelpon Doris untuk bawakan minum kemari." Ujar Olivia sambil sibuk mengutak-atik ponselnya.

*****

"Ikbal berkasnya sudah kamu siapkan?" Tanya Arya sambil berjalan cepat keluar dari gedung perkantorannya.

"Sudah Bos. Silahkan Bos." Jawab Ikbal. Dan tiba-tiba sebuah anak panah melesat cepat dan mengenai lengan kiri Arya. "Aarrggh.." jeritnya.

"Bos..Bos.. tolonggg..." teriak Ikbal panik sambil melihat siapa yang sudah melakukan hal ini pada bosnya.

"Aarrgghh tidaak tidaaaakkkkkk..." teriak Amanda kemudian. "Sayaang.. sayaang kenapa Manda? Hah?" Wanita itu terkejut karena banyak mata yang melihatnya sekarang. Doris yang sedari tadi standby di bekalangnya lalu membukakan minum untuk istri Bosnya itu.

"Nona, silahkan minum dulu." Ujarnya. Amanda menerima dan lalu meneguk air dalam botol itu. Olivia panik sambil menyeka keringat di dahi menantunya itu. "Kamu mimpi?" Tanya Olivia saat Amanda selesai minum. "Iyaa Bu.. aku mimpi Arya di bidik anak panah lengannya oleh seseorang." Ujar Amanda. "Yaa Ampun.. sayang sayang dengerin Ibu. Itu hanya mimpi okay. Itu bunga tidur." Ucap Olivia menenangkan putrinya.

"Iya Buu. Tapi.."

"Ssttt udah udah.. tenang ya kamu ya.." lanjut Olivia menenangkan Amanda. Wanita itu mengangguk.

*****

Amanda telah selesai menidurkan Amaira. Dengan perut buncitnya, wanita itu berada di teras dan terus mondar-mandir di teras rumah. "Doris, kamu udah berhasil hubungin Ikbal belum?" Tanya Amanda pada pria yang berdiri di belakangnya.

"Kak Ikbal bilang di jalan Nona.." jawabnya perlahan.

"Masak di jalan gak sampai-sampai sih daritadi. Hatiku gelisah karena mimpi tadi siang." Lanjut Amanda.

"Nona, maaf saya lancang. Nona tak perlu khawatir. Bos sedang sibuk hari ini dan akan segera datang sebentar lagi." Jawab anak buahnya menenangkan. "Hm semoga yang kamu katakan itu benar." Kata Amanda dengan terus melihat ke arah gerbang rumahnya. Tak lama setelah itu terlihat mobil yang tak asing bagi Amanda masuk ke pelataran rumah mereka. Amanda sedikit berlari menuruni beberapa tangga untuk menyambut pria yang sudah ditunggunya itu. Doris yang khawatir saat Amanda berlari pun mengejar wanita itu di belakangnya.

Ketika Arya baru saja keluar dari mobil, Amanda menghambur ke pelukan suaminya itu. Rasa senang menyelimuti hatinya melihat orang yang dicintainya itu baik-baik saja. "Kenapa ponsel kamu tidak aktif sih yaang? Aku mengkhawatirkanmu." Ujarnya manja.

"Oh iyaa lupa sayang, ponselku tadi habis baterai saat mau pulang. Sibuk sekali tadi di kantor." Jawab Arya sambil mencium puncak kepala istrinya.

Arya tampak lelah, pria itu bergegas masuk ke dalam kamarnya lalu mandi. Amanda menyiapkan pakaiannya lalu pergi ke dapur. "Sayang, temenin aku makan ya?" Pinta Arya. Amanda mengangguk sambil duduk di samping Arya. "Gimana kabar kesayangan Daddy ini?" Tanyanya sambil membelai lembut perut istrinya itu.

"Pinter banget Dad, nemenin kakaknya lomba tadi juga gak mual sama sekali." Jawab amanda sembari menyendokkan nasi untuk Arya.

"Oh iya? Pinter dong anak Daddy. Amaira gimana tadi lombanya?"

"Dia tadi juara dua sayaang. Pinter banget kan anak kamu. Dia lukis wajah kita berdua. Putriku sudah besar. Pinter dia.." puji Amanda sambil tersenyum. "Wow.. besok aku akan beri dia hadiah. Ini rahasia kita ya sayang." Ujar Arya sambil tersenyum senang. "Sayang, maafkan aku untuk hari ini ya, tidak mengabarimu sampai bikin kau khawatir. Aku janji gak akan gitu lagi." Arya meraih tangan amanda.

*****

Erlin sedang berjaga di rumah sakit. Gadis itu sedang menulis keperluan apa saja yang harus dipersiapkan saat akan menikah.

"Dokter Erlin, nih ada referensi gaun pengantin yang bagus nih. Simple tapi keliatan elegan." Seru suster Monica, teman Erlin berjaga malam ini. "Wiiihh cantik ya Sus.." jawab Erlin sambil memandangi ponsel yang Monica.

"Saya doain semoga rencana Dokter dan suami lancar ya.. nah ini kontaknya Dok kalau mau pesan gaun ini." Lanjut Monica lagi. "Aamiinn.. makasih Sus.." jawab Erlin sembari menulis kontak di buku catatannya. "Marsel, semoga kamu bisa belajar dengan Elang. Aku yakin kamu bisa sayang." Batin Erlin sambil tersenyum mengingat wajah kekasihnya itu.

*****

Pagi itu Arya dipusingkan oleh sikap Amanda yang tak biasa. Istrinya itu dengan lantangnya minta diajari memanah. "Kau ini kenapa sayang? Kenapa tiba-tiba ingin belajar memanah coba?" Tanya Arya heran. "Iya aku mau belajar. Kenapasih gak mau ajarin aku?" Tanya Amanda setengah merajuk.

Arya menghela nafas panjang. "Bukan begitu, iya aneh aja gitu kenapa tiba-tiba minta belajarnya?" Tanya Arya lagi. Mau tidak mau Arya mengajari Amanda memanah, wanita itu bersemangat sekali belajarnya.

Setelah satu jam lebih, Amanda memberikan alat memanah itu kepada salah satu anak buahnya. "Aku capek sayang.." ujarnya.

"Iyaa udah istirahat. Sini duduk. Nih jus diminum." Kata arya lagi. Amanda meminum habis jus yang diberikan suaminya. "Sayang sebenarnya ada apa ini?" Tanya Arya yang masih penasaran. Dengan menatap mata suaminya Amanda menceritakan mimpinya. Arya tertawa, "jadi kau belajar memanah hanya karena mimpi sayang? Yaa Ampun..." ujar arya sambil memijit kepalanya yang tak pusing itu.

"Iya aku harus bisa lah biar kalo ada orang yang ngapa-ngapain kamu aku bisa balas." Jawab Amanda kesal.

"Hey hey itu tugasku untuk melindungimu dan keluarga kita. Kau tak perlu cemaskan aku sayaang. Tetaplah di sampingku saja sudah cukup untukku." Kata Arya lagi. "Aku tidak mau kau sakit. Jangan memaksakan dirimu. Kau juga sedang hamil. Mimpi adalah bunga tidur, jangan terlalu dipikirkan. Ok?"

Amanda mengangguk tanda mengerti. "Aku mau mandi." Ujar Amanda lalu berdiri meninggalkan suaminya. "Ikuuuttttt..." teriak Arya lalu menggandeng tangan istrinya masuk ke dalam rumah.




Bersambung...

INTERNAL LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang